°
°
°Malam harinya Azizah langsung mengabari kedua orang tuanya di kampung, dan disambut baik oleh kedua orang tuanya.
“Sido ngelamar ndene kapan nduk?” tanya ibunya di sambungan telepon. (Jadi ngelamar ke sini kapan nduk?)
“Dereng ngertos buk, nanti aku kabari menawi sampun jelas.” (Belum tau buk, nanti aku kabari kalau sudah jelas.)
“Ojo mendadak nduk, bapak nembe sibuk di bengkel.” (Jangan mendadak lho nduk, bapak lagi sibuk di bengkel.)
“Inggih buk, mengke kulo kabari malih.” (Iya buk, nanti aku kabari lagi.)
“Yo wes, ndang turu wes bengi.” (Ya udah, tidur udah malam.)
“Inggih buk. Nggih pun kulo tutup, assalamu’alaikum.” (Iya buk. Ya udah aku tutup, assalamu’alaikum.)
“Wa’alaikumssalam.”
Azizah melongok jam di meja kerjanya yang terletak di samping tempat tidurnya. Tepat jam sembilan malam. Dia lantas bangun dari tempat tidurnya, mengambil kunciran yang dia letakkan sembarangan di atas tumpukan kertas di meja lantas mengikat rambutnya asal-asalan. Azizah lantas melangkah ke arah kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Saat dia kembali dari kamar mandi, benda persegi panjang yang tadi dia letakkan di kasur tampak menyala menampilkan dua panggilan tidak terjawab dan tiga pesan masuk via whatsapp.
08**********
Assalamu’alaikum Mbak Hana
Ini Jafar
Minta id line-nyaAzizah naik ke ranjang, lantas memposisikan tubuhnya berbaring nyaman, juga menyelimuti tubuhnya hingga sebatas dada dengan selimut tebal, sebelum akhirnya membalas pesan masuk dari Jafar.
Aihana01
Lantas tak berapa lama kemudian ada pesan masuk via line.
Mjafar
Add back mbakDan Azizah langsung meng-add back Jafar. Tak lama kemudian muncul lagi pesan dari Jafar via line.
Mjafar
Mbak Hana, ini katanya bunda
mau ngomong sama mbak
Aku vidcall diangkat yaAzizah yang tadinya sudah berbaring nyaman di atas tempat tidurnya, lantas gelagapan. Rambutnya masih terikat asal-asalan dan dia tidak memakai jilbab. Karena dia tinggal sendiri, dan tidak ada orang bertamu kecuali teman perempuannya, Azizah tidak pernah menyediakan jilbab instan yang siap pakai di dekat tempat tidur. Oleh karena itu Azizah buru-buru berlari ke arah lemari, lantas mencari satu khimar lebar yang bisa menutupi kepalanya.
Tampak panggilan vidcall dari Mjafar muncul di layar ponsel Azizah. Azizah sempat memeriksa wajahnya di cermin yang ada di lemari sebelum akhirnya duduk, menenangkan diri sejenak di atas tempat tidur, lantas baru mengangkat panggilan vidcall dari Mjafar.
Tampak seorang wanita paruh baya yang tampak anggun dengan jilbab lebar berwarna abu-abu membalut kepalanya. Azizah berusaha memasang senyum senormal mungkin, walau dia canggung luar biasa. Ya bagaimana, dia terbiasa menghadapi client yang tidak perlu banyak ekspresi, hanya senyum untuk ramah tamah. Sedangkan sekarang dia berhadapan dengan camer. Rasanya gugup bukan main.
“Assalamu’alaikum, Hana ya?” tanya wanita itu dengan senyum teduhnya.
Azizah akhirnya refleks tersenyum manis membalas senyum wanita itu. Walau dia merasa aneh saat ada orang memanggilnya Hana, karena sejak kecil dia bisa dipanggil Azizah, atau Zizah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geser dong!
SpiritualitéHana Azizah, biasa dipanggil Zizah. Sehari-hari Zizah bekerja di sebuah perusahaan pakaian muslim dan muslimah, menjabat sebagai sekretaris direktur di sana. Hampir dua tahun bekerja di sana tidak pernah terjadi hal-hal yang tidak dia inginkan, sepe...