3. Suramnya Ellthan

1.3K 155 26
                                    


Wajah dokter yang menangani Naffa memucat. Berubah...gender? Tanyanya lagi dalam hati.

Oh..my God!!

Sebuah pemikiran menyadarkannya. Namun wanita jadi- jadian yang tadi di depannya sudah menghilang. Dia tak sadar saat Alletha undur diri.

***

Di lorong rumah sakit, wanita yang tadi di panggil Alletha tersenyum sinis. Satu lagi lelaki yang berbuat bodoh.

Mata itu kemudian menyorot tajam. Wajahnya berubah datar dan penuh misteri. Tak ada orang yang tahu apa yang ada di kepala cantik nya.

Dia melangkah memasuki ruang rawat gadis bernama Naffa itu. Tak habis pikir tentang apa yang terjadi pada gadis di depannya, Alletha memandang wajah itu datar. Semua kemungkinan akan keadaan gadis itu memasuki pikirannya. Satu lagi kebodohan manusia. Pikirnya. Tak mau berasumsi dia maju untuk memastikan.

Disingkapnya selimut yang menutupi dada gadis itu dan tangannya meremas dada gadis itu dengan keras. Tepat. Gadis di depannya baru saja hamil. Dan mungkin karena aborsi atau keguguran, rahimnya sampai harus diangkat.

Satu kata hadir lagi dalam hidupnya. Menyedihkan.

Tapi setidaknya nasib janin itu tidak akan bernasib sama sepertinya. Ada rasa lega saat sadar jika janin itu kini telah aman dari kejamnya dunia.

***

Naffa mengedarkan pandangannya mengamati ruangan tempatnya berada. Dari segala hal yang ada disekitarnya, dia yakin jika kini dia ada di rumah sakit. Apalagi selang jarum infus yang menancap di punggung tangannya menambah kuat dugaannya.

Tapi siapa yang membawanya kesini? Dengan apa dia membayar tagihan rumah sakit ini? Uangnya tinggal dua ratus ribu lebih sedikit. Mana mungkin dia bisa membayar tagihan rumah sakit.

Saat dia akan mencoba bangkit dari posisi tidurannya, pintu ruangan itu terbuka. Nampak seorang wanita yang sangat cantik muncul dari balik pintu. Wanita itu tersenyum ramah melihatnya sudah sadar. Dengan antusias, wanita itu mendekati brankar Naffa dan duduk di kursi yang ada di samping brangkar.

"Jangan bangun dulu. Tiduran saja dulu, kamu belum pulih."

"Ta-tapi, kak..saya tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit ini. Saya harus cepat- cepat keluar agar biaya rawat saya tidak terus bertambah besar."

Wanita itu mendengus mendengarnya. "Kamu sudah tiga hari tidak sadarkan diri, baik kamu check out sekarang ataupun nanti tetap saja biayanya sudah terhitung mahal."

"La- lalu? Bagaimana saya bisa membayar tagihan rumah sakit ini?" Naffa merebahkan dirinya lagi begitu sadar dia tidak punya banyak uang. Ditambah sepertinya kamar ini adalah kamar VIP, dan pasti biayanya mahal.

"Aku sudah mengurusnya. Sekarang jangan pikirkan itu dulu, nanti kamu bisa mencicilnya padaku kalau kamu sudah sembuh. Yang paling penting kamu harus sembuh dulu agar bisa membayar hutang itu." Wanita itu tersenyum. Dia meraih gelas di atas nakas dan membantu Naffa duduk. "Ayo minum dulu."

Naffa duduk dan meminum air putih di gelas dari tangan wanita itu langsung.

"Terimakasih."

"Oya. Kalau boleh tahu kamu mau kemana dengan keadaan sakit waktu itu?" Tanya si wanita ramah.

Naffa bingung haruskah dia menceritakan nasib buruk hidupnya pada wanita cantik ini. Namun mengingat pertolongan wanita ini, Naffa tak punya pilihan lain. Dia pun menceritakan semua yang dialaminya hingga kini berada di sini. Dia merasa malu karena tidak bisa menjaga diri dari pergaulan. Seharusnya dia fokus saja pada kuliahnya dan tidak pacaran. Tapi semua sudah terlanjur terjadi dan dia tidak bisa memutar ulang sang waktu. Naffa sudah kehilangan terlalu banyak.

Ell mendengus. Satu lagi kebodohan manusia. Bodoh sampai ke DNA. 😄😄😄

"Kamu ingat dimana kamu di aborsi?"

"Ingat. Tempat klinik itu agak tersembunyi dan di jl.xxxx no.5. Waktu itu sebelum pergi, saya memperhatikan alamat klinik itu karena entah kenapa saya merasa dendam dengan mereka yang sudah membunuh anak saya. Apalagi sekarang saya tidak akan pernah bisa punya anak lagi selamanya."

Ell terdiam sejenak. Memikirkan apa yang harus dia lakukan. Menyeringai dia kemudian tersenyum licik tanpa sepengetahuan Naffa. Ada kalanya hidup itu tidak melulu mengalah. Ada saat dimana kita harus berjuang untuk menang.

"Kamu mau membayar hutang kamu, kan?"

Naffa mengangguk mantap. Dia tidak mungkin melupakan hutangnya.

Setelah sejenak, Ell memperhatikan lekuk wajah di depannya, dia berkata. "Bekerjalah denganku. Aku akan membuatmu berubah. Tidak lagi seorang Naffa yang menyedihkan dan butuh dikasihani. Karena takdirmu bukan itu."

Naffa tidak tahu rencana apa yang ada dikepala wanita di depannya. Yang dia tahu, dia hanya harus menuruti wanita itu.

***

Wanita itu menatap pantulan dirinya di cermin rias yang ada di depannya. Langkah yang dia ambil kini sangat bertentangan dengan nuraninya, namun masih adakah nurani di dalam dirinya?

Dia tidak begitu yakin karena rasanya apa yang ada di dunia ini tak akan mendukungnya jika dia masih mengikuti nurani. Yakinlah hanya orang yang berkuasa yang mampu menggenggam dunia.

"Mataku tidak pernah salah." Ucap sosok cantik di belakangnya. "Aku selalu tahu mana yang berlian asli meski berlian itu masih tertutup debu. Dan kamu bisa lihat kan, siapa yang ada di cermin itu? Itu berlianku." Ucapnya penuh keyakinan dan senyum menawan.

Naffa masih menatap sosok dalam cermin itu dan berkata "Terimakasih, mas."

"Apa?! Kamu panggil aku apa?! Mas?!! Kenapa tidak abang sekalian? Kamu tahu betapa ratus juta yang aku keluarkan untuk merubah penampilanku ini?" Ell merasa di ejek saat ini. Dia memang memberi tahu Naffa jika dia bukan wanita tulen. Tapi dipanggil 'mas'..oh-astaga.

"Tapi, mas kan masih punya kelamin pria. Masak aku panggil mbak?" Bela Naffa mulai berani menjawab.

"Haishhh..sudahlah. aku anggap tidak pernah mendengar panggilan itu." Ucap sosok cantik anggun lalu melenggang pergi setelah menyampaikan kesiapan Naffa.

Dia ingin sekali lagi berjuang. Melihat bagaimana hasil keputusannya. Setelah Ell membawa Naffa terbang ke Singapura, kini saatnya dia membuktikan jika pantas di lihat. Oleh dunia.

Mulai detik ini, Naffa tidak ada lagi di dunia. Karena dunia hanya akan mengenalnya sebagai Nefielin Bramanta.

Tbc

Ini Hidup NaffaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang