Chapter 4

96 67 18
                                    

“Jah” Kharisa menggoyangkan tangan Mijah. Tapi Mijah masih saja diam, menatap pangeran hatinya.

Karna sudah kesal, selintas ide licik muncul di kepala Kharisa. Ia mengambil sambal, lalu memasukkan sambal itu sebanyak lima sendok di mangkuk bakso Mijah. Tapi gadis yang sedang Kharisa kerjai tetap saja diam, ia benar-benar tak melihat aksi jahat Kharisa.

“Jah, buruan gih makan bakso lo. Keburu dingin, gak enak lagi lho” ujar Kharisa dengan lembut.

Kali ini sepertinya Mijah mendengar suara Kharisa, tapi matanya masih saja tertuju dengan orang tersebut. Ia menyuapkan kuah pertama kedalam mulutnya, cukup lama ia meresapi rasa itu. Kemudian, ia bangkit dari duduknya, dan mengambil minum Kharisa.

“Anjir, lo apa-apaan sih? Kok ngambil minum gue?!” pekik Kharisa tak terima.

“Lo ngerjain gue ya?!” kini mereka berdua sudah menjadi pusat perhatian di kantin.

Sedangkan Kharisa hanya cekikikan, wajah Mijah benar-benar merah saat ini. Sepertinya sambal yang Kharisa beri di mangkuk bakso Mijah berhasil. Mijah menarik tangan Kharisa dengan kuat, tapi baru bebeapa langkah Kharisa menahan tangan Mijah.

“Mau kemana? Noh, makanan gue belum abis!” tunjuk Kharisa pada mangkuk yang masih tersisa banyak.

“Gue mau beol anjir. Ini semua gara-gara elo,” bisik Mijah pada Kharisa.

Lalu ia kembali menarik tangan Kharisa, menuju toilet. Sedangkan Kharisa ia hanya menunggu di luar saja.

***

Sepulang sekolah, Kharisa langsung mengunjungi minimarket, hari ini adalah hari pertama ia berkerja di sana. Untungnya ia kebagian sift sore, jadi ia tak perlu bolos sekolah hanya untuk bekerja.

Kharisa memasang masker saat ingin memasuki minimarket tersebut, agar tak ada orang lain yang bisa mengenalnya.

“Eh Ris, kamu beresin barang yang baru dateng itu ya. Aku mau pulang dulu. Bubay” ujar Sri berpamitan dengan Kharisa.

Dengan wajah lesu Kharisa mulai menyusun barang-barang yang baru saja diantar untuk mengisi minimarket. Setelah selesai menyusun semuanya, ia kembali ke mesin kasir. Sebuah belanjaan disodorkan di meja mesin kasir, Kharisa langsung menghitung belanjaan tersebut.

"150 ribu mas" ujar Risa seraya mendonggak. Matanya membulat saat melihat orang tersebut.

Laki-laki tersebut memberikan dua lembar uang merah, sedangkan Kharisa mengedip-edipkan matanya melihat orang tersebut.

“Mba?” laki-laki itu mendadah-dadahkan tangannya didepan wajah Kharisa.

“Oh iya mas, maaf” Kharisa menundukkan kepala “Terima kasih” Kharisa memberikan kembalian belanjaan orang tersebut.

Untung gue pake masker, jadi dia gak tau siapa gue. Batin Kharisa seraya mengelus dadanya.

Pukul 21.23, sebenarnya jam pulang Risa tepat jam 21.00 karna orang penggantinya terlambat datang, jadi Risa terpaksa pulang telat.

“Abis mandi, makan terus tidur. Duh enak nih kek nya” Kharisa membayangkan, seraya berjalan kaki memasuki kompleks rumahnya.

Rumah Kharisa tak terlalu jauh, hanya berjarak beberapa meter dari depan. Dan sekarang ia sudah sampai, saat ingin membuka pintu rumahnya, ia sudah dikejutkan oleh suara ibunya.

"Dari mana kamu?"tanya ibu yang sudah duduk disofa depan tv.

“Lho? Ibu udah makan?” Kharisa mengalihkan pembicaraan.

“Dari mana kamu?!” tanya ulang ibunya, menekan setiap kata.

"Dari rumah Mijah bu... ngerjain tugas hehehe" dusta Risa.

Ibunya menghela nafas, “Ya sudah, sana mandi. Abis itu kita makan bareng”

Kharisa mengangguk semangat, “Siap ibu negara”

SE-NADA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang