Kasus 3 : Kabut Kebun Anggur

22 2 0
                                    

Bagian 1 : Otak Seorang Jenius

Matahari sudah terbit 7 jam yang lalu, tetapi rasanya cahaya sang surya tidak dapat lagi menghangatkan kota kecil kami. Suhu di kota kecil tempatku tinggal adalah 3 derajat. Jujur setelah bertugas di Iran tubuhku jadi lebih suka suhu tropis. Hari ini genap 4 minggu setelah kasus terakhir kami. Hari ini aku memutuskan untuk keluar dari rumah dan mengunjungi sahabatku, lagi pula hari ini aku sama sekali tidak memiliki pekerjaan yang harus di urus, jadi waktu ini adalah waktu yang tepat untuk mengunjunginya.

Aku sudah mendaratkan tubuhku di kursi penumpang sebuah taksi. Setelah aku memberikan alamat rumah temanku, supir taksi langsung memacu kuda besi berwarna kuning ini. Rodanya berguling dan terkikis jalanan, suhu yang cukup dingin membuat munculnya kabut tipis di jalanan sehingga kuda besi ini bergerak perlahan. Aku memandangi kumpulan uap air yang memenuhi jalanan. Aku tidak suka cuaca seperti ini, kalau saja aku tidak khawatir pada detektif gila itu, aku tidak perlu keluar dari ruanganku yang di lengkapi dengan pemanas ruangan. 20 menit kemudian taksi yang ku tumpangi berhenti di depan rumah temanku. Aku keluar dari taksi dan membayar onkos perjalananku, setelah lembaran uang itu kuberikan, sang supir melanjutkan perjalanannya.

Aku mengetuk pintu rumah dengan angka 221 B itu. Tidak lama kemudian seorang wanita berumur 40an membukakan pintu rumah temanku, dia menyebutkan kalau dia adalah pembantu baru tuan Jack dan mempersilahkanku ke ruangan Jack setelah aku memberitahukan bahwa aku adalah teman Jack. Wanita itu bilang tuan Jack tidak pernah keluar dari kamar sejak 3 minggu yang lalu. Jack hanya memerintahkannya untuk mengantarkan makanan 3 kali sehari ke depan kamarnya dan keesokan harinya piring-piring bekas itu sudah ada di depan pintu kamarnya. Aku mengetuk pintu kamar itu, setelah cukup lama tidak ada jawaban maka aku memutuskan untuk langsung masuk ke kamarnya. Aku mencoba membuka kamarnya tetapi sesuatu mengganjalnya dari dalam, aku mendorong pintu itu sekuat tenaga hingga akhirnya pintu itu terbuka dan terdengarlah bunyi nyaring televisi yang tengah menayangkan film Sherlock Holmes A Game Of Shadow. Aku menatap benda yang mengganjal pintu, sebuah tumpukan buku komik dan novel-novel fiksi yang membuat pintu kamar ini sulit untuk di buka. Aku melangkah masuk dan terlihat ada banyak bungkus makanan ringan berserakan di seluruh penjuru kamar. Aku melihat sebuah sosok yang ku kenali tengah menonton tv di atas sofa dengan sebotol bir di tangan kanannya dan tubuh di tutupi selimut dan bantal. Aku menghela napas ketika menatap tingkahnya.

"Jadi ini yang di lakukan seorang detektif jenius?" aku berkacak pinggang sambil menatap punggungnya. Dia berbalik menatapku dengan wajah kacaunya, jelas sekali dia kurang tidur dan kotor.

"Oh, hai ibu." dia berkata dengan melantur dan kembali menatap layar televisinya.

"Kurasa otakmu sudah berhenti bekerja sekarang." aku meraih remote tv dan mematikan tv itu. Dia kembali menatapku dengan wajah kesal.

"Nyalakan kembali atau tinjuku akan mendarat di wajahmu." suaranya terdengar seperti racauan orang yang mabuk

"Kau yakin mau menghajarku? Jack Gordon memang hebat dalam hal berkelahi, tetapi kau tidak, pemabuk. Apa yang terjadi padamu dalam kurun waktu 3 minggu belakangan ini?"

"Hentikan kata-katamu berandal-kau akan kuhajar." dia terlihat ingin bangkit tetapi tidak bisa. Dia kembali terjatuh ke sofanya. "Kurasa kau selamat sekarang karena aku mengantuk." tidak lama setelah semua itu suara dengkuran mulai memenuhi ruangan tempatku berdiri saat ini.

"Ayolah Jack, kau orang paling jenius yang pernah ku kenal, tetapi sekarang kau bertingkah seperti chihuahua yang kebanyakan minum brandy." aku berkata sambil menarik selimut yang menutupi badan temanku. 6 botol bir jatuh dari sofa bersamaan ketika aku menyibakkan selimut yang menutupi Jack. "Sekarang aku tau betul apa penyebab tingkahmu yang gila." aku menghela napasku untuk yang kesekian kalinya, akhirnya aku memutuskan untuk duduk di kursi santai Jack dan menunggu temanku itu terbangun dari efek mabuknya. Aku meraih telepon genggamku dan melihat ada pesan dari Nancy. Ya, sebenarnya setelah aku dan Nancy mengusut kasus Denis the Sky Walker kami jadi sering berhubungan. Aku masih belum yakin apakah aku benar-benar menyukainya atau hanya perasaan untuk teman tetapi kami terus berhubungan karena itu terasa nyaman bagi kami masing-masing. Kami tidak memikirkan soal hubungan apa yang sedang berusaha kami jalin, kami nyaman sebagai rekan ataupun teman curhat. Aku menbuka dan membaca pesannya yang bertuliskan.

The Observer {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang