BAB I

6K 322 10
                                    

“Aku tidak seputus-asa itu, Mas. Ingin dibuahi oleh laki-laki lain selain suamiku!” jerit Amy sambil berderai air mata.

Hamam hanya diam. Matanya berkabut. Ia menundukkan kepalanya dan membiarkan Amy larut dalam tangisnya.

“Halah, bilang saja kau sudah tak mampu lagi melahirkan anak! Pura-pura Hamam yang salah, tapi tak bisa jaga diri. Curhat sana-sini sampe ada yang nafsu liat kamu!” bentak Ibu Mertuanya sambil menunjuk hidung Amy.

Amy mengangkat kepala. Ia tersentak dan mengurut dadanya yang telah lama sakit akan perlakuan Ibu Mertuanya. Dengan nyalang ia melayangkan pandang ke arah Hamam, dan mengisut kecewa tatkala dilihatnya laki-laki itu bergeming. Diam. Membiarkan ibunya menguarkan kebusukan fitnah yang akan menghancurkan rumah-tangganya.

“Mas ...?” tanyanya terperangah. Meminta pembelaan dari suaminya.

Hamam mendesah dalam, lalu mengangkat kepala. Wajahnya kelam tertutup kabut hitam. Sepasang matanya redup kehilangan ruh. Lalu, bibir tipis yang dulu biasa memagut bibir wanita itu, melemparkan bom atom. Meluluhlantakkan dunia Amy.

“Ibu benar, My. Kau terlalu banyak curhat ke teman-temanmu. Hingga membuka peluang mereka untuk menggodamu,” ucapnya kejam.

Seketika tubuh Amy melangkah mundur beberapa tapak. Mulutnya terbuka dengan mata membelalak. Suasana hening yang janggal melingkupi sekitarnya.

Kata-kata Hamam terus berulang di kepalanya, menggurat luka menganga pada hati. Menabur garam pada luka basah yang sebelumnya tak pernah benar-benar sembuh.

Tubuhnya tiba-tiba lemas dan limbung. Cepat-cepat ia berpegangan pada tepi meja makan. Berusaha untuk tidak terkapar jatuh.

“Mas ..., apa ..., teganya ...,”

Bahkan ia tak mampu menyusun kata kembali. Sudut matanya menangkap bayang wajah ibu mertuanya yang tampak puas.

Aduhai. Alangkah kejamnya.

“Istirahatlah. Aku akan mengantar ibu pulang,” perintahnya datar.

Ia beringsut bangun dari duduknya, lalu dengan lembut memapah wanita tua itu berdiri. Keduanya meninggalkan Amy yang belum sepenuhnya sadar dengan apa yang terjadi.

Pintu depan menutup pelan. Tetapi bagaikan petir yang sampai ke telinga Amy. Segera ia tersadar lalu dengan panik mengejar keduanya ke depan.

[Tidak. Ini belum selesai. Aku tak mau berakhir seperti ini]

Batinnya.

Dengan kalap ia membuka pintu dan mendapati mobil telah berjalan keluar pagar. Serta merta ia berteriak memanggil Hamam. Lalu mengejar mobil itu menembus derasnya hujan di tengah malam.

"Mas Hamam! Mas! Mas, dengarkan dulu penjelasanku!"

Ia jatuh tersedu.

"Kau salah paham, Mas ...," isaknya lirih.

***

Hamam bahkan tak menghentikan mobil dan membiarkan Amy jatuh terduduk di jalan. Ia melihat istrinya  melalui kaca spion bersimbah duka diguyur nestapa.

Entah apa yang merasukinya hingga ia harus berbuat sejauh itu.

“Ceraikan dia, Hamam. Dia merusak marfuah dirimu dan keluarga kita. Hanya serupa aib dalam kehidupan pernikahanmu,” titah ibunya.

Sudut bibirnya tertarik keatas. Mulutnya tampak kejam ketika ia berujar kembali.

“Akan ibu carikan lagi calon istri untukmu. Yang penurut dan tidak membangkang. Kau bisa memperoleh keturunan darinya, bukan dari wanita mandul itu,” tukas ibunya.

Hamam menoleh memandang ibunya dengan berjuta perasaan campur aduk. Lalu ia menatap jalanan dengan lekat sambil membatin dalam hatinya,

[Bukan Amy yang mandul, Bu. Tetapi aku].

LLG, 27 Mei 2019

Mohon krisannya.
Klo ada yang minat, nanti bersambung 🤗🤗

GariS Dua dari Rahim Si MandulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang