Chapter 8

64 48 19
                                    

Minggu adalah hari kesukaan Risa dimana dia tak harus membuka buku. Dan bisa menikmati waktu seharian di kamar kesayangan nya ini. Sebab, hari Minggu mini market tempat ia bekerja Close dan buka hanya setiap hari senin-sabtu saja.

Setelah pulang dari ibadah Risa menuju ruang Tv untuk menonton siaran kesukaan nya yang hanya tayang setiap hari Minggu. Apalagi kalau bukan Mecartoon.

"Ganti baju dulu Risa, baru nonton" ujar ibu melihat putrinya yang sudah duduk diatas sofa serta menguasai remot TV di genggamannya.

"Ibu mau kemana kok rapi banget?" tanya Risa melihat sang ibu sudah berdandan layaknya pergi ke sebuah acara.

"Mau ke acara nikahan Wati."

"Kondangan bu? yaudah hati-hati sama bang Angkasa atau bapak?" tanya Risa.

"Sama bapakmu lah, kata abang temenannya mau main ke rumah kamu suguhi minum ya" pesan ibu pada Risa.

"Iya, tenang aja semua aman terkendali" Risa mengacungkan jempol ibu jarinya.

"Bagus kalau begitu ibu pamit,"

"Okey"

Setengah jam kemudian, Terdengar suara motor yang baru saja di parkir di teras rumah. Bersamaan dengan itu bang angkasa keluar dari kama nya dan menemui temannya.

"Wih broo," ujar angkasa memberikan hands up .

Karna sibuk dengan kartun, Risa sampai lupa amanat ibunya.

"Dek, bikinin minum dong buat temen abang" ujar Ajun.

"Hah? Temen lo udah dateng?" tanya Risa dengan polos.

"Iyaa. Anterin ke ruang tamu yak 4 gelas."

"Siap bos," memberikan hormat kepada abang.

Tak perlu waktu lama, hanya membuat sirup dan membawakan camilan , Risa kemudian berjalan ke ruang tamu.

"Silahkan kak" ujar Risa santun meletakkan gelas-gelas sirup tersebut ke atas meja tanpa melihat tamunya.

"Risa?" ujar seseorang membuat Risa menoleh.

Lah ni orang? batin Risa ingin rasanya segera menghilang dari tempat itu.

"Iya dia Risa adek gue? Lo kenal kan?" ucap Angkasa.

"Kenal kok! Dia kan suka masuk kelas gue!" bukan Ajun yang menjawab melainkan Risa. Ia menoleh pada Ajun menampilkan giginya yang rapi "Hai kak, selamat hari Minggu" sapa Risa.

"Selamat hari Minggu juga" jawab Krisna yang duduk di sebelah Ajun. Sedangkan Ajun masih melamun menatap Risa.

"Oii Jun udah kali ngeliat Risa segitunya," tegur Angkasa.

"Ahaha, iya-iya" jawab Ajun celengokan merasa malu karna ke-gep oleh Angkasa.

Setelah mengantar minum dan camilan aku kembali ke ruang TV untuk menonton film kesukaannya.

"Bisa-bisanya dia temenan sama Abang gue, Eh tapi Abang juga pernah ngomongin nama dia sih," monolog Risa.

"Nanti lo bakal kenal sama orang yang namanya Ajun..."

Ucapan Angkasa terbayang di benak Risa. "Tuh kan bener, gak nyangka gue yang dimaksud bang Angkasa, Ajun yang itu."

"Lo suka film ini juga?" suara berat Ajun membuat Risa terkejut hingga remote TV di tangannya terjatuh ke lantai.

"Apaan sih lo?! Kagetin orang aja!" ucap Risa dengan ketus seraya memungut remote TV nya yang ternyata batrainya lepas.

"Lo adeknya Angkasa?"

"Bukan! Gue anak pungut, bikin emosi deh. Lo gak denger dia bilang kalo gue adeknya!" tegas Risa seperti ingin menelan Ajun hidup-hidup.

Ajun ber oh ria saja. "Besok gue jemput" ujarnya lalu pergi dari ruang Tv.

"Gak usah ngasal lo!" Risa melempar remote tv ke tubuh Ajun hingga laki-laki itu meringis.

"Galak banget sih jadi cewek!"

"Bodo amad"

"Gue bilangin lo sama abang lo. Kalo kelakuan lo di sekolah" ancam Ajun yang membuat Risa tertawa renyah.

"Cowok kok cepu! Dih"

Bukannya menajawab, Ajun malah melenggang pergi.

***

Keesokan harinya...

"Risaaaa... sarapan dulu nak" pekik ibu.

"Iya bu, sebentar" sahut Risa dari kamar mandi wajarlah bila suara ibu terdengar, karna kamar mandi mereka dekat dengan dapur.

Tak butuh waktu lama, Risa sudah selesai mandi. Ia langsung mengganti pakaian menggunakan seragam sekolah.

"Dek hari ini lo berangkat sekolah bar--"

"Bu Risa berangkat ya, udah mau telat ini" potong Risa kemudian beranjak dari kursinya menuju teras untuk memasang sepatu.

"Hati-hati sayang" teriak dari dalam rumah.

Dengan cepat Risa menggayuh sepedanya menuju sekolah tak lupa dia melewati jalan kecil agar tak bertemu Ajun.

Sial, kenapa rantai sepeda ini mesti putus? Haduh! Telat sudah Kharisa. Dasar sepeda ini sudah cocok untuk di jual di rongsokan dan digantikan dengan yang baru. Tapi bagaimana? Ia tak mempunyai uang.

"Gue udah bilang bareng sama gue. Tuh kan akibat ngehindarin gue. Dapet karma lo!" suara samar-samar terdenger dari belakang Risa.

Risa membalikkan badannya dan mendapati Ajun yang tengah berdiri di sebelah motornya.

Sejak kapan ni titisan nyiroro kidul di sini? -batin Risa.

"Ayo Buruan naik, udah telat nih!" Ajun menarik tangan Risa.

"Ish! Apa-apa sih lo? Modusnya gak gantle banget. Ew" Risa menghempaskan tangan Ajun.

Ajun menghela nafas, "Kalo lo gak mau bareng yaudah. Sana jalan kaki, sampai betis lo selebar jalan Jakarta"

Ajun menyalakan motornya lalu memasang helm, saat ingin menarik pedal gas. Tangan Risa menahannya, menampilkan wajah puppy eyes. Sangat imut sekali.

"Gue bareng lo ya," pinta Risa.

Ajun memutar bola matanya "Yaudah buruan naik"

Dengan secepat kilat Risa menaiki motor Ajun. Kedua tangannya berpegangan erat di behel motor, seperti orang yang belum pernah menaiki motor.

"Ck, norak banget sih lo?!" suara Ajun meninggi. Tangannya menarik kedua tangan Risa dan melingkarkan di pinggangnya. "Nah gini, kalau lo jatuh gimana?!"

Mata Risa membelak, terkejud dengan apa yang Ajun lakukan.

Bisa juga ni kadal. Modusnya naujubillah!- Lagi-lagi Risa membatin dalam hatinya.

Pak Presiden, besok kasih gue sepeda ya :( ni kadal makin meraja lela modusnya.

Ajun melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata untung saja Risa sudah berpegangan erat dengan Ajun. Eh salah, maksudnya sudah memeluk Ajun dengan erat. Kan si kadal Ajun modus.

Saat sudah dekat dengan sekolah, Risa langsung melepaskan pelukan itu ia menepuk bahu Ajun seperti ojek.

"Turunin gue di sini!" teriak Risa, bagaimana tidak? Suara motor Ajun besar dan ditambah helm dia yang tebal seperti selimut Lisa Blackpink.

"Apaan sih lo? Nanggung gini"

"Enggak! Pokoknya turunin gue di sini! Atau gue teriakin kalo lo mau culik gue?!" ancaman dari Risa sangat manjur sekali.

Ajun meminggirkan motornya, Risa langsung turun dan berlari ke depan gerbang yang jelas-jelas sudah di tutup.

"Gak tau terima kasih tu anak," gumam Ajun saat Risa sudah jauh dari pandangannya.

SE-NADA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang