Prolog

15.6K 611 15
                                    

"Halo, Sayang. Lagi apa?" tanya Dirgantara dari ujung ponselnya.

"Ini baru mau siap-siap terbang ke Bengkulu. Kamu lagi apa, Sayang?"

"Aku baru aja landing di Makasar. Kapan, ya, kita bisa liburan bareng. Aku kangen nih!"

"Sabar dong, Sayang. Pasti nanti ada waktu buat kita liburan."

"Bener, ya?"

"Iya."

Obrolan mereka sering terjadi melalui ponsel. Kesibukan sebagai pekerja aviasi, membuat mereka harus rela berjauhan dan jarang bertemu.

"Sayang, aku enggak sabar menunggu akhir bulan ini."

Rencananya mereka akan tunangan akhir bulan nanti. Kedua keluarga sudah membicarakannya.

"Sama. Aku juga. Makasih, ya, kamu udah mau sabar nungguin aku."

"Aku yang harusnya makasih sama kamu, karena kamu tetap bisa menjaga hatimu untukku."

"Kalau sudah cinta, otomatis kita akan saling menjaga. Setiap detikku selalu teringat kamu. Bagaimana mungkin aku bisa berpaling darimu."

Dirgantara tahu betul posisi Lili sebagai pramugari senior pasti banyak godaan. Apalagi parasnya yang cantik dan tubuh proporsional. Banyak orang yang menyukainya. Bahkan tak sedikit penumpang yang sering menggoda.

"Sayang, udah dulu, ya? Aku mau beresin barang-barang dulu nih."

"Iya. Kamu hati-hati. Jangan lupa makan. Lusa kita ketemu di Jakarta."

"Iya, Sayang. Aku sudah kangen banget sama kamu. Satu minggu loh, kita enggak ketemu."

"Apalagi aku, kangenku udah di ubun-ubun. Rasanya hatiku mau meledak, udah enggak mampu menampung rindumu."

"Ah, kamu lebay."

Terdengar tawa Dirgantara di ujung telepon Lili.

"I love you, Sayang. Enggak ada wanita lain yang bisa mencuri hatiku, selain kamu."

"Hahahaha. Yakin?" ujar Lili sambil tertawa renyah.

"Iya. Benar."

"Apa hukumannya kalau suatu hari kamu jatuh cinta dengan wanita lain?"

"Mana mungkin? Aku kan, cintanya cuma sama kamu."

"Serius?"

"Iya, serius. Kalau sampai aku jatuh cinta sama wanita lain, artinya aku enggak setia sama kamu."

"Hukumannya apa?"

"Aku enggak akan bahagia sama dia."

"Kecuali aku mengikhlaskan kamu untuk bahagia sama dia."

"Kok kamu ngomongnya gitu sih? Emang kamu mau aku dimiliki wanita lain?"

"Enggak mau sih. Tapi kalau kamu juga cinta dia, masa aku ngelarang orang untuk bahagia sih."

"Udah, jangan menghalu. Entar ujungnya kita debat dan kamu ngambek. Aku enggak pengin bikin kamu ngambek."

Terdengar Lili terkekeh.

"Ya sudah, Sayang. Kamu siap-siap dulu. Hati-hati, ya?"

"Iya. Dadah, Sayang. Jaga kesehatan, ya?"

"Iya."

"Assalamualaikum, calon imam," ucap Lili disusul kikihannya.

"Waalaikumsalam."

Bibir Dirgantara tersenyum lebar. Hatinya selalu berbunga setiap habis menelepon Lili. Apalagi kalau mereka bertemu, rasanya dunia milik berdua.

########

Baru prolog. Belum mulai cerita, sabaaaar, hehehe☺.

Mari kita terbang lagi. Sudah siap terbang bersama Kapten Dirgantara?

Halo, Kapten! (Izinkan Aku Mengetuk Pintu Hatimu) "KOMPLIT"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang