🥀 él

26 10 0
                                    

Mereka tiba di sebuah tempat yang terletak di daerah Extremadura, Spanyol. Bunga-bunga putih di sana sudah mulai bermekaran.

“Selamat datang di Caceres, Extremadura, Spanyol!” Mark berseru gembira menyambut Hanin yang jelas-jelas datang bersamanya.

Hanin tersenyum sambil bertepuk tangan kecil. Matanya masih memandangi sekitar. Tidak terlalu ramai pengunjung.

“Kenapa agak sepi ya? Atau emang begini?” Hanin bertanya pada Mark yang berjalan mundur menghadapnya.

Mark menggeleng, “Kata bosku, seharusnya ini ramai, tapi lima hari lalu, karena hari itu ada festival cherry blossom yang biasa diadakan tahunan setiap minggu kedua bulan Maret ini. Maaf aku ngajak kamunya telat.” Keluh Mark merasa bersalah.

“Nggak apa-apa kok. Lagian emang bukan rezeki aku buat ikut festival itu tahun ini. Mungkin bisa tahun depan atau di lain waktu.” Hanin mencoba menenangkan Mark.

Mark mengangguk, “Pokoknya tahun depan, aku harus bisa bikin kamu ikut festival itu!” kekeh Mark berjanji pada dirinya sendiri.

“Makasih ya, aku suka.”

“Suka apa? Suka sama aku? Ah jangan, kita baru kenal.”

Mendengar Mark yang kepedean, Hanin mendesis sambil melirik sinis. “Bukan kamu, tapi sama bunganya, sama pemandangannya, sama musimnya. Makasih udah bawa aku ke sini.” Hanin tersenyum semringah di akhir kalimatnya.

“Sama-sama.”

“Ini akan jadi pengalaman musim semi pertamaku yang paling mengesankan.” Gumam Hanin saking senangnya. Mark menoleh ke arah Hanin, “Karena ada aku?”

Hanin menggeleng, “Karena ada seseorang yang mau berbaik hati menciptakan kenangan pertama yang mengesankan sama aku.”

“Siapa? Aku?”

“Bukan! Noh, doraemon!”

Sudah hampir setahun setelah Hanin dan Mark pergi bersama. Kini keduanya jadi semakin dekat, meski berhubungan tanpa status yang jelas.

Hanin suka Mark, tetapi entah dengan Mark, ia suka juga atau tidak. Yang jelas, Mark sama Hanin berada di dalam zona nyaman.

Sampai musim dingin pun, Hanin masih setia menjadi pegawai kasir di sebuah toko kelontong dekat rumah pamannya.

Lagi-lagi, kejadian yang sama terulang, setelah Vi pergi, telepon Hanin berdering.

Tetapi, kali ini bukan dari nomor tak dikenal, melainkan dari nama orang yang ingin sekali ia lupakan, Haechan.

“Halo, ini benar masih nomor Hanin kan?”

“Ya, ada apa?”

“Udah hampir setahun kamu pergi, Nin, buat kali ini, tolong dengerin aku. Sekali aja.”

“Oke.”

“Sebelumnya aku minta maaf, aku tau aku salah karena udah deket sama Somi, sahabat kamu. Tapi, asal kamu tau aja, kalo aku cuman mau bantu Somi buat sembuh. Itu yang terjadi dulu. Tapi, setelah kamu pergi, kejadian yang nggak kamu harapkan terjadi. Dulu, kamu ngeduga kalo aku ada hubungan sama diakan? Dulu enggak, tapi sekarang iya, aku sama Somi mau menikah. Kalo kamu mau dateng, aku udah kasih undangannya ke kakak kamu. Itu aja, makasih udah mau dengerin aku. Bahagia selalu ya, Hanin.”

“Selamat.”



🍂🍂🍂

Aku harap cerita ini selesai hari ini.
Dan aku mau buat cerita satu lagi, entah kenapa, karena kontes ini aku jadi suka sama musim semi :")
Hope u like it, flowers.

🙃

—434w—
Rabu, 29 Mei 2019
—hennywidiawati

Mad, maaf, Maite ▫️「mark lee & lee haechan」 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang