~SELDHIKA 06~

85 7 7
                                    

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh. Akhirnya mereka tiba ditempat camping.

"OKE ANAK-ANAK. KUMPUL DI LAPANGAN SEKARANG JUGA". Instruksi pak budi.

Semua murid pun berkumpul di lapangan tempat mereka camping. Mereka berbaris sesuai kelas masing-masing.

"Kalian sudah tau kan, jadwal camping kita?".

"Sudahh... pakkk". Jawab semua murid.

"Baiklah sekarang silahkan kalian pasang tenda masing-masing".

Semua murid pun segera menuju tempat tenda mereka masing-masing. Satu tenda berisi 3 orang. Lain hal nya dengan persahabatan yang berjumlah 6 orang itu. Mereka membagi menjadi dua tenda. Selvya, nadia, dan lorenza memilih untuk satu tenda. Dan tenda lainnya terdapat enjell, ana, dan ivone. Mereka semua mulai mendirikan tenda masing-masing.

"Gimana sih cara diriinnya?". Ucap ana kesal. Sedari tadi mereka mencoba mendirikan tenda mereka. Tapi hasilnya nihil, satu tenda pun belum berdiri tegak.

"Kayaknya nih tenda nggak suka sama lo deh na? Liat aja dari tadi nggak diri-diri". Sahut Lorenza asal.

"Kok lo nggak nyambung sih len?". Tambah enjell.

"Gini ya enjell sayang. Kan kata orang. Kalau kita ngomongnya nyambung dengan orang tersebut, berarti kita jodoh dong. Nah, gue nggak mau lah jodoh ama ana. Jadi gue ngomongnya jadi nggak nyambung deh".

"Lo tuh polos atau begok sih len? Heran gue". Ucap enjel kesal.

"Serah lo deh len. Asal lo bahagia aja. Jomblo kan juga berhak bahagia". Sahut ana. Yang lainnya pun hanya tertawa melihat aksi konyol sahabat mereka.

"Sel itu bukannya revano ya?". Tanya ana saat melihat revano berjalan kearah mereka.

"Iya tuh. Dan disebelahnya pun ada david". Sahut ivone.

"Ckck. Ngapain sih tuh anak datang kemari?". Ucap nadia malas.

"Biarin aja nad. Kan lumayan bisa bantu kita diriin tenda". Kata ana sambil menaik-turunkan alisnya.

"Hay sel". Sapa revano.

"juga van". Balas selvya sambil tersenyum manis.

"Kok tenda kalian belum diri sel".

"Macam mana mau diri. Orang tendanya nggak suka ana". Celetuk lorenza.

"Lah? Kok gue sih len? Lagian juga yang ditanya siapa? yang jawab siapa? Dan jawaban lo nggak nyambung". Sanggah ana kesal.

"Kata orang kalau ngomo---".

"Bisa diam nggak sih lo pada?". Tanya enjell dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Mau kita bantuin nggak?". Tanya david.

"Bol---".

"NGGAK PERLU". Sanggah nadia cepat. Nadia sedikit meninggikan suaranya, dan berhasil memotong perkataan ana.

"Segitu bencinya lo sama gue nad? Sampai-sampai gue mau bantuin lo aja nggak boleh?"

"Nggak usah drama. Urusin tuh selingkuhan lo sama anak lo". Ucap nadia.

"Gue sumpah nggak ngapa-ngapain nad".

"Nggak percaya tuh. Lagian juga udah ada buktinya".

"Gue mohon percaya sama gue nad. Gue janji nggak akan ngecewain lo lagi". Lirih david. Memang betul apa yang dikatakan david. Kalau semuanya hanya salah paham. Semua itu hanya jebakan.

"Gue nggak butuh janji dari lo. Dari dulu lo janji ini itu ke gue. Tapi semuanya hanya bulshit. Makan tuh janji". Ucap nadia.

Tanpa dipinta. Air mata nadia keluar begitu saja. Nadia tidak munafik, dia memang masih mencintai david. Tapi apa yang nadia lihat satu tahun yang lalu cukup menjelaskan semuanya.

SELDHIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang