naknya kemungkinan kembar. Hal yang patut ia syukuri dengan baik.
"Ibu?" ucapnya terkejut. Saat sosok Bu Sonia berdiri di hadapannya dengan wajah masgyul. Tubuh perempuan tua itu tampak lebih kurus dari waktu terakhir mereka bertemu. Tanpa diduga, mantan mertuanya itu segera menubruk Amy dan mulai menangis tersedu-sedu.
"Ib ..., ibu ...? Apa-apaan ini?" seru Amy sambil berusaha menjauhkan diri dari ibu Hamam. Tetapi, Bu Sonia semakin bergeming, lalu memegang sebelah tangan perempuan hamil itu sambil terisak-isak.
"Amy ..., menantuku ..., anakku ..., mohon ..., mohon maafkan ibumu ini," ucapnya sambil tersedu-sedu.
Amy mengibaskan tangannya, berusaha melepaskan tangan wanita itu dengan takut. Bayangan wajah bengis mantan mertuanya dulu masih terekam jelas di benak. Ia tidak ingin mengalami kemalangan seperti dulu lagi.
"Lepaskan, Ibu!" teriaknya putus asa. Lengkingan suaranya yang frustasi membuat Mbok Napsiah berjalan tergopoh-gopoh menghampiri mereka berdua.
"Ada apa, Nya? Ada apa?" tanya Mbok Napsiah dengan cemas. Lalu memandang panik, ketika melihat mantan Ibu Suri sedang menarik-narik tangan nyonya-nya. "Ndoro, Ndoro Ayu, jangan tarik-tarik seperti itu. Nanti Nyonya jatuh," seru perempuan tua itu panik dan berusaha melerai keduanya. Akhirnya, Amy berhasil membebaskan dirinya dari wanita itu lalu segera berjalan menjauh ke arah ruang tengah.
"Apa yang telah kau lakukan, Ibu? Kumohon, jangan ganggu kami lagi," serunya panik. Ia tak ingin bertengkar dengan ibu mertuanya. Bagaimanapun, Amy masih menghormati bekas mertuanya. Perempuan yang sedang hamil besar itu hampir saja terjengkang, saat Bu Sonia kembali menubruk dirinya dan bersimpuh begitu saja di kakinya.
"Tolong, kembalikan cucuku, Amy. Berikanlah pada Hamam! Tak puaskah engkau menyiksa anakku seperti itu? Ia sungguh menderita sekarang. Tubuhnya semakin kurus dan tak terurus. Angelique sudah tak mau lagi mengurusinya. Mereka selalu bertengkar setiap bertemu. Cukuplah sudah! Cukuplah sudah kau menghukumnya, Nak. Hamam telah menerima hukuman untuk dosanya padamu dulu," teriak Bu Sonia tersedu. Amy berdecak, tak percaya dengan keegoisan yang di letupkan oleh mantan mertuanya itu. Dadanya turun naik, menahan emosi yang siap untuk dimuntahkan.
"Dia anakku, Ibu. Bukan anak Hamam! Si kembar adalah anakku dan Ali!" teriak Amy marah. "Anak laki-laki kesayanganmu itu, MANDUL, Ibu! Dia tak akan pernah bisa membuahi seorang wanita pun di dunia ini! Tidak ada bibit di dalam tubuhnya!"
Teriakan histeris Amy membuat Bu Sonia melepaskan pegangannya. Dengan dramatis, perempuan tua itu menutup mulutnya lalu mulai menunjuk-nunjuk perempuan hamil itu dengan kalap.
"Jaga ucapanmu itu, Amy! Dia anaknya Hamam! Kau sendiri yang mengatakan padanya waktu itu. Saat Hamam mendatangi rumahmu. Tak ingatkah engkau, jika hanya anakku yang menjadi suamimu?! Atau, semua yang dituduhkan selama ini benar? Bahwa kau hanyalah wanita binal yang berselingkuh dengan teman kerjamu?!" tuduh mantan mertuanya nyalang.
Tubuh Amy bergetar marah. Tak ada lagi keraguan untuk segera mengusir perempuan tua penyebab petaka rumah tangganya itu sesegera mungkin. Dengan perlahan ia menitahkan Mbok Napsiah untuk mengantarkan Bu Sonia keluar.
"Tak ada lagi yang bisa kita bicarakan, Ibu. Silahkan keluar dari rumahku." Usirnya sambil menunjuk perempuan tua itu dengan nyalang. "Mungkin engkau sudah lupa, jika dirimulah yang memulai semua petaka ini. Aku pernah memohon dan bersujud di kakimu. Meminta agar engkau tak memisahkan aku dengan suamiku dulu. Tapi, kau membuangku seperti sampah, setelah semua yang pernah aku lakukan untuk keluargamu! Pergilah, Ibu. Pergilah selagi aku masih bisa memanggilmu IBU! Hal yang tak pantas kau sandang, setelah hal-hal buruk yang telah kau berikan padaku!" desis Amy meletupkan kemarahannya.
Bu Sonia membelalakkan matanya, berusaha untuk mengucapkan kata-kata. Tetapi, tak sepatahpun yang mampu keluar dari mulutnya yang kejam itu. Mbok Napsiah berusaha mengajaknya keluar. Mengusirnya secara halus. Bagaimanapun, wanita itu pernah menjadi majikannya.
"Satu lagi, kau lupa, Ibu. Kau sedang meminta anak pada seorang IBU yang hati dan fisiknya telah berkali-kali kalian siksa tanpa ampun. Aku bisa mati malam itu, Ibu! Mati karena kekejaman anakmu akibat ulahmu! Dan kau tahu, laki-laki yang kau sebut selingkuhanku itulah yang membuatku bisa meneruskan hidupku kembali. Ali adalah satu-satunya lelaki yang benar-benar mencintaiku tanpa syarat! Jadi, jaga ucapanmu mulai sekarang! Kau membicarakan suamiku layaknya sampah, sama seperti ketika kau menjulukiku manusia tak berguna saat itu!!" sentak Amy dengan parau. Satu-persatu airmatanya bergulir di pipi, mengingat kekejaman yang pernah dilakukan keluarga Prasetyo padanya dan Ali.
"Pergilah, Ibu! Sebelum suamiku kembali dan melihatmu di sini! Aku tak bisa menjamin keselamatanmu, jika ia tak bisa menahan kemarahannya dan melampiaskan padamu!" desis Amy mengancam.
Bu Sonia menunduk, lalu berjalan keluar dengan masgyul. Tubuhnya gemetar menahan kesedihan dan penyesalan yang luar biasa besar. Ia duduk di dalam mobil. Terus menangis sepanjang perjalanan pulang ke rumah Hamam.
Sesampainya di sana, Ia mendapati Hamam sedang duduk dengan pandangan kosong di dalam kamarnya. Tubuhnya yang telah kurus dan tak terawat teronggok begitu saja di kursi sofa. Sedangkan matanya menerawang jauh ke luar jendela.
Bu Sonia menghambur masuk. Lalu memeluk anak laki-laki kesayangannya itu sambil berteriak histeris :
"Hamaaam!! Dia tidak mau menyerahkan anakmu! Cucuku! Apa yg telah kulakukan?! Aku membuang menantuku sendiri yang mengandung trah keturunan Prasetyo! Maafkan aku, Paaakk! Maafkan aku yang telah membuang menantu pilihanmu! Aku salah! Aku berdosa padamu, Paak!" jeritnya pilu terus-menerus.
Hamam, setengah linglung menyadari kedatangan ibunya, hanya bisa memandang dengan tatapan kosong. Ia telah kehilangan segalanya. Amy, anak, perusahaan, harga diri dan segalanya. Jadi, apa lagi yang ia takutkan sekarang? Seketika sudut-sudut bibirnya terangkat, menyeringai dan mulai menyusun rencana.
Yah, apa lagi yang ia takutkan sekarang? Ia hanya ingin Amy dan anaknya kembali. Hanya itu. Dan Hamam mulai tertawa terbahak-bahak, menyadari jika semuanya menjadi lucu sekali.
Bu Sonia mengangkat wajahnya, menengadah dan menyadari ada sesuatu yang aneh terjadi pada anaknya. "Hamam, kau ...," ujarnya tercekat. Hamam balas memandangnya, masih sambil tertawa terbahak-bahak. Lalu, tiba-tiba melemparkan botol minuman ke kaca rias hingga pecah berkeping-keping. Bu Sonia menjerit ketakutan. Tubuhnya segera berdiri dan menghambur ke luar. Sedangkan di dalam kamar, Hamam berteriak-teriak dan tertawa berganti-ganti.
"Lucu sekali! Lucu sekali!" teriaknya berkali-kali. Lalu, wajahnya seketika berubah menjadi bengis. Urat-urat timbul di pelipisnya, seolah-olah ia sedang menahan euphoria yang meledak-ledak di dalam dirinya.
"Ya ..., ya ..., kita lihat saja nanti ..., ucapnya berulang-ulang.
Bersambung ....
LLG, 15 Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
GariS Dua dari Rahim Si Mandul
RomanceOn Goodnovel KBM app KaryaKarsa Bercerita tentang perjalanan seorang perempuan yang menjadi mandiri dan berani setelah mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh Hamam, suaminya. Selama 12 tahun dia mengalami verbal abuse karena dipa...