Kasus 1 : Kiriman Kematian

149 9 10
                                    

Bag 1 : mata rantai yang hilang

Seorang pria paruh baya dengan jaket hitam dan topi hitam tengah duduk di dalam sebuah ruangan. Pria itu duduk diam di depan perapian sambil membakar sebatang rokok. Dia menyemburkan kepulan asap dari dalam mulutnya, tangannya yang satunya tengah sibuk memilah beberapa surat yang ia dapat. Beberapa surat dikirim dari para detektif polisi yang meminta saran padanya tentang beberapa kasus yang tengah mereka hadapi. Dia membaca seluruh suratnya sambil sesekali tertawa geli dan mengerutkan kening. Dia kembali menghisap rokoknya dan membuangnya ke tempat sampah. Dia bangkit berdiri dan mengantungi satu surat yang tadi di bacanya ke dalam saku jaket kulit hitamnya. Pria itu melangkah keluar dari rumahnya. Dia menyetop sebuah taksi dan memberikan alamatnya, tak lama kemudia taksi kuning itu meluncur di jalanan yang ramai akan kendaraan.

Di tengah jalan dia berkata kepada pak supir untuk memelankan laju kendaraannya yang langsung di jawab dengan anggukan dan berkurangnya kecepatan taksi kuning itu. Pria itu memandang ke arah jendela, wajahnya sangat serius dan penuh perhatian walaupun matanya tidak terfokus dan lebih terlihat seperti memandang objek yang acak. Setelah 45 menit perjalanan akhirnya taksi itu sampai di alamat yang di tuju. Pria dengan jaket dan topi itu turun dan memberikan beberapa ratus dolar kepada supir taksi itu. Jelas supir taksi itu terkejut tetapi dia segera pergi setelah bilang terima kasih. Pria itu berjalan menuju rumah yang di kelilingi beberapa mobil polisi yang terparkir. Pria itu meraih surat yang ia dapat dan menunjukkannya pada polisi yang bertugas menjaga tempat kejadian. Pria itu di persilahkan masuk kedalam rumah dan berjalan menuju seorang pria tua sekitar 40 sampai 57 tahun, terlihat dari rambut putihnya yang menutupi hampir seluruh bagian kepalanya. Orang itu memiliki wajah kotak dan agak kasar, tatapan yang serius membuat wajahnya bertambah keras. Orang itu memakai sebuah lencana dan pergerakannya yang terlihat lebih tenang menunjukkan dia lebih terlihat berpengalaman dalam melihat mayat. Ya, benar sekali tepat di dalam rumah itu terdapat seorang mayat yang mati dengan wajah menyeramkan. Dengan mata membelalak dan mulut yang berbusa membuat wajahnya terlihat ketakutan.

Orang tua itu melihat kedatangan seorang pria yang mungkin telah dia tunggu. "Halo tuan Jack Gordon kemarilah." orang tua itu menyapa pria berjaket itu dengan hormat.

"Yah aku datang karena kasus yang kau tawarkan padaku sangatlah menarik." pria bernama Jack Gordon itu melepas topinya, membuat wajahnya yang tirus mulai terlihat. "Apa kau dan krumu menyentuh tempat kejadian perkara? Karena aku tidak suka tangan-tangan bodoh bawahanmu menghilangkan bukti-bukti." pria itu berkata sambil melepas jaketnya dan memberikannya kepada orang tua itu. "Bisa tolong pegang jaketku Kapten Steve?" orang tua itu menerima barang-barang milik pria itu.

"Tenang saja, aku berani bersumpah kalau aku melarang siapapun mendekat apalagi menyentuh tempat ini. Aku bahkan menyuruh mengadakan penjagaan di sekitar rumah ini." orang tua itu berkata sambil memperhatikan Jack yang mendekati mayat itu dengan teliti. Jack meraih sapu tangannya dan mengambil sebuah butiran peluru di sekitar mayat itu. Jack terlihat tengah memandang ke sekitar dan mulai berdiri.

"Simpan saja sumpahmu. Ada orang yang masuk kesini, aku bisa melihat dengan jelas dari jejak itu." Jack menunjuk sepasang jejak kaki yang berjarak 2 meter dari mayat yang terbujur kaku di tengah ruangan itu. "Lagipula kasus ini jauh lebih rumit dari yang kau tuliskan padaku. Kau menuliskan tentang penembakkan karena adanya selongsong peluru kosong yang anak buahmu temukan pertama kali dan luka tembak di lengan orang ini. Tetapi jika dilihat dari tetesan darahnya yang masih belum terlalu lama sangat tidak masuk akal. Lihat tubuhnya yang pucat mengindikasikan kematiannya yang sudah terjadi jauh sebelum peluru ini di tembakkan." Jack berkata sambil mengangkat peluru yang dia pegang dengan sapu tangannya dan meletakkannya dalam kantung plastik kecil dan melemparnya pada Kapten Steve.

"Tapi aku bersungguh-sungguh. Aku sudah memerintahkan setiap orang untuk mencegah adanya orang yang mencoba masuk kedalam tempat kejadian perkara. Aku menyuruh setiap tim penjaga memberikan laporan padaku dalam waktu 2 jam sekali dan semuanya aman. Lagi pula bisa saja jejak kaki itu tidak sengaja tertinggal di sana oleh salah satu anak buahku." Kapten Steve berkata pada Jack.

The Observer {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang