Ch1. Keseharian Piyak

9.8K 1.7K 683
                                    


Happy reading y'all!
Mind to review for support this book?

.
.
.

Kemampuan ayam berkembang dengan cepat setiap harinya, tidak lekang oleh bantuan Taehyung, tentunya, pria itu lah yang dengan sabar mengajari banyak hal kepada sang ayam demi menyempurnakan tingkah manusianya yang masih dijajah sikap ayam bila khilaf; melupakan jati diri sebagai manusia.


Banyak yang sulit untuk dilakukannya selaku ayam, berdiri dengan kedua kaki manusia saja penuh perjuangan, sebab dirinya terbiasa berjalan selama jongkok, meski Taehyung telah mengajarinya jalan dengan normal selayaknya manusia--- 10 hari belakangan ini. Selain tubuhnya seporsi pria 27 tahun, perkembangannya juga jauh lebih cepat dari bayi pada umumnya.



Sudah bisa mengingat beberapa kata walau banyak kesalahan ketika mengucapnya. Keingintahuan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru dilihat dan didengar meyakinkan Kim Taehyung perihal jiwa bayi yang masih melekat; semurni air susu ibu, belum berdosa, dan tidak tahu apa yang menggantung di antara selangkangnya.




Tidak mudah untuk menjelaskan berbagai hal dengan bahasa sehati-hati mungkin agar dapat dimengerti tanpa sedikit pun tersirat ambigu hingga membuat ayam bertanya lebih jauh.



"Aku sudah bilang, itu jenis kelaminmu. Dengan benda itu, kau bisa tahu identitasmu--- apakah sebagai pria atau wanita." Kurang yakin apakah penjelasannya barusan dapat mudah dicerna oleh sang ayam yang menatapnya ragu dengan kepala miring.



Dengan hati sabar dan ikhlas, Taehyung mengangkat Jungkook; menahan kedua ketiaknya agar dapat berdiri dari kebiasaan yang sepertinya sulit sekali ia tinggalkan. Dari tindakan barusan, mengakibatkan Jungkook mengepakkan tangannya, risih, tubuhnya limbung kalau saja tidak ditahan Taehyung.




"Lalu, acu inyi wanyita apa piya, piyak? Piyak?" raut bingung selalu tampak di wajahnya tatkala menunduk dan mendapati benda panjang yang tidak bisa lepas dari tubuhnya--- beberapa kali ia mencoba untuk menariknya agar tidak terus menggantung di sana, namun yang didapat malah jeritan spontan karena rasanya sakit sekali.




Mempersiapkan jawaban seraya membawa tubuh bongsornya ke kasur, karena seharusnya bayi ayam segera tidur mengingat pukul berapa mereka masih terjaga saat ini--- menyesuaikan jadwal bayi pada umumnya, agar Kim ayam tetap tumbuh teratur sebagai bayi. "Kita itu sama. Aku juga memiliki benda panjang yang kau miliki. Semua pria baik anak-anak, remaja, maupun dewasa memilikinya. Walau bentuk dasarnya sama, tetapi bukan berarti persis--- yang membedakan hanya ukuran dan warnanya."





Suasana berubah dalam sekejap setelah lampu dimatikan, hanya lampu tidur sebagai sumber pencahayaan di ruang Taehyung yang kini milik ayamnya juga. Sesungguhnya gelagat resah Jungkook terbaca kalau ia takut berada di antara kegelapan, pelukannya pada pinggang Taehyung akan semakin erat setiap kali lampu kamar padam, dan selalu ada tawa mengejek yang menggelegar satu penjuru ruang setelahnya.

"Telus piyak piyak. Piyak? Umm.." berpikir lama untuk mengingat dan merangkai kosakata agar menjadi sebuah kalimat tanya. Yang lewat di benaknya hanya 'piyak', hingga spontan bibir dengan kata hati tidak searah. "Telus kalau hanya tahu untuk piya kenapa gantung telus tidak dicabut agal hilang, piyak?"




Tidak begitu rumit untuk memahami kalimat apa yang dilontarkan ayamnya. Otak jeniusnya mudah menangkap kata-kata yang sulit diartikan walaupun urutannya sangat acak. "Fungsi benda itu bukan hanya untuk mengetahui jenis kelamin, tapi kita mengeluarkan urine dari benda itu."

"Ulin itu apa?"

"Telus kenapa acu pelnah lihat itu mathuk kelual ke dalam ini? Apa ulin sedang kelual, piyak piyak piyaak.." Jungkook menunjuk bagian belakangnya sendiri.



Homunculus (Taekook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang