“TIDAKKK!!!”
GDUBRAKKK
“awww”
Mimpi buruk itu pun berakhir saat akhirnya Miley terjatuh dari tempatnya tidur. Ia meringis kesakitan sambil mengelus sikunya yang menumpu tubuhnya. Demi terbangun dari tidurnya dan menatap kesal ke arah Miley yang mengganggunya tidur. Miley kembali ke atas tempat tidurnya, menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih, mencoba kembali mengingat apa yang terjadi dalam hidupnya. Ia menepuk-nepuk wajahnya.
“tidak tidak tidak … ini hanya mimpi dan tak akan terjadi apapun”
Miley kembali tertidur. Hingga siluet sinar matahari mengganggu matanya. Bunyi alarm miliknya berbunyi, memekakan telinga pemiliknya. Miley melempar sembarang alarm itu dan segera beranjak menuju kamar mandi. Hari itu tak boleh diwarnai insiden pelemparan bollpoint lagi oleh dosen yang akan mengajar. Ia terduduk di depan meja makannya, melihat meja yang kosong tanpa sesajian untuk sarapan pagi itu. Ia mencari ayah juga ibunya yang sejak tadi terlihat tak menunjukkan batang hidungnya. Sedangkan Demi sejak pagi telah berangkat ke sekolahnya.
Ibunya terlihat terbaring sakit, ayahnya terduduk disisi sang ibu yang terlihat pucat. Miley menatap kedua orang tuanya. Haruskah ia melawan segala rasa sayangnya pada Nick dengan tetap mempertahankan cinta mereka diatas penderitaan kedua orang tuanya. Miley menangis, ia mencoba kembali menimbang hal apa yang akan dikeluarkan mulutnya. Ia duduk disebelah ibunya dan mengelus lembut kening ibunya yang terasa begitu hangat di punggung tangan Miley.
“are you okay, mom?” ujar Miley sambil mengusap air matanya.
“I’m okay darl, apa kau tak berangkat kuliah?”
Perut Miley tak sengaja berbunyi, ia tertawa simpul didepan ibunya. Meski sebenarnya hatinya sedang bergejolak, juga perutnya yang ikut berbahasa jerman.
“maafkan mommy sayang tak bisa menyiapkan sarapan pagi ini”
“no mom, its okay. Aku baik-baik saja. Kalau begitu aku berangkat dulu”
Miley mengecup sambil memeluk ibunya. Keluar dari kamar sang ibu bersama ayahnya ia mengucapkan selamat tinggal. Tangannya tertahan oleh tangan ayahnya.
“bagaimana keputusanmu?”
Miley terdiam. Ayahnya benar-benar tak tau bagaimana caranya bertanya diwaktu yang tepat. Ia terdiam, lalu tersenyum sembari mengangguk. Miley berangkat ke kampusnya tanpa banyak bicara pada ayahnya. Baginya untuk saat ini ia butuh volley, ia butuh latihan dengan anggota tim volley wanitanya di kampus, dengan begitu seluruh kegilaan dalam hidupnya bisa sedikit terbebaskan.
***
Justin berdiri dari tempatnya terduduk di meja makan. Masih sama seperti hari kemarin. Ibu, kakek, juga neneknya terus saja memaksanya untuk menerima perjodohan yang dilakukan ibunya. Kini ia terduduk untuk memasangkan tali sepatunya yang belum juga terikat. Ibunya duduk disamping dan mencoba membantu Justin mengikat tali sepatu, yang menurutnya itu begitu manis untuk pria dewasa sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurts But Its Love
FanfictionJustin Bieber baru saja berusia 20 tahun bulan kemarin. Ia masih berstatus sebagai mahasiswa di bidang seni di Stamford University, dan juga mengurus perusahaan keluarganya jika sore hari. Ibunya berniat menjodohkan ia dengan seorang gadis , siapa g...