"Makanya jangan nyakitin orang lain, kalo kamu juga ga mau kena imbasnya." Afsan~
💡💡💡
"Abangggg, ayo cepetan nanti kita telat sekolah nya" teriak seorang gadis yang sedari tadi terus menggerutu sebal karna terlalu menunggu abang nya yang belum keluar jua.
"Iya adek berisik kamu, ayo" seorang lelaki berperawakan tinggi, dengan hidung yang sangat lancip, juga bibir limit yang berwarna pink khas nya.
Afshani, gadis yang sudah stay di ambang pintu terus saja menggerutu. Pasalnya sudah sekitar setengah jam dia menunggu abang nya yang super lemot itu.
Sedangkan Afsana sang kakak, hanya terlihat santai. Karena memang rutinitas pagi nya selalu buang air besar dulu sebelum berangkat sekolah. Itulah yang selalu membuatnya terus diomeli sang adik.
Setelah cukup berdebat, akhirnya Afsana dan Afshani berangkat menggunakan motor scoopy yang biasa mereka gunakan untuk menuju sekolah.
"Abang, pulangnya Sha pengen ke toko buku dulu ya" Afshani mencondongkan tubuhnya mendekat pada telinga sang kakak.
Afsana hanya mengangguk dan mengacungkan jempolnya.
Diperjalanan Afsana selalu menyenandungkan sholawat di ikuti dengan suara merdu adiknya. Namun sedetik setelah sholawat nya usai, pria dengan helm bogo itu melirik adiknya dari kaca spion.
"Dek, abang tadi pinjem powerbank kamu" ucap Afsan dengan sedikit berteriak memecah bising nya perjalanan.
Adiknya terlihat memicingkan mata nya kembali "awas rusak lagi."
"Iya dek, janji deh abang jaga baik-baik" ucap Afsan dengan nada serius.
Namun Sha hanya mencibir nya kembali. Bahwasanya kakak nya yang satu ini selalu bilang janji tidak akan rusak, tapi pasti akhirnya mati atau koslet karna sering terbanting oleh Afsan.
Mendengar adiknya menggerutu, dan sedikit menceramahi Afsan hanya bersikap acuh saja. Sudah sering sekali dia diceramahi begini oleh adiknya.
"Abang dengerin Sha ga sih?" sebal Afshani saat melihat abang nya anteng-anteng saja.
"Iya adek ini kuping abang udah panas dengerin ceramahan kamu,"
Takkkk. Dengan polosnya, Sha menjitak helm Afsan. Bukan Afsan yang kesakitan, malah tangan Sha sendiri yang sedikit ngilu.
Afsan hanya tertawa penuh kemenangan, dan kini saatnya dia yang berceramah "makanya jangan nyakitin orang lain, kalo kamu juga ga mau kena imbasnya."
Afsan kembali bersenandung, kali ini bukan menyanyikan sholawat. Tapi kembali mengingat hafalannya sembari menyetir motor dengan kecepatan agak ngebut.
Sampai di sekolah, mereka disambut satpam yang selalu berjaga di depan gerbang. Memarkirkan motor di parkiran sekolah seperti biasa. Lalu, mereka turun dan menaruh helm nya di motor.
Sha terlihat ceria pagi ini, meskipun dia sempat badmood karna abangnya. Tapi semangat belajarnya kini bangkit kembali saat berjalan melewati koridor sekolah bersama Afsan.
Berbeda dengan Afsan, dia selalu menampakkan wajah flat nya saat melintasi siswi-siswi yang sedang bergosip ria menunggu bel masuk.
Karna arah kelas mereka sama, makanya Afsan selalu menunggu hingga adiknya masuk dan duduk di bangku kelas.
Sha yang masih duduk di kelas sebelas, dan Afsan yang duduk dikelas duabelas. Umur mereka hanya berjarak satu tahun. Jadi wajar saja mereka seperti agak mirip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afsana
SpiritualKisah yang sangat menginspirasi untuk anak-anak zaman kaum milenial. Tak banyak anak yang masih begitu amat cinta dengan sholawat. Tapi Afsana ada dibagian mereka yang sudah terkubur zaman modern. Sosok lelaki yang begitu mencintai sholawat. Dan beg...