Picnic

54 10 26
                                    

Necromancy pov

Hoam....

Entah sudah berapa kali aku menguap hari ini, padahal aku sudah tidur kemarin malam. Apakah aku masih capek? Gak deh, tubuhku gak capek amat. Lalu... ada masalah apa ya...? "Necro..." panggil Cowardice dari jauh.

"Oh... Cowardice... ada masalah apa?"

"Kau yang ada masalah apa, belakangan hari ini kau bertambah aneh. Ada masalah apa Necro?"

"Entahlah... aku sendiri heran...."

"Apa karena 'itu'?"

"Iya," jawabku.

Seminggu yang lalu... aku dan Cowardice bertemu seseorang yang mirip ayah (Witchcraft), dia bertanya pada kami apa arti sebenarnya dari cinta itu. Kami gak bisa menjawabnya... karena kami gak berpengalaman dalam hal itu. Pria itu pun mengatakan jika kami ingin tahu maka kami harus mengetahui beberapa pengertian pula.

"Sudahlah Necro, berpikir keras gak selamanya baik untuk otak. Ayo!!!" kata Cowardice sambil menarikku. Aku hanya ikut kemana dia menarikku, ternyata dia menarikku ke sebuah taman. "Taman yang indah..." kataku.

"Bukan disini, ayo ikut aku."

Aku mengikuti Cowardice dari belakang, dan dia berjalan ke sebuah tempat rahasia. Dia membuka tempat rahasia itu dan merangkak kedalamnya, aku hanya melihat dia karena aku yakin aku gak muat. Tidak lama setelah dia merangkat sebuah gerbang terbuka, dan aku pun masuk melalui gerbang tersebut. Aku bisa melihat Cowardice yang tersenyum, kuarahkan pandanganku kesekitar.... Pemandangannya sangat indah, aku langsung merasa segar ketika melihat pemandangan ini.

"Indahnya...."

"Aku senang kau suka, ayo... aku sudah menyiapkan piknik kecil." Dia menarikku ke sebuah tempat, disitu aku melihat karpet yang terbentang dengan makanan diatasnya. "Kau menyiapkan semua ini?"

"Iya, silahkan duduk."

Aku pun duduk, dan Cowardice menyondorokan aku segelas teh. "Silahkan diminun," katanya. Tehnya begitu manis, dan itu menghangatkan hatiku. Disaat aku lagi minum teh, Cowardice menyondorkan aky pie. "Apa ini pie bluberry?"

"Iya...."

Aku pun mengambil pie itu dan memakannya, rasanya benaran enak. Sama dengan buatan mama... tanpa kusadari senyuman muncul di bibirku. "Kau tersenyum..." kata Cowardice.

"Hehehe...."

"Aku senang kau suka pienya."

Aku tersenyum pada Cowardice, dan entah mengapa... aku sangat ingin memeluknya....

~TBC~

The true meaning of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang