SATU

8.8K 846 36
                                    

Untuk pertama kalinya keluarga Arion makan dalam formasi lengkap, ditambah lagi kehadiran Raja yang kini duduk berhadapan dengan Tari.

"Bagaimana kabar keluarga kamu di Bandung?" tanya Arion membuka suara begitu mereka selesai makan.

"Alhamdulillah baik om. Mama semakin sibuk dengan anak kak Daisy," jawab Raja tersenyum.

"Kamu belum punya pacar?"

Tari menolehkan kepalanya mendengar pertanyaan aneh sang Ibu. Dan Tari dengan cepat bisa membaca pikiran sang Ibu.

"Ibu jangan coba-coba jodohin Tari sama Raja ya!" ucap Tari menatap Ibunya penuh peringatan. Calya menatap sang anak keki

"Dihh kelamaan ngenes sih kamu makanya geer gitu. Ibu cuma nanya aja kok," jawab Calya sewot. Tari hanya mendengus malas, ia tau Ibunya sedang menyusun seribu satu rencana di otaknya.

"Lagian kamu sih nak, Ibu jodohin sama Elang gak mau. Elang kurang apa sih? Tampan iya, cerdas iya, akhlaknya baik, jago bawa pesawat tempur lagi," cerocos Calya membuat Tari muak. Ibunya tak tau saja jika mulut Elang itu seperti kebun binatang jika berbicara pada Tari. Lihat saja namanya. ELANG.

"Kenapa gak Ibu aja yang nikah sama dia?"

Arion langsung tersedak. Ia terbatuk dan Freya, sang adik bungsu yang duduk di kelas 2 SMA langsung menyodorkan gelas air minum pada Ayahnya.

"Kamu mau nyuruh Ibu bersuami dua gitu? Emang boleh? Mas, boleh gak?" tanya sang Ibu menatap Ayahnya dengan wajah serius. Arion memijit pelipisnya.

"Ya enggak lah. Ada-ada saja." jawab Arion sebal.

"Jadi? Raja udah punya pacar?" Calya kembali menolehkan kepalanya pada Raja, menatap anak dari sahabatnya penasaran. Raja menggaruk tengkuknya bingung.

"Belum tante," jawab Raja canggung.

"Nah kebetulan--"

"Aku udah punya pacar," potong Tari cepat membuat kepala kedua orangtuanya menoleh menatap Tari kaget.

"Aku udah punya pacar.. Jadi, Ibu gak perlu jodohin aku lagi. Oke? Aku balik ke rumah sakit dulu, ada pemeriksaan anggota yang mau tugas ke luar. Assalamualaikum."

Tari mencium pipi kedua orang tuanya tetapi sialnya saat ia berbalik, kakinya malah menabrak kaki kursi.

"Nah kan, bohong sih," cibir Calya. Tari memejamkan matanya.

"Enggak bohong Ibu. Tari pergi," ucap Tari lagi dan langsung berlari tanpa memedulikan seruan sang Ibu.

***

"Gimana dong?"

Tari menatap Elang yang kini duduk dihadapannya dengan seragam biru mint. Ia baru saja menceritakan tragedi pertemuannya dengan Raja dan kebohongan mendadaknya yang sudah memiliki pacar dan tentu saja tak menceritakan bagian 'Elang dipuji' sang Ibu. Narsisme pria itu akan kambuh pastinya jika tahu Ibu Tari telah memujinya dan masih menjadikannya kandidat menantu idaman.

"Mana gue tau. Lagian bohong sama orang tua itu dosa tau Tar, kualat lo entar," ucap Elang lalu ia menyeruput lemon tea nya.

"Gue bisa dapat pacar beneran dong?" Tari menopang dagu dengan senyuman lebarnya. Elang berdecak.

"Terus faedahnya lo cerita ke gue apa?" tanya Elang yang sedari tadi memikirkan kegunaannya dalam cerita Tari.

"Bantuin gue. Cariin gue pacar, please," Tari menangkupkan tangannya dengan wajah memelas. Berharap Elang mau membantunya

INFINITY [Dihapus Sebagian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang