(Lanjutan Chapter 3 : FRAMED)

323 51 2
                                    

Kedua anggota OSIS tersebut segera melarikan diri, Jeongin hanya mendesah dan memijit sela dahinya.

Kenapa hanya karena kasus bodoh kehilangan handphone, masalahnya jadi serumit ini?

OoO


Sebagai remaja yang sedang mengalami growth spurt, atau yang artinya, semburan kedewasaan, saat-saat dimana tiba-tiba tubuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat, tidak ada dari kembaran Hwang yang makannya sedikit.

Mereka makan dengan porsi remaja laki-laki normal. Sepiring penuh nasi dengan berbagai macam lauk. Meski Seungmin agak susah makan sayur dan Hyunjin hanya suka masakan tumis, tapi mereka biasanya memakan apapun yang dimasak oleh Jeongin.

Lain ceritanya pada saat seperti ini.

Menyakitkan bagi Jeongin untuk melihat Hyunjin tidak nafsu makan, ia hanya sibuk memainkan makanan yang ada di piringnya. Sedangkan Seungmin sedari tadi hanya berusaha untuk bercanda, namun senyum terlalu aneh.

Keduanya tidak dalam kondisi yang baik, terutama Hyunjin, yang bahkan tidak merepotkan diri untuk menyembunyikan wajahnya yang muram.

"Masakanku nggak enak ya?" tanya Jeongin, itu pancingan murahan agar kedua kakaknya mau meresponnya, termasuk merespon makanannya.

"Eh, nggak, enak kok," balas Seungmin, buru-buru makan makanannya.

Hyunjin tidak merespon, ia hanya kembali menyuapkan makanan ke mulutnya. Namun, raut wajahnya masih sama.

Jeongin sendiri pun sadar, kalau dia pun sebenarnya sedang tidak nafsu makan. Bagaimana ia bisa makan dengan tenang kalau kedua saudaranya sedang bermasalah?

"Oh ya, Pensi jadi gimana?" tanya Seungmin, mengalihkan perhatian.

"Hm... masih kekurangan dana... susah," keluh Jeongin, baru kali ini ia mengurus acara dengan skala besar sehingga ia sedikit kerepotan.

"Memangnya mau ngundang bintang tamu siapa?" tanya Seungmin lagi.

"Hm, itu masih debat soalnya..."

Kata-kata Jeongin terputus saat Hyunjin bangkit dan membawa piringnya ke tempat cuci piring. Sepertinya setidaknya nasinya sudah habis, tapi lauknya masih sedikit bersisa. Tanpa kata-kata kakaknya hanya naik ke lantai dua.

Kedua saudaranya hanya bisa menatapnya dalam diam, entah apa yang dipikirkan Hyunjin sekarang, mereka tidak tahu.

OoO

Hyunjin mengambil napas panjang. Ia memegang gagang pintu dan membukanya.

Ia tidak tahu apa yang ia akan lakukan ini benar atau salah. Tapi, ia tahu, apa yang akan ia lakukan mungkin akan menyakiti hati orang yang berharga baginya. Tapi, ia tidak punya pilihan lain. Satu-satunya cara untuk melindungi adiknya adalah dengan melakukan ini...

Ia pun segera menghampiri orang yang ia ingin temuin hari ini.

"Ya, ada apa Hyunjin?"

"Saya... mau mengaku bu."

Ibu guru yang ada di depannya hanya mengerjapkan mata.

"Ya? Mengaku apa?"

"Saya yang mencuri handphone Vivi empat hari yang lalu."

OoO

Jeongin lari ke rumah, tidak peduli dengan teriakan Seungmin yang ada di belakangnya. Ia berharap ia cuma salah dengar, tapi...

"KAK HYUNJIN!"

Kakak yang pertama melihat TV dengan wajah datar. Jeongin menepuk pundak kakaknya kasar agar Hyunjin mau berbalik melihatnya.

ɢʟᴏᴡ ꜱɪʙʟɪɴɢ'ꜱ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang