Kamu selalu benci hari disaat bersamanya. Kenapa? Malam terlalu cepat datang. Padahal kalian baru duduk dan sebentar mengobrol, tapi tiba-tiba saja hari sudah gelap dan salah satu dari kami harus mengingatkan untuk pulang.
“Sebal.” Ucapmu, senewen sendiri.
Lelaki dihadapanmu langsung menggerakan atensinya kearahmu, “eh, kenapa?” ia bertanya dengan wajah datar.
“Rasanya baru tadi bel pulang sekolah.”
“Lalu?” Ushijima Wakatoshi—nama pemudamu itu—kembali bertanya.
“Dan sekarang sudah malam.”
“Terus?”
“Iiiih!” kamu semakin sebal, “Artinya kita harus bergegas pulang.”
Shiratorizawa itu sekolah voli terkuat se-frefektur Miyagi, dan pacarmu ini adalah ace di tim volinya. Membanggakan bukan? Tapi tentu saja di balik semua hal keren itu kamu harus merelekan hal penting yang terenggut, dalam kasus ini hal tersebut adalah; waktu. Tim voli hanya memberi satu libur di hari selasa, dan sebagai pacar yang baik, Wakatoshi menjadikan hari itu sebagai hari kencan sepulang sekolah. Dan artinya ia tidak istirahat, mementingkanmu. Sepanjang minggu.
Tapi meski kenyataannya begitu, kamu tidak pernah merasa cukup.
Wakatoshi bangkit, menepuk pucuk kepalamu dan meraih tanganmu, mengajak pulang, “Kalau begitu ayo kembali kerumah.”
Meski kesal kamu menurut, kalian bergandengan di jalan pulang dengan wajahmu yang merenggut sebal, entah marah karena apa. Toh ini bukan salah Wakatoshi juga, kan?
“kamu...” Wakatoshi tidak biasanya memulai pembicaraan.
“Ya?”
“...masih ingin jadi bartender? Atau apa itu? Pembuat kopi?”
Kamu menahan senyum, “Waka-kun masih ingat?”
“Ingat apa?”
“Ingat kalau aku pernah bilang ingin bekerja di kedai kopi.”
Ia menoleh kearahmu dan menatapmu sebentar, “Aku tidak pernah lupa hal-hal yang kamu katakan.”
“Kamu keren sekali!” akhirnya kamu tersenyum lebar, dan Wakatoshi sepertinya bersyukur kamu tidak cemberut lagi—meski dia tidak tahu karena apa.
“Kamu sudah sering mengatakannya.” Wakatoshi menatap tangan kalian yang masih bertautan, “Selasa depan, kamu mau coba kedai kopi? Manapun yang ingin kamu kunjungi.”
“baiklah, ada kopi yang ingin aku coba.”
Ia tersenyum, “Siap.”
“kalau Waka-kun, kopi apa yang kamu suka?”
“Apapun.”
“Apapun?”
“Ya, aku suka kopi apapun jika meminumnya bersamamu.”
***
Asyiaaaap~
KAMU SEDANG MEMBACA
HALUKYUU!
Historia CortaWangi rumput, net, bola voli, decitan suara sepatu, aroma musim panas, langit biru, botol minuman, keran, rasa gagal, menyerah, cinta diam-diam, pantulan bola, keberanian, catatan latihan, dan pengakuan yang belum selesai. Dan mungkin cerita yang b...