Jakarta
6 tahun kemudianDi sepanjang jalan yang dia lalui, gadis cantik itu berjalan tenang dengan angkuhnya. Di wajahnya tak tampak ada seulas senyum pun yang terkembang. Hanya seraut wajah datar namun begitu memikat. Seluruh mata yang dilewatinya mengikuti langkahnya dengan rasa penasaran dan kekaguman nyata.
Beberapa diantara orang-orang itu, mengabadikan keindahan ciptaan Tuhan itu dengan kamera ponsel mereka. Memberitahukan dunia akan kehadiran sosok itu di dunia.
"Siapa sih?"
"Nggak tahu, cantik banget."
"Artis mungkin ya?"
"Gue belum pernah liat."
"Eh ... tapi gue berasa kenal deh. Mirip model Singapura yang lagi tenar itu."
"Model? Serius?"
"Kayaknya iya, orang gue follow instagram tu model. Namanya kalau nggak salah Nefielin. Biasa dikenal Fielin."
"Serius?"
"Serius?"
"Gue mau follow juga."
Gadis itu terus berjalan tanpa menghiraukan celoteh orang-orang yang dia lewati. Baginya sekarang, waktu benar-benar berharga.
"Halo, Cantik."
Dia mendapati orang yang tengah melambaikan tangannya padanya. Bergegas, Nefy-panggilan akrabnya-menghampiri lelaki itu.
"Lama, ya? Sorry." Nefy meringis. Lelaki itu mendengus. Dia menunggu hampir tiga puluh menit, dan perempuan ini hanya berkata 'sorry'.
"Traktir aku makan," todong lelaki itu.
Nefy mengangkat ibu jarinya setuju, kemudian memberikan kopernya pada lelaki itu.
"Hei ...." saat dia akan memprotes, perempuan itu telah lebih dulu melangkah pergi. Terpaksa dia menarik koper di tangannya. "Kalau saja bukan Alletha yang menyuruhku menjemputnyaaa ...." geramnya.
***
Nefy merebahkan diri di ranjang begitu tiba di unit apartemen yang disediakan oleh bossnya. Apartemen mewah dipusat kota yang memiliki akses termudah ke semua pusat perbelanjaan dan juga kantornya. Dia dengar, untuk mendapatkan satu unit apartemen di gedung ini, orang harus merogoh kantongnya dalam-dalam.
Alletha pernah berkelakar jika dia akan merayu pemilik gedung apartemen ini agar bisa memiliki Penthouse di puncak gedung ini. Namun dari yang dia lihat sepertinya tidak berhasil atau mungkin memang Alletha tidak jadi melakukan hal menggelikan itu. Entahlah.
"Hei ... anak gadis tidak boleh langsung tidur setelah bepergian. Dasar jorok. Mandi dulu sana." Sosok cantik itu sudah berdiri di samping ranjang dengan berkacak pinggang. Entah darimana manusia setengah-setengah itu muncul, karena tadi Nefy yakin tidak ada seorang pun di apartemen ini.
"Bangun. Suh ... suhh."
"Darimana kamu masuk? Aku ingat sudah menutup pintu, tadi."
"Kalau-kalau kamu lupa, miss. Aku yang membeli apartemen ini. Tentu saja aku tahu password apartemen ini."
"Ingatkan aku untuk menggantinya nanti."
"Jangan berani-beraninya kau menggantinya atau aku akan meledakkan pintu apartemen ini."
"Oke, Mr. Aku ingin ingin istirahat, jadi menyingkirlah," gumam Nefy seraya mengejek.
"Atas nama kebenaran dan keadilan, Mandi sayang. Bukan tidur. Dan jangan sekali-kali menyebutkan kata Mr. lagi karena ini masih rahasia perusahaan."
Nefy memberengut tak terima. "Aku dari Singapura menaiki pesawat, oke. Bukan becak. Jadi aku yakin jika tidak ada keringat yang berani keluar dari kulitku mengingat sekarang dimana- mana ada AC."
"Bukan keringat miss.Nefielin. Tapi sawan.
Ukhhuk!
Fiellin terbatuk mendengarnya. "Sawan? Sejak kapan kamu percaya hal seperti takhayul itu?"
"Sejak turun salju di Jakarta. Sekarang bangun, dan jangan banyak tanya. Mandi!!" perintahnya tegas.
Nefy berguling dan mendudukkan diri di pinggir ranjang. Dengan cemberut dia bangkit dan mulai melepas retsleting mini derasnya. Sambil melangkah ke kamar mandi, dia menjatuhkan dressnya hingga jatuh ke lantai dan dengan tak perduli dua melangkah, meninggalkan dress tercecer di lantai. Baru saja dia berhasil membuka kait bra nya saat dia merasakan sepasang lengan memeluknya dari belakang tubuhnya.
"Kamu mau menggodaku?" bisik Alletha sambil menciumi telinga dan tengkuk serta bahu Nefy yang terbuka. Tangannya bahkan sudah menangkup dua buah dada Neff dan meremasnya gemas.
Nefy tersenyum yang senyumnya tidak sampai ke mata sebelum menyentakkan tangan Alletha dari tubuhnya. Dia berbalik dan menatap Alletha sinis. "Maaf, Boss. Aku bukan lesbian."
"Please ... Nefy. kamu selalu menolakku dengan alasan itu." Alletha mengacak rambutnya hingga kusut. Bersama-sama selama bertahun-tahun memang sanggup membuat Alletha menginginkan Nefy. Tapi Nefy selalu menolak dengan alasan yang sama.
"Kamu tahu benar, boss ... apa maksudku sebenarnya."
Ya ... Alletha tahu, tapi tak cukup membuat Alletha berubah. Dia nyaman dengan kondisinya sekarang, dan untuk berubah dia belum memikirkannya.
"Pikirkan saja, baik-baik. Aku mau mandi." Nefy meninggalkan Alletha yang masih merenung memikirkan dirinya ke kamar mandi. Biarlah bossnya itu berpikir. Masa lalu memang harus di tinggalkan. Seperti dia yang kini berusaha menghilangkan luka itu dengan membalaskan dendamnya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Hidup Naffa
Ficção GeralAku datang untuk mu. membalas segala sakitku .. sakit saat kau bunuh anakku dan meninggalkanku penuh luka. Jangan pernah kau bahagia, saat kau membuat banyak orang menderita...