Kalian play music box di atas kalau ada sign↓
↑ Play the music box ↑
"Jaehyun, bangun."
"Jaehyun."
Jaehyun membuka kedua matanya perlahan. Semalaman ia tertidur di kamar inap Jiho. Ia melihat Mina yang berdiri di sebelahnya dengan menggunakan pakaian serba hitam. Jaehyun juga melihat Mingyu di ambang pintu. Pria itu juga mengenakan pakaian seperti Mina.
"Kalian udah lama disini?" Jaehyun bangkit dan mengusap wajahnya. Mina dapat melihat dengan jelas mata sembab milik Jaehyun. Gadis itu mengulurkan hem hitam pada Jaehyun. Jaehyun menatap Mina bingung. "punya siapa?"
"Punya Mingyu," Mina melirik Mingyu di belakangnya lalu kembali menatap Jaehyun. "habis ini kita ziarah, Jaehyun. Kamu gak baca grup kelas?" Mendengar kata ziarah membuat Jaehyun semakin bingung sampai akhirnya ia paham. Ternyata apa yang June bilang tadi malam benar. Ternyata gadis yang semalam itu benar dia. Mina menghela nafas lalu mengusap pundak Jaehyun.
"Aku sama Mingyu tunggu di depan ya, Jae." Mina berbalik dan jalan menghampiri Mingyu. Pria itu tidak banyak bicara setelah tahu tentang kejadian semalam. Mina mengajak Mingyu untuk menunggu di depan selagi Jaehyun mengganti bajunya.
Jaehyun masih memperhatikan hem hitam di tangannya. Pikirannya berkecamuk kemana-mana. Jantungnya berdenyut perih ketika nama itu muncul dibenaknya. Pria itu memejamkan kedua matanya lalu membuang nafas panjang. Ia segera menuju kamar mandi dan mengganti pakaiannya.
Angin berhembus begitu kuat membuat rambut pria itu bergerak kesana-kemari. Setiap langkah yang ia ambil begitu berat. Mina dan Mingyu berada di samping Jaehyun sejak turun dari mobil. Mereka berhenti di tempat tujuan mereka. Jaehyun melihat dengan kedua matanya sendiri.
PARK CHAEYOUNG
Lahir: 11 Februari 1999
Wafat: 18 April 2017
Mina berlutut dan menebar bunga di atas makam Rosie. Setelahnya Mina sempat mengusap batu nisan tersebut lalu bangkit. Mereka bertiga berdoa kemudian Mina dan Mingyu izin untuk kembali ke mobil lebih dulu. Mina tahu jika Jaehyun membutuhkan waktu sendiri sekarang. Selepas Mina dan Mingyu pergi, Jaehyun berjongkok dan memperhatikan batu nisan di depannya itu.
Bulir air mata mulai membasahi pipi Jaehyun. Pria itu tidak menyangka jika Rosie akan mengakhiri hidupnya dan pergi. Rasanya Jaehyun benar-benar ingin mengutuk dirinya sendiri karena sikap acuhnya selama ini. Jaehyun sadar betapa jahatnya ia kepada Rosie. Gadis itu adalah sahabatnya.
"Rosie.." Tangis Jaehyun semakin pecah ketika ia mengusap batu nisan di depannya itu. Jari-jemari Jaehyun meraba tulisan di batu nisan tersebut. Jaehyun kecewa pada dirinya sendiri karena mengabaikan Rosie yang jelas-jelas tersiksa. Gadis itu menahan luka dan kesedihannya sendiri. Mungkin kalau Jaehyun saat itu ada disisinya, Rosie tidak akan pergi.
"Jaehyun, kamu tau gak?" Rosie yang berbaring di sebelah Jaehyun itu tersenyum tipis selagi memperhatikan langit di atas. "kamu itu anugerah kedua dari Tuhan setelah keluarga Rosie." Jaehyun yang berada di sebelahnya ikut tersenyum.
"Kamu sejak kapan puitis kaya gitu?" Jaehyun menimpali dan mendapat pukulan kecil dari Rosie. Sore itu mereka tengah berbaring di perkebunan milik Ayah Jaehyun. Mereka menyelinap masuk ketika para pekerja sedang istirahat. "emang itu puitis? Enggak kok, kamu mengada-ngada."