Cinta itu bisa datang dari kebersamaan. Terus dipupuk dan disirami setiap hari dengan kesabaran. Hingga berbuah lebat dan bisa dituai dalam bentuk kasih sayang yang dominan.
===============♡♡♡============Disitulah Amy.
Duduk bagai pesakitan pada sebuah kursi jati berukir indah di ruang tamu. Di bawah tatapan tajam yang menghujam tak ramah dari orang-orang disekitar. Mereka yang pernah menjadi bagian penting dari hidupnya.
Dia pernah menjadi nyonya rumah di sini. Seorang ratu yang dengan baik dan telaten menjaga semua milik suaminya. Menutupi semua aib laki-laki itu, dengan memasang badan sendiri sebagai tamengnya.
Martir untuk pernikahan yang selalu dipandang sebelah mata.
Apakah karena ia yatim piatu?
Ataukah karena hanya seorang lulusan SMA ketika memasuki rumah ini?
Lalu, apakah karena ia hanya seorang ibu rumah tangga, hingga diperlakukan bagai pembantu oleh ibu mertua dan adik-adik iparnya, saat ia masih tinggal seatap dulu?
Ataukah karena dia sebatangkara hingga mereka seenaknya memperlakukan dirinya bagai sampah?
Segala macam pemikiran dan sakit hati berkelebat dalam bayangannya. Beralur dan berakhir dalam sakit yang tak tertahan.
[Lupakah ibu mertua, saat ayah mertua lumpuh karena serangan jantung, diri ini yang selalu memandikan, membersihkan, memberi makan dan merawat suaminya. Saat wanita tua itu malah sibuk mengurus perusahaan milik suaminya?]
Batinnya terkoyak sambil menghitung kebaikan yang pernah ia lakukan. Matanya mengabut, memandang wanita tua yang duduk dengan pongah di depannya.
Sudut mata Amy menggenang, saat pandangannya beralih ke sebuah foto yang berada di dinding. Foto keluarga bertahun lalu. Saat ia baru masuk ke dalam keluarga itu. Matanya terfokus pada satu wajah yang teduh.
Wajah Bapak Prasetyo. Papa mertuanya.
Mengingat kebaikan laki-laki itu. Hanya dia yang baik padanya. Yang menganggap dirinya manusia di dalam keluarga itu.
Kembali menyekolahkan Amy walaupun hanya sebatas D3. Setidaknya, ia mendapat kesempatan mencicipi bangku kuliah. Mengubah wawasannya. Sangat bermanfaat ketika ia melamar kerja di tempat kerja sekarang.
Amy memperlakukannya bagaikan seorang ayah. Karena ia menganggap laki-laki tua itu sebagai pengganti bapaknya. Hingga akhir hayat. Tanpa mengeluh. Tanpa merasa terpaksa.
Tanpa penghargaan.
Karena, ia bahkan tak sempat merawat kedua orangtuanya ataupun mengucap salam perpisahan, saat kecelakaan. Yang merengut mereka.
Dia tak pernah mengeluh walau harus mendapat hinaan dan cercaan mereka, karen Amy tahu, rasanya tak memiliki orangtua. Sedihnya ditinggal sebatangkara.
Lalu, matanya beralih ke arah adik-adik iparnya. Dadanya segera memanas, mengingat kelakuan kurang ajar mereka. Memandang rendah pada dirinya, karena merasa ia tak layak menjadi bagian dari keluarga terpandang ini.
[Tak ingatkah, Nandini, siapa yang memasakkan nasi goreng kesukaannya setiap hari. Mencucikan kain nifas, memandikan anak pertamanya, mencucikan semua popok anak-anaknya saat mereka masih tinggal serumah dulu. Di rumah orangtua Hamam, meninggalkan ingatan kelam bagiku].
KAMU SEDANG MEMBACA
GariS Dua dari Rahim Si Mandul
Любовные романыOn Goodnovel KBM app KaryaKarsa Bercerita tentang perjalanan seorang perempuan yang menjadi mandiri dan berani setelah mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh Hamam, suaminya. Selama 12 tahun dia mengalami verbal abuse karena dipa...