makna tersirat

7 0 0
                                    

"Wah.. gini dong, udah dari dulu sih gue yakin. Diantara kalian pasti ada yang saling suka gitu.. pasti ada yang bakal jadi.. lebih dari sekedar sahabat. Ternyata elo sama Arsen, Dis" ucap Maya.

Maya adalah sahabat Tari, dan Maya juga adalah teman sekelas mereka semasa SMP. Sekarang, Maya menjadi terima tamu diacara Tari ini.

Maya tampak cantik dengan kebaya yang dikenakan. Serta make up dan sanggul yang membuatnya semakin terlihat berbeda.

Gadisa membalas dengan senyum manis. "Ini disini tanda tangannya ya?" Maya mengangguk.

Gadisa segera menandatangani itu.

"Cocok deh kalian, cantik sama ganteng" ucap Maya lagi.

Setelah Gadisa selesai menandatanginya, giliran Arsen.
Maya menatap Gadisa dengan kagum. Diantara mereka
-persahabatan delapan orang ini- yang paling cantik adalah Gadisa, sedari SMP memang banyak yang mengaguminya. Cocok dengan Arsen.

"Duluan ya May" ucap Gadisa, setelah semuanya selesai menandatangani daftar hadir.

"Yang lain mana Dis?" Tanya Rio sampai didalam ruangan. Terlihat ramai. Tidak ada Syakilla, Putri dan Raina.

Gadisa melihat lihat disekelilingnya, tapi tak menemukan Raina, Putri ataupun Syakilla. "Nggak tau Bang, tadi masuk duluan kayaknya"

"Coba chat aja" usul Arsen. Gadisa mengeluarkan ponselnya.

"Gue mau makan dulu deh, laper" Achmad berjalan meninggalkan Putra, Rio, Arsen dan Gadisa. Selain tidak mau ribet, Rio juga menikmat gratisan dan makanan.

"Etdah tuh bocah! Nggak bisa dikontrol perutnya" cibir Putra melihat Achmad.

"Udah Dis?" Tanya Rio.

Gadisa mengangguk sebagai jawaban.

"Yaudah susulin Achmad, yok" lanjut Rio.

****

"Kalian dari mana dicariin" Raina mengucapkan seperti anak kecil yang kesal.

Syakilla, Putri berada dibelakang Raina. "Darima aja sih kalian?" Tanya Putri, terdengar tidak enak. Moodnya mungkin jelek.

"Duduk dulu" ucap Arsen. Mereka sekarang ada di meja tamu yang berisi delapan kursi. Setelah mengambil makanan tadi, mereka duduk disini.

Rio menyodorkan segelas air mineral yang tersedia di tengah setiap meja. "Minum dulu" dia mengambilkan untuk Putri dan Raina yang tampak kesal, dan Syakilla yang tetap diam. Syakilla bukan marah, kesal, atau apalah. Syakilla memang anak yang pendiam, tetapi asik dan santai. Dan.. sedikit pemalu.

"Kalian udah makan belum?" Tanya Rio lagi.

Putri dan Raina diam, kompak ngambek. Tuh kan, childish nya barengan.

"Belum" jawab Syakilla mewakili.

"Yaudah makan dulu" Rio sudah mengisi perutnya, terbukti dengan piring kotor bekasnya tadi makan yang maaih berada di depannya. Sedangkan Achmad, yang pertama mengambil makanan kini belum selesai. Dia menambah satu piring lagi.

Beruntung resepsi Tari kali ini tamunya mengambil makanan sendiri, atau prasmanan. Jadi, tidak perlu malu. Ah, tapi Achmad memang seperti tidak ada urat malunya.

"Makan gih Kil, enak nih. Gue nambah lo gila, pengen bungkus gue rasanya"

"Jangan ngomong kalau lagi makan Mat!" Tegur Gadisa.

"Iya Mat iya.." ucap Syakilla sambil terkekeh, lalu dia beranjak.

Putra melihat kedua sahabatnya yang masih diam ditempat. "Kembaran" Putra memanggil Putri. "Lo nggak makan?"

friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang