"Kebersamaan adalah hal paling mahal. Tidak bisa dibayar dan tidak bisa diganti dengan apapun. Bahkan uang sekalipun tidak akan pernah sanggup membayar kebersamaan yang tercipta."
💡💡💡
"Shaaaaa, snack abang kemana?" teriak Afsan dari arah dapur.
"Ga tau, dimakan tikus kali" jawab Sha dengan suara yang tak kalah kencang nya. Membuat Farah—umi—menggelengkan kepala lagi dan lagi saat melihat aksi rebutan akan terjadi.
Afsan menghampiri adiknya yang tengah memainkan laptopnya di ruang santai.
"Adek makan ya?" tanyanya penuh introgasi.
"Satu doang bang" timpal Sha dengan cukup santai. Dia sepertinya tidak masalah abang nya akan ngamuk kali ini.
"Aduh Sha, itu kan snack kesukaan abang!"
"Tinggal beli lagi aja ih ngomel mulu,"
Afsan melipat kedua tangannya di depan dada, emosi nya memuncak. Bagaimana mungkin snack kesukaannya bisa lolos dimakan Afshani?
"Ga gamau, pokonya kamu yang harus ganti snack nya abang" kata Afsan dengan penuh penegasan.
"Ih enak aja, gamau" bantah Sha lagi.
Dengan senyum licik nya, Afsan mencoba jongkok untuk berbisik di telinga Sha. Ia sudah tau ancaman apa yang paling tepat untuk adiknya itu, "Hmmm okey, kalau gitu abang ambil marshmallow kamu dan coklat kamu sebagai gantinya."
Setelah mengatakan itu, Afsan langsung berlari ke arah kulkas. Sha yang melihat nya pun ikut menyusul abangnya dan berusaha menghadang kulkas itu. Namun tetap saja, langkah Sha masih kalah dengan langkah Afsan.
Afsan lolos mengambil satu batang coklat dan marshmallow milik Sha.
"Ah abang jangan dong, pliss iya deh Sha beliin lagi snack nya tiga kali lipat, tapi jangan ambil marshmallow sama coklat Sha" Afshani terlihat memohon-mohon melihat makanan kesukaan nya sudah ada ditangan Afsan.
"Tapi nanti" lanjutnya dengan bibir yang sedikit mengerucut.
"Sekarang, atau ngga—" Afsan menyobek bungkus chungky bar nya perlahan. Dan itu membuat Sha lemas tak karuan.
"Yaudah iya-iya Sha beli sekarang" katanya dengan terus berusaha mengambil coklat dan marshmallow yang digenggam Afsan.
"Ga mau dibalikin sebelum snack nya ada."
Afshani menghentakkan kaki nya sebal, lalu ia keluar menuju alfamart terdekat untuk membeli snack kesukaan Afsan yang tadi ia makan.
Dalam keadaan begini, dia harus pergi sendiri dan Afsan tak peduli. Suruh siapa memakan camilan nya? Begitulah kata Afsan dengan sangat jahat nya.
Umi yang melihat kejadian yang amat sering terjadi, memberi peringatan pada putra sulungnya itu.
"Afsan, jangan gitu sama adek" peringatan umi.
"Sha juga gitu sama San" kata Afsan acuh tak acuh, sambil terus merengut di meja dapur.
"Emang camilan kamu udah habis?" tanya uminya lagi. Dan Afsan hanya mengangguk beberapa kali dengan tempo cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afsana
SpiritualKisah yang sangat menginspirasi untuk anak-anak zaman kaum milenial. Tak banyak anak yang masih begitu amat cinta dengan sholawat. Tapi Afsana ada dibagian mereka yang sudah terkubur zaman modern. Sosok lelaki yang begitu mencintai sholawat. Dan beg...