Chapter 3

110 75 27
                                    

Mampus! Telat gue!! Batin Risa berteriak.

Ia menggayuh sepedanya dengan kuat, agar segera sampai di sekolah. Dan benar, saat ia sampai, gerbang sudah ditutup. Risa menghela nafas, bagaimana ini? Pak Mando-- satpam sekolah mereka pasti tak akan membukakannya.

Risa harus mencobanya dulu, siapa tahu pak Mando sedang baik hati ingin membukakannya gerbang. Ya, Risa harus mencobanya dulu.

“Pak Mando!” teriak Risa, memegang besi pagar itu.

Pak Mando yang sedang menyeruput kopi nya berdiri, “Ada apa? Hm?” tanyanya dengan mengelus kumis yang tebal.

“Bukain Risa pagar dong! Nanti Risa beliin permen” rayu Risa layaknya merayu anak kecil.

“En---”

“Risa!” suara Bu Lisa-- guru Bk membuat mereka menoleh.

“Kamu telat Risa?” Bu Lisa menghampiri mereka.

Kharisa menampilkan giginya“Enggak bu. Tapi, Risa lagi main sama pak Mando”

Bu Lisa menggeleng, Kharisa benar-benar keterlaluan. “Pak Mando. Bukakan dia gerbang”

Pak Mando langsung menurut, ia membukakan gerbang itu. Dengan cepat Kharisa mendorong sepedanya yang tak ia naiki lagi. Setelah Kharisa memarkirkan sepedanya ia hendak melangkah menuju kelas, tapi suara bu Lisa mengurungkan niatnya.

“Mau kemana kamu?! Ikut ibu sekarang!!” Kharisa menghela.

Ia mengikuti langkah bu Lisa menuju ruangannya. Satu menit, dua menit, tiga menit, hingga lima belas menit bu Lisa baru selesai menceramahi Risa. Gadis itu hanya masa bodo, ia tak peduli bu Lisa mau menceramahi sepanjang jalan Jakarta juga dia bodo amat.

“Saya bosan menceramahi kamu! Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri” ujar bu Lisa terperangah.

Kharisa tersenyum miring “Itu ibu tau”

“Kharisaa!!”

“Kenapa ibu Lisa ku sayang?” tanya Kharisa lebut, karna dia sudah yakin bu Lisa sudah kesal dengannya.

“Keliling lapangan 20 kali!”

“Dikit amad bu,” gurau Kharisa.

Tapi seperinya ia terjebak oleh ucapannya sendiri, sehingga bu Lisa memutuskan untuk menambahi hukumannya “25 kali! Sekarang!!” tekan bu Lisa.

“Nah gitu dong bu, banyakin. Biar saya gak masuk kelas” ujar Kharisa terlewat jujur.

Sebenarnya dia tak ingin dihukum, tapi ya sudahlah. Dari pada dia di pagi buta ini sudah melihat rumus, lebih baik dia dihukum saja.

Kharisa mulai melangkah menuju lapangan, tasnya ia taruh dipinggir lapangan tersebut. Dengan santai ia mengelilingi lapangan, matahari begitu terik membuat Kharisa cepat lelah.

Di koridor, nampak mahasiswa sedang berbincang-bincang. “12 IPS, ada dilantai dua” ujar seorang gadis mahasiswi, yang bernama Sesil.

“Ya udah kita langsung kesana” ujar laki-laki yang bernama lengkap Ajunanda Trisansha.

Tapi suara Krisna teman Ajun, menghentikan mereka “Tuh cewek kenapa?”

Ternyata mata Krisna sejak tadi tertuju pada gadis yang tengah memutari lapangan. “Udah tau lagi keliling lapangan! Masih ada nanya!” jawab Sesil dengan nada kesal.

“Ngapain dia kel---”

“Dihukum” suara Ajun membuat keduanya menoleh, Ajun menaikkan alisnya “Lo gak inget Kris? Dulu SMA aja lo suka keliling lapangankan? Karna apa? Dihukumkan?” tanya Ajun berderet.

Krisna memang SMA dulu satu sekolah dengan Ajun, bahkan mereka teman dekat. Oleh karna itu Ajun tahu sekali dengan dia, “Lo buka aib gue aja”

“Udah ah, ayo” ajak Sesil.

***

“Heh! Dua jam pelajaran kemana aja lo?!” Mijah yang baru datang menyeruput minuman Kharisa.

Kharisa memelototkan matanya “Lo apa-apaan sih! Itu minum gue bege!!” Kharisa mengambil minum itu kembali.

“Elah santuy-santuy. Nanti gue beliin lo sepuluh deh! Gak usah kek orang susah gitu”

Raut wajah Kharisa berubah “Iya gue ta---”

“Gak usah masukin ke hati ucapan gue tadi. Anggap aja angin lalu” sekal Mijah, ia tahu ucapannya tadi kelewat batas. Jadi, ia merasa tak enak dengan kharisa.  “Oh ya, Ris. Tadi ad--”

Suara seseorang membuat ucapan Mijah terhenti, ia menoleh dan melihat Krisna yang sedang memesan makanan.

“Lo mau ngomong apa?” Kharisa menaikkan alisnya.

“Prince gue anjirrr” mata Mijah tiba-tiba berkedip-kedip.

Kharisa mengerutkan keningnya, lalu ia mengikuti mata Mijah yang sedang melihat seseorang. Matanya bertemu dengan mata seorang laki-laki berwajah dingin, cukup lama, akhirnya Kharisa memutuskan kontak mata tersebut. Entah mengapa, jantungnya berdegup lebih kencang.

***

Next?

Komen dulu dongg 😋

SE-NADA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang