Setelah kejadian di sekolah kemarin, Jaehyun sudah tidak pernah melihat Rosie lagi. Mendengar kabar dari Mingyu, katanya gadis itu berhenti sekolah.
"Jae, kamu ngomong apaan di belakang sekolah sama Rosie kapan hari itu?"
Jaehyun memberikan tatapan tidak tertarik pada Mingyu. Mingyu tidak bodoh, dia yakin Jaehyun mengatakan sesuatu sehingga gadis itu memutuskan untuk berhenti sekolah.
"Kamu ada apa-apa sama Rosie? Apa kamu yang hamilin dia?"
BRAK!
Jaehyun memukul meja dan menatap tajam Mingyu, "Jaga omongan kamu, Gyu." Pria itu mengambil tasnya dan bergegas keluar kelas. Saat berada di ambang pintu, Jaehyun sempat berpapasan dengan Jiho dan gadis itu bertanya kemana ia akan pergi tapi Jaehyun mengabaikannya.
"Gyu, kamu cari masalah apa lagi sih sama Jaehyun? Dia akhir-akhir ini lagi sensitif banget tau." Jiho menghela nafas dan mengelus dadanya melihat sikap kekasihnya.
"Jaehyun sama Rosie ada apaan sih?"
"Rosie? Sahabat waktu kecilnya Jaehyun dia."
Jaehyun menaikkan kupluk jaketnya dan bersembunyi di balik tiang listrik di seberang rumah bewarna cokelat itu. Ia memperhatikan setiap jendela disana sampai ia berhenti pada jendela di lantai atas. Jendela itu terbuka dan Jaehyun dapat melihat sosok Rosie yang sedang berdiri di depan kaca seraya mengusap perutnya. Gadis itu lalu menghapus air mata yang jatuh ke pipinya. Seketika kejadian di belakang sekolah terlintas dibenak Jaehyun.
Jaehyun menghela nafas panjang lalu melemper test pack di tangannya itu ke depan Rosie. Gadis itu masih diam dan tertunduk.
"Itu beneran punya kamu?" Rosie mengangguk lemah.
"Kenapa? Kenapa kamu lakuin itu?"
Rosie mengangkat kepalanya dan membalas tatapan Jaehyun. Tatapan sayu dari Rosie justru membuat Jaehyun semakin geram.
"Aku tanya, kenapa kamu ngelakuin hal itu? Kamu nyari perhatian?" Rosie menggeleng. Apa susahnya sih berbicara? Lagipula dia hanya perlu menjawab kenapa ia melakukan hal itu. Batin Jaehyun.
"Rosie kangen Jaehyun," Jaehyun diam beberapa saat lalu berdecak tidak percaya. Bisa-bisanya disaat serius seperti ini, gadis itu bercanda dengannya. "aku kangen kamu, Jaehyun."
"Kamu ngelakuin hal itu karena kamu kangen aku? Dasar perempuan gila."
Rosie tersenyum tipis dan masih menatap Jaehyun. Jaehyun sebenarnya tidak bermaksud kasar seperti itu, kalau dibilang rindu, ia juga rindu dengan Rosie. Tapi melihat gadis itu dan fakta bahwa kakak Rosielah yang membunuh Chaeyeon membuat Jaehyun enggan melihat bahkan menganggap gadis di depannya itu ada.
"Kamu dan Kakakmu sama saja. Sampah masyarakat, kamu tau?"
Rosie masih mempertahankan senyum tipisnya namun sekarang ia menatap kakinya. Tanpa terasa bulir air mata memenuhi pelipis Rosie hingga pandangannya buram. Ia segera menghapus air matanya dan kembali menatap Jaehyun.
"Kamu pernah gak sekali aja mikirin Rosie setelah kamu pergi dari cafe itu, Jaehyun? Atau mungkin terlintas dibenak kamu apa yang terjadi dengan Rosie setelah itu?"
Jaehyun diam seribu bahasa. Sekarang tangan pria itu gatal ingin mengusap pipi Rosie yang basah akibat air matanya yang terus mengalir. Jaehyun mengenal Rosie sejak mereka kecil, Jaehyun tau arti tatapan mata Rosie, tapi rasa benci membuat Jaehyun memilih untuk tidak perduli.
"Kamu itu hanya bagian dari masa lalu burukku. Masa lalu buruk, kamu paham? Sekarang aku mohon jangan mengusik hidupku." Jaehyun membuang nafas lalu berbalik. Dia berjalan meninggalkan Rosie.
"Jaehyun!" Panggil Rosie yang kini semakin menangis. Jaehyun tidak menghiraukan dan tetap berjalan. Meskipun di dalam lubuk hati Jaehyun, pria itu ingin sekali membantu gadis itu. "jangan tinggalkan Rosie lagi.."
Jaehyun menarik ujung kupluknya ketika seorang pria jangkung melewatinya dan berlari kecil menuju rumah cokelat itu. Kedua tangan Jaehyun mengepal ketika tahu siapa pria tadi. Pria jangkung itu mengetok pintu rumah sambil mengomel dan sesekali menendang pintu. Jaehyun kembali melihat Rosie di dalam kamarnya yang terlihat ketakutan.
Tunggu..
Rosie berlari kecil keluar dari kamarnya dan segera membukakan pintu. Jaehyun tercengang ketika pria jangkung itu menarik kerah baju Rosie dan mendorong gadis itu hingga terjatuh. Pria itu masuk dan menutup pintu, Jaehyun sempat berfikir sebentar. Ia melihat sekeliling, daerah rumah Rosie begitu sepi.
Tapi dia bisa mati kalau gak kamu bantu, Jaehyun.
Jaehyun melangkahkan kakinya menuju depan rumah cokelat itu. Baru saja ingin membuka pagar rumah ponsel pria itu berbunyi. Ternyata Mingyu menelfon.
"Halo, Gyu? Kenapa?"
"Kamu dimana?! Ini Jiho habis di tabrak mobil! Aku sama Mina lagi diperjalanan ke rumah sakit."
Dunia Jaehyun sempat berhenti persekian detik sebelum akhirnya sadar dan memutuskan sambungan telfon. Jaehyun sempat melirik pintu rumah Rosie sebentar lalu segera mengirimkan pesan singkat pada June dan Jaehyun bergegas masuk ke dalam bus di perempatan seberang.
"Dasar Adik tidak berguna! Bisanya nyusahin aja!Mati saja sana!"
BRUK!
Mungkin lebih baik aku menuruti kata-katanya. Mungkin mati akan lebih cocok denganku, haha.
aku minta maaf.
Your Rosie.