PROLOG

13.5K 908 38
                                    

Di umur 26 tahun, Batari sudah memiliki karier yang cemerlang. Menyelesaikan kuliah kedokteran dan koas di umur 24 tahun, lalu mengikuti pelatihan militer selama 7 bulan dan pendidikan perwira dan kini ia bergelar Letnan Satu dan bekerja di Rumah Sakit Tentara.

"Dok, anda dipanggil komandan" ucap seorang perawat saat Tari baru saja menyelesaikan visit pasiennya. Tari menghela napas dan menganggukkan kepalanya.

"Siap, terimakasih"

Tari melepas snelli nya lalu mengambil topinya dan berjalan menyusuri kooridor menuju Kodam yang berada diseberang jalan rumah sakit.

Saat mendengar perintah masuk, Tari langsung membuka pintu dan terpaku pada seseorang dengan seragam doreng didepannya.

"Batari"

"Siap!"

Tari langsung memberi hormat pada sang komandan dan istirahat di tempat.

"Kamu mendaftar menjadi relawan" ucap komandannya.

"Siap, iya ndan" jawab Tari tegas.

"Ayah bicara kepada anaknya, bukan komandan pada anggotanya" ucap komandan sekaligus Ayahnya. Arion Andhra Wiratama.

Tari langsung menarik kursi didepannya, tak memedulikan keberadaan pria yang sejak tadi menatapnya seolah banyak yang ingin ia bicarakan. Ia menggenggam lengan kokoh sang Ayah.

"Yah... Tari udah ngomongin ini dari 3 bulan yang lalu, kalau Tari akan daftar jadi anggota relawan, dan kebetulan Rumah Sakit merekrut relawan dan Tari ditunjuk sebagai ketuanya. Ayah harus izinin Tari"

"Kenapa harus?" Arion mengangkat sebelah alisnya.

"Karena kalau enggak, Tari akan minta izin pada Ibu, kalau Ibu udah acc maka Tari gak perlu lagi izin dari Ayah." jawab Tari santai. Arion memejamkan matanya dan menghela napas berat. Tari adalah copy paste dari Calya. Semua wataknya persis seperti Calya walaupun bentuk fisiknya lebih dominan mirip Arion.

"Terus kenapa kamu disini?"

Tari menatap Ayahnya dengan kedua alis bertaut

"Tadi komandan yang panggil, kalau-kalau Ayah lupa"

Arion berdehem pelan, melupakan drama antara Ayah dan anak lalu menatap pria yang sedari tadi dia abaikan.

"Raja"

"Siap ndan!"

"Selamat datang di Kodam baru kamu, semoga betah disini ya."

Tari langsung menatap pria itu dan Ayahnya bergantian.

"Oh iya Tari masih ingat Raja kan?" tanya Arion. Tari mengepalkan tangannya.

Jelas ingat Yah. Si tolol ini yang ninggalin aku gitu aja.

"Raja siapa Yah?" Tari memilih pura-pura lupa. Bodo amat.

"Anaknya alm. Om Radith, dulu waktu kecil kalian sering main bareng, perasaan kalian juga di SMA yang sama kan?"

"Ah gak ingat. Cuma ingat Elang aja Yah. Tari pamit, mau ke rumah." ucap Tari lalu mengecup cepat pipi sang Ayah.

"Sebentar Batari"

Tari kembali menolehkan kepalanya pada sang Ayah

"Kamu Ayah izinkan menjadi relawan asal Raja yang menjaga kamu selama di lapangan." ucap Arion membuat mata Tari membulat kaget

"Yah.."

"Atau tidak sama sekali. Ayah bisa bicarakan pada Ibu untuk tidak mengizinkan kamu." ucap Arion tak terbantahkan.

"Ayah ngancam Tari?"

Arion menggelengkan kepala.

"Sama sekali tidak nak."

"Tari bukan anak kecil lagi Yah, please"

"Ya, tapi kamu tetap anak Ayah."

Tari melirik pria disampingnya, lalu matanya turun menatap badge nama pria itu

A. RAJA ALAM

"Terserah Ayah, Tari mau pergi sekarang."

"Sekalian sama Raja, dia mau ketemu Ibu juga." ucap Arion.

"Siap, izin mendahului ndan" ucap pria itu tegas dan memberi hormat pada Arion lalu berbalik pergi.

Tari mengepalkan tangannya. Brengsek! Eh bukan Ayahnya, tetapi pria disampingnya yang kini telah membuka pintu keluar ruangan sang Ayah.

Tari tau kehidupannya akan lebih banyak diwarnai kekesalan setelah ini.

***

Update!

Sejujurnya aku udah mikirin ini dari seminggu yang lalu tapi masih bingung mau gimana dan akhirnya aku memutuskan untuk membuat sequel. Sebelumnya maaf jika ceritanya mungkin tak sesuai dengan ekspetasi kalian nantinya.

Mungkin gak sering update, karena udah masuk libur dan aku akan jarang pegang handphone😅

Happy Reading 🤗

Rabu, 29 Mei 2019

--Whyunn_--

INFINITY [Dihapus Sebagian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang