Mamas Yoongi

156 14 2
                                    

---

Taehyung mengenalnya kala dia menjalani masa magangnya disalah satu instansi negara di bagian keuangan. Dia salah satu staff disana. Pertama mereka bertemu kala Taehyung tengah panik karena dia takut kantung plastik penuh dengan uang yang dilimpahkan salah satu pembimbingnya disana jebol dan membuat uang yang ada didalamnya. Yoongi melintas kala itu setelah menyelesaikan urusannya di salah satu bilik toilet khusus pria. Dalam pikirannya, Taehyung berdecak penuh puja, Yoongi terlihat begitu memesona kala itu. Taehyung suka.

"Tuh cowok pucet amat kayak kertas HVS"gumamnya pelan sampai sang pembimbing bertanya padanya karena takut kalau Taehyung sempat mengajukan pertanyaan dan terlewat olehnya. Sang pembimbing tidak tahu saja kalau Taehyung tengah membicarakan salah satu rekan kerjanya pada dirinya sendiri.

Pertemuan kedua dengan Yoongi kala dia ditugaskan salah satu staff di ruangan tempatnya melakukan prakerin untuk mengantarkan hasil pekerjaannya untuk diperiksa di bagian loket, tempat Yoongi bertugas sebagai pengimput data yang memakai kode-kode yang sukar di pahami Taehyung. Membuatnya teringat kala di hari keduanya disana dia mengambil alih sambungan telepon masuk, ternyata itu Yoongi, yang mengira kalau Taehyung adalah seseorang yang ditujunya.

"Bu Nayeon, kok kodenya beda sih. Ini sih saya bingung nanti inputnya. Jangan nambah pekerjaan saya yang sudah menumpuk lah, bu."

"..."

"Bu, jangan buang waktu saya. Saya lagi di kejar dateline nih."

Taehyung yang kala itu kebingungan menjawab dengan polos,"maaf mas, saya bukan bu Nayeon. Saya Taehyung, anak magang di bagian keuangan."

Mungkin karena terlalu malu telah salah terka, Yoongi langsung bersiap memutuskan sambungan dengan berucap cepat,"maaf ya, mbak."

Lalu terdengar bunyi tut yang panjang. Tenang, itu bukan bunyi kentut Taehyung kok. Itu bunyi familiar yang selalu terdengar setiap sebuah sambungan telepon masuk terputus.

Taehyung terkikik, menerka-nerka siapa gerangan sosok yang menelfonnya."hihi, suaranya empuk amat kayak daging opor pas lebaran."

.

.

Baru beberapa kali bertatap muka dengan Yoongi, Taehyung sampai hafal hal-hal kecil yang selalu dilakukan pemuda berperawakan mungil dan berkulit pucat itu. Dari mulai kebiasaannya yang kuat menenggak berliter-liter air dalam sehari sampai ukuran tumblernya saja besar sekali, sering bolak-balik ke toilet dan dikala waktu senggangnya dia pasti menghabiskannya dengan menonton kartun kesukaannya, Ulat atau menonton film drama dari negara sakura. Untung bukan film ehemnya, bisa kaget Taehyung lihatnya. Soalnya, bukan apa-apa. Dia sempat mencuri lihat kala Yoongi tampak begitu serius menekuri layar PCnya. Taehyung pikir tengah sibuk mengerjakan tugasnya eh ternyata malah nonton. Padahal kerjaannya selalu bertumpuk-tumpuk sampai terkadang badan mungilnya tenggelam dalam tumpukan berkas-berkas yang ada dimejanya, belum lagi berkas-berkas baru yang terkadang datang disaat yang tidak tepat. Kayak jatuh cinta mas-mas ganteng yang mungkin umurnya jauh diatasnya yang tujuh belas tahun saja belum sampai.

Tetapi sesibuk-sibuknya mas Yoongi, begitulah Taehyung memanggil pemuda itu, Yoongi masih sempat-sempatnya membalas candaan receh rekan kerja disebelahnya.

"Yoon kalau siang, kamu dipanggil siapa ?"tanya Sihyuk---senior Yoongi di bagian locker sebagai permulaan dan Yoongi menyahut santai,"Ya, Yoongi."

"Kalau malam ?"tanya Sihyuk lagi dengan nada jenaka dan Yoongi menyeringai geli."Yoonji, mas."

Taehyung menahan tawa membuat Yoongi mengeluarkan celetukan,"ih si mbak ketawa, kalau ketawa jangan ditahan mbak. Lepasin aja langsung daripada keluarnya lewat bawah kan berabe."

Taehyung menggerutu dalam hati, melirik Yoongi bersmrik ria. Sialan, ganteng banget!

Ya, begitulah kira-kira sepenggal kisahnya bersama Yoongi yang walaupun sudah terlewat, masih sering diangkat dalam topik random Taehyung bersama sang kakak setiap malam. Sekian.

End

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang