Part 5

18.9K 580 7
                                    

Ing kumitir ono tresno
Kunta darma ndadeg athi
Ojo adnyana ingkang aksa
Niki alem alembana

Kudengar sayup nyanyian itu mengiringi setiap langkah Mas Romi. Para kuntilanak beterbangan mengitari di atas kepala kekasihku. Saat langkahnya telah dekat, wanita berkebaya kuning itu menghentikan nyanyiannya.

Kuntilanak masih beterbangan dengan tawa cekikikan. Harum kantil semerbak menebar ambarukma. Mas Romi kini tepat berada di hadapanku.

"Menik! Menik ... Kekasihku," ucapnya penuh kelembutan.

***

Aku terpaku tak percaya dengan sosok pria itu yang kini berhadapan denganku. Kulihat binar teduh itu lagi. Mas Romiku. Hanya Mas Romiku.

"Mas ...," ucapku memanggil memastikan.

Kupandangi ia dengan penuh kerinduan. Sudah berbulan-bulan kami tak bertemu. Tepatnya Mas Romi selalu menolak jika kuajak bertemu. Bahkan ketika ia menikah, aku datang ke pesta pernikahan itu. Namun, seakan-akan Mas Romi tak mengenaliku. Sama sekali tak pernah memandang wajah ini.

Kedua tanganku terangkat hendak menangkup wajahnya. Lihat saja, bahkan tangan ini terasa gemetar. Aku tak percaya sama sekali.

Namun, belum juga tangan ini menyentuh wajahnya. Tiba-tiba cahaya menyilaukan menerpaku. Refleks kututup mata erat-erat. Entah apa yang terjadi, aku merasa terhempas. Beruntung Rindi yang berada di belakang segera menahan. Ia lalu berdiri di depanku. Melindungi dari serangan yang entah datang dari mana.

"Mas Romi!" Sayup kudengar panggilan lembut itu.

Aku yang menutup mata langsung membuka cepat. Aku melihat dua wanita yang kini sedang berjalan menuju Mas Romi. Mas Romi mengerjapkan matanya kemudian memijit kepala. Aku menngernyit tak suka.

Rindi menahanku agar tak maju. "Diam di tempatmu," desisnya.

"Aku gak bisa Rin, lihatkan kamu, Mas Romi menemuiku. Dia masih cinta sama aku." Aku tak terima dengan sikap Rindi sekarang.

"Aku bilang diam! Kamu maju selangkah, kamu akan hancur. Gak lihat kamu, wanita yang di sebelah Kania mempunyai aura hebat?"

Baru setelah itu aku melihat dengan seksama pada wanita yang kini menatap tajam kami. Siapa dia? Mengapa pendar cahaya ungu menyelubungi tubuhnya. Apa hubungan wanita itu dengan Mas Romi dan Kania?

Kulihat wanita itu menepuk bahu Mas Romi. Seketika Mas Romi seperti kaget melihatku dan Rindi. Keningnya mengernyit seakan mengatakan sebuah kebingungan. Aku benci melihat raut seperti itu lagi.

"Mas," lirih kupanggil dirinya. Entah mungkin Mas Romi mendengar panggilanku, ia menengok. Namun, aku melihat pandangan bertanya dalam kedua matanya.

"Menik? Kamu di sini?"

Senyum tersungging di bibirku ketika Mas Romi menyebut namaku. Getar di hati tak kuasa menahan kecambah rindu yang semakin menggunung.

"Mas," Kania, si sundal itu mendekati kekasih hatiku. Ia menautkan jemarinya di antara jemari Mas Romi. Tatapan wanita sundal itu menoleh dan menatapku sok bingung.

"Romi, bawa masuk Kania!" Tiba-tiba kudengar wanita yang memakai gaun berwarna coklat yang datang bersama Kania menyuruh Mas Romi pergi.

"Tidak! Tunggu Mas!" Aku berusaha mendorong Rindi, tetapi gadis itu tetap menahanku.

"Lepasin Rin!" Aku menggeram.

"Tidak Nik, ini belum saatnya. Kita harus pergi dari sini."

"Apa?" Aku melotot padanya.

Pelet Nyai WangsihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang