Great Wager

2.1K 168 2
                                    

Seorang wanita paruh baya dengan wajah awet mudanya duduk dihadapan sang anak yang balas menatapnya bosan.

"Jadi, bagaimana sekolahmu?" tanya sang ibu seraya melakukan table manner untuk menikmati teh hijaunya pada sang anak.

"Seperti biasa, mungkin lebih tepatnya normal."

Tentunya Naruto menyahut enteng tanpa mengalihkan perhatiannya dari wanita bersurai merah itu.

"Hmm— normal seperti biasakah setelah kau mendapat surat peringatan dari kepala sekolah?" Kushina terlihat memicing dibalik cangkirnya.

Tanggapan Kushina membuat Naruto sedikit gugup akan hal itu. Well, bagaimana pun juga, ia masih memiliki rasa takut pada sang ibu terutama dalam situasi canggung seperti ini. Rasanya seperti seorang anak nakal yang ketahuan sedang mencuri, mungkin?

Atau lebih.

"Itu hanya se–"

Tak

Tepat saat Kushina menghentakkan cangkir keramiknya di atas meja, suara Naruto tercekat. Sulit rasanya untuk melanjutkan kalimat di bawah tekanan sang ibu.

Naruto mendengus dalam hati saat ia melihat wanita galak itu bangkit dari duduknya, meletakkan sebuah surat dengan hanko merah kepala sekolah yang tertera jelas di atas kertas dengan kasar.

"Ibu hanya heran denganmu, Naruto. Dimana prestasimu itu? Lenyap kah ditelan dengan sikapmu yang berandal itu?"

Sungguh Kushina sangat kecewa saat mengetahui sang anak bersikap tidak serius di sekolah. Tangannya bersidekap memandang hamparan kebun anggur melalui jendela perancis. Iris violetnya sekilas melirik sang anak yang tengah membuang muka untuk menghindari dirinya.

Diam-diam wanita bersurai merah itu menghembuskan napasnya, lalu mendudukkan kembali dirinya. Naruto kembali menatap sang ibu walau terkesan ragu.

"Bagaimana jika kita bertaruh?" tawaran Kushina yang menurutnya tiba-tiba membuat Naruto mengernyit heran.

"Maksudmu, okaa-san?" pertanyaan yang dibalas pertanyaan membuat Kushina menghela napas sekali lagi.

"Maksudku, jika kau bisa menarik kembali surat ini," terang Kushina seraya mengangkat surat peringatan itu di tangannya.

"Alangkah senangnya saat aku melihat anakku kembali lurus." Kushina tersenyum cerah saat mengatakan kalimatnya, cukup membuat Naruto mengedipkan mata beberapa kali.

"Namun, jika hal yang terjadi malah sebaliknya, aku dan tou-san mu tak perlu repot untuk kembali menyuapimu dengan keuangan dan fasilitas yang menunjang kehidupanmu."

Baiklah, pernyataan Kushina memang membuat Naruto kalah telak saat itu juga.

"Dan kau akan ku tempatkan di desa terpencil untuk sekolahmu. Bagaimana?"

Sigh.

.

"Umm– apa itu tidak terlalu berlebihan, Kushi-chan?"

Suara seorang paruh baya yang terdengar sangat hati-hati, membuat objek yang ditujunya menoleh.

"Kurasa tidak, mengingat dirinya memang tidak sebodoh itu."

Minato tersenyum maklum mendengar pernyataan sang istri yang to the point.

"Lagipula, aku ragu jika anak itu masih bertindak seperti itu." Sambung Kushina otomatis membuat Minato tersenyum hangat.

"Well, dia bukan tipe orang yang mudah menyerah, bukan?" Minato kembali bersuara seraya menyesap kopi hitamnya. Kushina yang mendengarnya terkekeh kecil.

Belenggu [Revisi]Where stories live. Discover now