(Lanjutan Chapter 2: Fake)

565 64 4
                                    

Seungmin tahu saat bercanda ia bisa agak keterlaluan, namun ia tahu batasan-batasan yang tak boleh dilewati.
Ia bertanya-tanya, apa yang sudah ia lakukan sampai membuat seseorang sebegitu dendam padanya?
Ia mulai kesulitan menutupinya dari semua orang, ia benci melihat orang memandangnya dengan khawatir. Tapi, pada saat yang sama ia tahu dirinya tidak baik-baik saja. Ia biasanya cuek saja dengan pandangan orang, dibenci bukan sesuatu yang baru baginya. Tapi baru kali ini ada yang menterornya seperti ini. Jika disuruh memilih, Seungmin bahkan lebih memilih untuk diserang langsung daripada tidak langsung begini.

Ia harus melakukan sesuatu.
Seungmin mendengus, ah sudah, untuk sekarang berhenti berpikir soal masalah ini dulu. Ia harus cepat-cepat kembali ke kelas, dasar sial, kenapa kamar mandi di lantai dua pakai rusak segala? Ia kan jadi harus ke kamar mandi di lantai empat.

Sang pemuda bertopi bergegas menuruni tangga, namun jantungnya seakan berhenti saat merasakan tubuhnya didorong ke depan.

Dan matanya hanya membelalak saat ia jatuh dari tangga.

IOI

"Ada yang jatuh dari tangga!"
Jeongin terkejut, kelas menjadi gaduh dan gurunya mencoba menenangkan murid-murid yang ribut. Namun, sang Ketua OSIS hanya merasakan tiba-tiba dadanya menjadi berat. Tidak mungkin... kan?

Salah seorang siswi kembali ke kelas, sepertinya baru dari kamar mandi tadi.

"Pak Guru, ada yang jatuh dari tangga di lantai empat," katanya panik.

"Siapa?" tanya gurunya dengan wajah khawatir.

"Seungmin."

Mata Jeongin membelalak, dan yang ia sadari selanjutnya, ia sudah berlari dari kelas, tak mempedulikan sahutan guru di belakangnya.

IOI

"Kak Seungmin!"
Seungmin menoleh, melihat Jeongin membuka pintu UKS dan masuk dengan wajah sangat panik dan cemas. Jarang sekali, Seungmin melihat adiknya begitu... lepas kendali.

"Dia baik-baik saja, kakinya hanya terkilir saja," dokter UKS segera menenangkan saudaranya itu. Napas Jeongin yang tadinya cepat perlahan-lahan melambat dan normal kembali, ia berbalik menatap Seungmin dengan pandangan sangat cemas.

Seungmin sendiri mengaku, keadaannya tidak bisa dibilang bagus. Kakinya kanannya dibalut, sekujur tubuhnya terdapat luka lecet dan seragamnya kotor. Tapi setidaknya, ia masih hidup dan utuh.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Jeongin, lebih tenang namun masih tampak khawatir.

"Yah, selain kaki ini, aku masih utuh kok," katanya dengan nada bercanda. Namun, Jeongin justru terlihat semakin sedih. Seungmin, untuk pertama kalinya, tidak tahu harus berkata apa untuk mencerahkan suasana.

Pintu UKS kembali di buka dan Seungmin terkejut melihat Hyunjin pun datang.

Kakaknya yang satu itu hampir tak pernah datang menjenguk meski Seungmin terluka dan di bawa ke UKS. Seungmin memang langganan tetap UKS, karena bermain skateboard ia kadang jatuh, atau cedera saat bermain olahraga lain.

Tapi, Hyunjin tak pernah menjenguknya sebelumnya. Entah cuek atau tidak peduli, tapi Seungmin berpikir mungkin karena Hyunjin yakin, ia akan baik-baik saja.

Namun, keadaannya sekarang berbeda. Seungmin tak tahu harus senang atau sedih mendapatkan perhatian seperti ini dari kakak tertuanya.

Dokter baru saja mau menjelaskan apa yang terjadi pada Seungmin, namun Hyunjin mengacuhkan dan berjalan menuju tempat tidur di mana Seungmin berada.
Matanya mendelik namun tidak mengatakan apa-apa. Seungmin tak tahu apa yang kakaknya pikirkan.

ɢʟᴏᴡ ꜱɪʙʟɪɴɢ'ꜱ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang