1. Cinta Terlarang

23.2K 715 32
                                    

Note:

Ini cerita lama yaa reader.. ditulis di waktu yang gak jauh beda dengan Sweetest Destiny. Sempat saya tarik dari peredaran karena pengen ditulis ulang, berhubung adanya beberapa komen dan komplain reader yang bikin kurang sregg.. sekarang saya repost kembali cerita yang sama dengan sedikit perubahan disana-sini. semoga bisa lebih acceptable yaa..

Khususnya, cerita ini saya persembahkan buat pembaca baru (baru ketemu lapak saya) yang penasaran sama kisahnya Dehyan.

So, happy reading..

_____________________________________________

Saat ini aku sudah berusia 30 tahun. Dan sampai kini aku masih tidak bisa menyanding wanita di sisiku.

Semuanya bermula 11 tahun yang lalu, ketika ibu memperkenalkanku pada calon ayah baruku. Saat itu, usiaku 19 tahun. Aku dibawa oleh ibu ke rumah ayah. Sesuai dugaan, dia ayah yang penyayang. Dari kesan pertama, aku sudah menyukainya. Bersyukur bahwa pria seperti itu menjadi ayahku.

Tapi, mimpi burukku dimulai juga tepat pada saat itu. Saat mataku bertemu dengan mata seorang gadis yang duduk membaca buku di sudut ruangan. Dengan rok biru masih melekat di tubuhnya, dipadu kaos lengan panjang berwarna putih.

Untuk pertama kalinya, jantungku berdebar hebat. Saat dia tersenyum, dan mengulurkan tangannya padaku, aku benar-benar gugup. Kegugupan yang luar biasa. Sejak hari itu, aku mengaguminya. Sampai ketika hari pernikahan ibu tiba. Saat itu aku baru tersadar bahwa gadis belia yang kukagumi itu, kini menjadi adik tiriku. Ya, adik tiriku.

Seolah keadaan semakin tak berpihak kepadaku, gadis itu begitu bahagianya memanggilku kakak.

"Senang rasanya punya seorang kakak laki-laki yang tampan dan baik hati!"

Suara cerianya malam itu benar-benar meluluh lantakkan hatiku. Dan aku tersadar, bahwa aku menyukai gadis itu. Bukan, bukan sebagai adikku, tapi sebagai seorang gadis. Meskipun ia masih belia, ya, dia baru berusia 14 tahun. Bagaimana mungkin, hatiku terpaut padanya? Aku yang duduk di bangku kuliah, harus memendam rasa pada gadis belia berumur 14 tahun? Lebih parahnya lagi, gadis itu adalah adik tiriku sendiri.

*

Kakak, aku pulang naik bus sama teman-teman. Bilangin ayah nggak usah jemput, ya. Tadi aku udah telepon tapi nggak diangkat. Makasih, kakakku sayang :*

Aku membaca pesan singkat yang masuk ke ponselku dari adikku, Krista. Tuhan, kenapa aku harus tersipu dengan panggilan sayang darinya? Dan apa itu, kenapa emot cium itu membuat jantungku berdebar? Bahkan ini sudah 3 tahun sejak hari pertama aku bertemu dia. Dan aku masih saja tidak bisa mengendalikan perasaanku.

Aku menghela napas sejenak sebelum mulai membalas pesan singkatnyanya.

Aku: Iya, sayang. Nanti turun di halte depan?

Krista: Iya, kak.

Aku: Cuaca mendung, kamu bawa payung, nggak?

Krista: Nggak, kak. Deket aja, nggak papa kok kalo ujan-ujanan.

Grrr, dengan santainya dia bilang begitu. Seolah tak tahu bahwa aku pasti mengkhawatirkannya.

"Yah, Krista naik bus sama teman-teman. Jadi nggak usah jemput katanya," ucapku seraya melangkah turun ke lantai bawah, berbicara pada ayah yang sedang berbincang dengan ibu. Ya, ayah sedang izin kerja satu hari ini untuk pergi check up ke rumah sakit bersama ibu. Biasalah, katanya kalau orang tua memang harus sering cek kesehatan sebelum terlambat. Tapi, masuk akal juga, sih.

Jejak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang