Chapter 9

50 38 24
                                    

Ponsel yang ada di saku Risa begetar, menandakan notifikasi masuk. Awalnya Risa biarkan saja, mungkin itu operator Telkomsel yang menyuruhnya segera isi ulang pulsa. Tapi, ponselnya bergetar lagi, sampai lima kali. Akhirnya ia memutuskan untuk melihatnya saja, siapa tahu itu dari keluarganya. Terpampang nomer asing di sana, dahi Risa mengerut.

+62892****
Ini Risa kan?
Kalo iya bales!
Yaudah gak lo bales.
Berarti lo emang Risa.
Nanti pulang bareng gue tunggu di gerbang!

"Sokab banget ni orang." Ujar Risa.

Mijah melihatnya "Siapa yang sokap?"

Risa menunjukkan room chat itu pada Mijah, gadis itu menganga dan membulatkan matanya, seolah-olah syok.

"Udah biasa aja!" Risa mengimbaskan tangannya di depan wajah Mijah.

Mijah mengerjapkan matanya seraya tersenyum malu-malu kucing, "Aciee, ada yang deketin temen gue nii,"

"Diem deh lo. Suara lo tu kayak kunti," ujar Risa ngasal. Lalu mengetik sesuatu di kontak tersebut.

Risa
Sorry, ini siapa?

Tak lama notifikasi masuk kembali, di ponsel Risa.

Semangat banget ni bocah bales chat gue! Batin Risa.

+62892****
Gue Ajun.

Risa
Pake dukun dimana lo? Kok bisa dapet nomer gue??!

+62892****
Itu gak penting,
Pokoknya pulang sekolah gue tunggu lo di gerbang.
Dan inget, save nomer gue!

Risa menyimpan nomer Ajun dengan nama, "The Monster👹". Gadis itu tertawa melihat emot yang terpampang di sana.

Lalu ia kembali menyimpan ponselnya di dalam saku, mengabaikan pesan dari Ajun.

***

"Jalan-jalan ke Yogyakarta!" ujar Risa dengan ketawanya.

"Cakep!" jawab Mijah dan Ridwan.

"Jangan lupa ke Brobudur!"

"Cakep lagi!" mereka dua mengacung jempol.

Risa menarik nafas sejenak "Eh, Mijah yang cantik jelita!"

"Makin cakep!" kali ini Mijah tak berbicara lagi, melainkan Ridwan.

"Traktir kita dua dungs!"

"Gak nyambung Bjir!" Mijah melempar kerupuk ke wajah Risa.

Alih-alih marah, gadis itu malah tertawa kencang, membuat orang-orang yang ada di kantin melihat ke arahnya.

"Udahlah, mending balik ke kelas. Bentar lagi udah mau pulang, ngikut sama kalian, buat gue bangkrut aja."

"Yee... gak asik lu!" teriak Risa.

Ya, pasalnya saat ini mereka bertiga tengah berada di kantin, saat jam pelajaran terakhir. Bukan kelas mereka tak ada guru, melainkan gurunya yang yang sangat lembut jadi mereka leluasa mau bolos.

Kringg... Kringg...

Suara bel pulang menggema, mendadak jantung Risa berdetak tak normal. Ia masih ingat betul pesan dari Ajun, bahwa laki itu akan menunggunya di depan gerbang. Haduh! Mau bagaimana ini?

Risa menjentikkan tangannya, mendapat ide cemerlang dari otak yang susah mutar.

"Wan, gue pulang bareng lo ya?"

Ridwan menempelkan tangannya di dahi Risa "Kesambet apa lo? Mau pulang bareng gue? Kitakan musuh bebuyutan."

"Ck, kali ini kita gak musuhan." Ujar Risa ngasal.

Ridwan nampak berpikir "Hm, boleh-boleh, tapi ada syaratnya."

Mata Risa membulat, "Harus pake syarat Wan?"

"Ya iya kalo lo mau pulang bareng gue,"

"Apaan syaratnya?" tanya Risa dengan kesal.

"Mudah kok. Lo cuma ngerjain semua tugas remed gue,"

"What the..." Risa menggantung kalimatnya.

"Ya kalo lo mau sih, kalau gak mau juga yaudah. Gue gak maksa"

Tak ada pilihan lain lagi, antara pulang bersama Monster atau Ridwan. Lebih baik, ia pulang dengan Ridwan dan mengerjakan semua tugas remednya. Tapi, tugasnya banyak banget!

"Yaudah deh oke!"

"Deal?" Ridwan menjulurkan tangannya.

"Gue udah bilang 'oke' tadi kan?" wajah Risa nampak kesal sekali.

Ridwan mengangguk, "Ya biar resmi gitu,"

"Bilang aja lo mau modus! Dasar kadal!" Risa menjabat tangan Ridwan.

Ia langsung melangkahkan kakinya kembali ke kelas untuk mengambil tas. Langkah Risa memelan saat ia melihat Ajun yang sedang berjalan dengan Sesil. Risa memundurkan kakinya pelan, lalu berlari memasuki kelas, yang entah kelas siapa.

Derap langkah mereka terdengar begitu jelas, karna sekolah sudah mulai sepi. Merasa tak ada suara lagi, Risa keluar dari kelas tersebut. Ia melihat plang tertempel di atas pintu itu, 'Ruang Biologi'. Risa semakin deg-degan, untung tadi ia tak melihat sekitar ruangan itu, kalau ia melihatnya. Mungkin sekarang ia sudah menangis di dalam sana, dengan para tengkorak yang menertawainya.

"Dari mana aja lo?" tanya Ridwan yang ternyata sudah sampai di kelas.

"Dari Ladang!" ujar Risa ngasal.

Ia melangkahkan kakinya keluar kelas, ia menoleh ke belakang, ternyata Ridwan masih di dalam kelas "Ayo buruan pulang!"

"Sabar elah!"

Mereka berdua melangkah beriringan di koridor, menuju kantin. Mata Risa melihat ke sekitar, ia tak mendapati Ajun. Apa laki-laki itu berbohong? Tidak-tidak, mungkin Risa yang kurang teliti melihat ke sekitar, ia kembali melihat, dan benar. Ia tak mendapati Ajun!

Ia sudah terjebak dengan ucapan buaya laki-laki itu! Dan sekarang? Ia harus mengerjakan tugas remed Ridwan yang banyak sekali? Oh tidak!!!

Risa menaiki motor Ridwan dengan emosi yang sangat memuncak. Untung saja Ridwan menahan motornya, kalau tidak, mungkin sudah rubuh sekarang motor itu.

"Lo kenapa sih?!" bentak Ridwan.

Ni orang gak tau apa kalau gue lagi emosi? Batin Risa.

"Buruan jalan gue udah laper!" ujar Risa dengan teriakannya.

SE-NADA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang