Kunci hati

1 0 0
                                    

Hari demi hari tlah mereka lewati oleh calon santri baru, dan besok mereka harus mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Pondok Pesantren atau biasa di singkat (MPLSP). Itu adalah pengenalan untuk santri baru dari para asatidz dan panita acara tersebut, panita itu juga di tugaskan kepada kelas 11. Termasuk kepada Asep, Zidan,dan Dian. Yaitu ketiga trio sempol karena mereka sangat sekali menyukai jajanan itu, tapi yang paling doyan sih Asep.
"Asiikk!! akhirnya kita jadi panita juga yaa! Bisa kotomu dong sama dede-dodo gemes!!" ujar Asep yang sedang memakan sempol yang sudah habis lima tusuk.
"Sep, kalo makan makan aja jangan sambil ngomong nanti keselek baru tau rasa loh!" ujar Dian mengingatkan
Zidan pun tiba-tiba bangkit dari duduknya dan bersandar pada tiang.
"Tapi saya gak mau eung jadi panita!" seraya Zidan dengan suara yang agak lemas
"Kenapa atauh Dan?" ujar kedua sahabat nya yang langsung menghampiri Zidan dan Asep menaruh tusukan terakhir sempolnya
"Saya gak mau ketemu sma dia, mata nya mengingatkan saya sama dia"
"Sama siapa atuh Dan? Sarrrr..." ucapan Asep pun terhenti karena dibekam oleh sahabat nya yang tampan itu.
"Jangan berisik atuh Sep, nanti kalo ketahuan yang lain gimana!" ujarnya dengan suara pelan
"Emang Dia teh siapa Dan?"
"Pokoknya ada deh Ian, orangnya kayanya sholeh cantik lagi. Sudahlah jangan dibahas, sekarang kita kumpulkan aja panita MPLSP nya di mesjid Al-aziz ya!" perintah Zidan pada kedua sahabatnya itu
"Siap atuh ketua. Hayu atuh Sep kita kasih tau para panitia" jawab Dian dengan menarik tangan Asep
"Terus ini gimana sempolnyaa? Siapa yang mau ngabisin?" jawabnya dengan kembali menghampiri meja yang terdapat banyak sempol
"Gampang itu mah Sep, nanti saya beresin terus dibungkus disimpen ke lemari kamu" tutur Zidan
Mereka pun berangkat sesuai perintah sahabat ketua nya itu. Zidan Hafid Ardiansyah ia adalah santri yang pintar, sopan dan tampan. Ia juga memiliki banyak kemampuan sehingga dipercayai oleh banyak asatidz dan para santriwati sangat banyak yang menggemari pemuda itu. Dian Larion Awali ia adalah santri Jakarta sahabatnya Zidan, ia suka memiliki suara sehingga banyak digemari oleh santriwati. Dan karena wajahnya juga yang eksotis. Asep Nurzaman ia adalah pemuda asli Garut, yang memiliki hobi makan tetapi wajahnya slalu bersinar yang membuat para santriwati mendekat. Tetapi Asep sangat banyak memiliki pacar sebelumnya, dan setelah kedua orang tuanya menyekolahkannya dipesanten ia sedikit-sedikit sifat buruknya berubah.
Mereka bertiga bersahabat dengan sifatnya yang saling melengkapi
❤❤❤
Panitia MPLSP pun  setelah solat isya berkumpul di mesjid sesuai intruksi dari ketua panitia.
"Oke semua sudah kumpul, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kita akan merapatkan acara untuk besok, tapi sebelumnya bagaimana bagian konsumsi dan undangan ada keluhan atau kekurangan?" ujar Zidan berdiri dihadapan para panitia dengan gagah.
"Assalamualaikum maaf sebelumnya kak mengganggu" tiba-tiba seorang santriwati datang bersama kedua temannya.
"Oh ya silahkan dek, ada yang bisa kami bantu?" ujar Zidan yang menoleh pada gadis itu dan tiba-tiba ia melihat gadis yang membuat jantungnya berdetak tak karuan.
"Mmmm.. Yang bernama Dian boleh kesini kak, ada yang mau teman saya bicarakan" ujar Kansya dengan penuh keyakinan
"Ohh ya sebentar, Dian itu kamu dipanggil sma santriwati baru"
Dian pun beranjak pergi dari perkumpulan para panitia, dan menghampiri adiknya itu dan ketiga santriwati yang diberdiri disebelah nya. Kemudian kedua adik kakak itu berbicara diujung tiang, sedangkan ketiga temannya yang lain menunggu di depan tiang yang tak jauh dari perkumpulan para panitia.
"Oke jadi kita lanjut, mari ketua bagian peralatan dan konsumsi" ujar Zidan.
Mereka pun melanjutkan pembicaraan nya, dan Zidan mendengarkan dengan baik kabar baik buruknya dari bagian nya masing-masing. Ia menjawab dengan sangat tegas dan sigap menyelesaikan permasalahan yang ada. Dan ia tak sadar bahwa sedari tadi santriwati baru sedang memperhatikannya, dan pemilik mata bening pun tersenyum sendiri dalam hatinya. Jadi kamu tuh memang benar ya tampan yang sering dibicarakan para santri  tutur Kansya dalam hatinya .
"Duuhh kak Zidan subhanallah yaa. Udah mah baik, tampan, berbakat lagi!" ujar Zizah yang mengagetkan lamunan sahabat nya itu dengan mata yang berbinar-binar menatap Zidan dari kejauhan.
"Iih kamu mah Zizah. Kasepan kak Dian atuh kakaknya si Bintang" jawab Nadia tak mau kalah.
"Husss!! Kalian apa-apaan sih, gak boleh gitu sama yang bukan muhrim. Inget kan ceramahnya Abi tadi. "Janganlah kamu dekati zina!" ujar Kansya dengan tegas seraya mengingatkan.
"Iya juga sih, eh' tapi gak papa lah Sya sekali-kali liatin kak Zidan"
"Sya udah yu kita pulang ke asrama!" ujar Bintang yang tiba-tiba sudah berdiri disebelahnya dan begitupun dengan kak Dian.
"Ya sudah kak aku pulang dulu ya ke asrama, wassalamualaikum" ujar Bintang.
"Waalaikumsalam" jawab kakak nya.
"Kak Dian, Eneng pamit nya. Wassalamualaikum" ucap Nadia yang berkata dengan mengedip-ngedipkan mata bulatnya itu.
"Huss! Udah ah' Nad, kami pergi ya kak. Wassalamualaikum" jawab Kansya dengan cepat dan langsung menarik tangan sahabat nya itu untuk keluar mesjid.
Ketika mereka sudah keluar dari mesjid, Zidan dan Asep menghampiri sahabatnya itu.
"Ada apa Ian?" ujar Zidan
"Itu biasa dia suruh nelponin Uminya, katanya ada barang dia yang tertinggal dirumah" tutunya
"Oh begitu" ujar kedua sahabatnya serempak
"Eh ini apa ya? Kunci Hati siapa ini?" seraya Zidan menemukan kunci didepan tiang mesjid.
"Apa ini punya temannya adik kamu Ian?" ujar Asep
"Mungkin, ya sudahlah Zidan. Nanti saja kita kembalikan nya. Sekarang sudah malam" jawab Dian.

Cinta RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang