"Perilaku buruk, begitu juga dengan nilainya."
Satu kalimat meluncur halus sesaat ia keluar dari ruang kelasnya, membuat iris biru lautnya menoleh pada sumber. Wajah dengan tone kulit hangat kecokelatan itu menampilkan perangai layaknya seorang berandal yang tak kenal ampun.
Sangat tepat.
Surai pirang berantakan menutupi sedikit bulu matanya bersama lengan seragam yang digulung sebatas siku, membuatnya semakin pantas dicap sebagai preman sekolah yang terakreditasi A di kota Tokyo.
"Apa urusanmu?" ucapannya membuat pria yang bersandar pada dinding tak jauh darinya mengerutkan dahi. Pandangan tajam mengarah pada seseorang yang berstatus sebagai murid saat ini.
Hanya asap rokok yang mengudara, mengisi keheningan diantara keduanya. Peduli setan, pikir sang murid seraya meninggalkan lorong koridor sekolah dengan santai.
Beberapa kali ia menguap seraya menyisir surai pirangnya ke belakang, tak memperdulikan sepasang onyx yang mengawasinya sejak awal.
Sasuke pun kembali menghembuskan asap rokoknya, memerhatikan jejak asap yang semakin lama semakin memudar di udara.
"Kau mungkin akan keluar semester ini, Uzumaki."
.
Langkah kakinya terhenti. Instingnya mengatakan jika sesuatu cukup menyinggungnya dibalik ucapan pria tersebut. Rahangnya mengeras sesaat memikirkannya kembali.
Ck, mereka terlalu baik sampai segitunya, sarkasnya dalam hati. Sangat jelas raut wajahnya tengah menahan emosi sekarang.
Seketika ekspresinya mengalami perubahan yang amat berbeda seperkian detik dari sebelumnya. Tenang, sangat terkontrol.
"Ah, lucu sekali!" gumamnya seraya tersenyum. Tidak, seringai tepatnya.
"Mungkin, mereka semua akan terkejut nanti." Sahutnya kembali dengan ringan, tentunya tidak pada siapa-siapa.
Ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, menyusuri koridor sekolah bergaya modern asiatis seorang diri.
Yeah, Uzumaki Naruto.
Pemuda itu cukup enggan untuk mengikuti segala macam kegiatan ekskul atau semacam nya di sekolah nan bergengsi itu. Entahlah, ia hanya tak tertarik. Walaupun ia tahu jika setiap murid di sekolahnya akan mempunyai nilai tambahan dan dianjurkan untuk mengikutinya, tetap saja ia tak berniat!
Hampir semua murid aktif mengikuti beragam kegiatan mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan di acara sekolahnya itu, terkecuali dirinya mungkin.
Ah, benar! Mungkinkah dirinya juga seorang bipolar?
Astaga, pemikiran aneh macam it—
Duak
"Apa yang kau lakukan disana, bodoh?!"
Sebuah bola basket mendarat indah pada kepala bermahkotakan pirang tersebut. Posisinya sekarang memang berada tak jauh dari tepi lapangan outdoor sekolah. Oh, benar! Sebersit ide muncul di benaknya.
Naruto pun meraih bola basket yang jatuh tepat di samping kakinya itu, lalu mendribble perlahan layaknya anak kecil yang sedang bermain.
"Hei! Apa yang kau lakukan, idiot?!"
Twitch!
Naruto tersenyum. Tidak, ia hanya menggertakkan gigi menahan amarah yang sedikit tersulut. Sungguh! Ia mengutuk orang-orang yang tidak tahu benar soal dirinya!
YOU ARE READING
Belenggu [Revisi]
Roman d'amour©Yukirin Shuu Status; Ongoing [SEDANG DALAM PROSES REVISI] Uzumaki Naruto, pemuda berandal yang mempunyai banyak sisi lain di dalam dirinya dan terbebani dengan guru pengganti sementara yang ternyata merupakan anak dari sahabat lama orang tua...