01

194 31 0
                                    

"Song Hyungjun! Kembali!" Tak henti-hentinya aku berlarian mengejar Hyejung sambil memanggil namanya.

Kini posisi ku sedang berada di belakang Hyungjun, dalam keadaan mengejarnya. Aku tidak bisa membiarkan dia lolos begitu saja karena dia sedang membawa buku harianku!

Tapi tubuhku berkata lain, aku sudah benar-benar tidak sanggup lagi untuk mengejarnya. Bagaimanapun, tenaga seorang anak laki-laki lebih kuat dari pada seorang anak perempuan. Jadi sebesar apapun usahaku untuk mengejar Hyungjun tetap saja punggung nya semakin menjauh.

"Huh.. huh.. hei Hyungjun..., berhentilah aku sudah sangat lelah" Nafasku sudah sangat terengah-engah dan kini akupun sudah duduk  di lantai koridor sekolah.

Astaga ini benar-benar sangat melelahkan.

Hyungjun menoleh ke arahku lalu berlari kembali menghampiriku dan tetap memegang buku harianku.

"Kau lemah sekali hahaha" Dia menertawaiku. Dasar bocah ini iseng sekali.

Asal kalian tau, dia adalah adik kandungku yang terpaut usia satu tahun dengan ku. Dia benar-benar anak yang sangat jahil. Dan sialnya, aku satu sekolah dengannya.

Hyungjun membuka buku harianku sambil membacanya sekilas, dan aku benar-benar pasrah. Aku sudah tidak punya tenaga lagi untuk menghentikannya.

"WAHHH KAU TERNYATA MENYUKAI WONJIN HYUNG??" Ucap Hyungjun setelah membaca beberapa bagian dari buku harianku.

Mendengar ucapannya yang cukup keras itu langsung membuatku kaget. Aku segera berdiri dari dudukku dan membungkam mulutnya yang ember itu dengan cukup erat.

Dan sialnya saat aku membungkam mulut Hyungjun, tiba-tiba sudah ada Ham Wonjin dihadapan kita berdua. Matilah aku. Bagaimana jika barusan ia mendengar ucapan adikku yang gila itu?!

"Astaga Hyein, sudah lepaskan bungkaman untuk adikmu. Sepertinya dia akan kehabisan nafas sebentar lagi" Ucap Wonjin melihatku sedang membungkam mulut Hyungjun.

Tanganku sudah gemetaran karena takut. Iya aku takut Wonjin mendengar ucapan adikku yang menyebalkan ini barusan. Bagaimana jika ia tau kalau aku suka kepadanya? Bisa-bisa Wonjin tak mau berteman denganku lagi.

"B-biarkan saja! Aku tidak p-peduli! Dia benar-benar menyebalkan."

"Hahaha iya aku tahu adikmu benar-benar sangat iseng, tapi kasihan juga jika seperti itu" Wonjin tertawa kecil dan tingkahnya itu berhasil membuatnya terlihat...

Tampan.

"Ayo kita kembali ke kelas, sebentar lagi bel masuk berbunyi" Ajak Wonjin.

"H-hah? O-oh.. o-oke!" Astaga kenapa aku jadi gelagapan seperti ini sih.

Sebelum mengikuti Wonjin menuju kelas aku segera mendekatkan mulutku ke arah telinga Hyungjun, aku membisikkan sesuatu kepadanya.

"Awas saja kau bilang ke Wonjin, akan kubunuh kau!" Titahku mengancam Hyunjung walau sepertinya ia tidak merasa terancam sama sekali.

Aku segera menarik buku harianku dari tangan Hyunjung lalu segera berlari kecil mengekori Wonjin yang sudah berjalan lebih dahulu menuju kelas.

Setelah sampai kelas aku segera duduk di bangku ku, dan Wonjin juga duduk kembali di bangkunya sendiri yang letaknya tepat berada di depanku. Tapi kali ini ia memutar bangkunya menghadap ke arahku.

Ia terus memperhatikan wajahku selama beberapa detik. Astaga rasanya jantungku sudah mau copot dari tempatnya. Bisakah dia berhenti untuk menatapku? Apakah ada hal aneh diwajahku saat ini?

"Kau berkeringat. Apakah kamu habis berlarian mengejar adikmu itu?" Itulah ucapan yang keluar dari mulutnya setelah memperhatikanku beberapa detik.

Sepertinya dari tadi ia melihat pelipisku yang bercucuran banyak keringat. Ah dasar adik yang sangat merepotkan! Mebuatku berkeringat seperti ini. Tapi tidak apa-apa, berkat keringat ini Wonjin jadi perhatian kepadaku.

Tanpa aba-aba dari siapapun, tiba-tiba ia mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya lalu menyeka keringat dipelipisku. Sudah kubilang, dia adalah sahabat yang sangat perhatian.

Ditengah ia menyeka keringatku dengan sapu tangannya, aku masih terpikirkan suatu hal. Bagaimana jika ia mendengar ucapan hyungjun tadi?! Tidak tidak! Aku harus memastikannya langsung.

"Wonjin..., apakah tadi kamu mendengar ucapan adikku sebelum aku membungkamnya?" Aku memberanikan diriku untuk bertanya langsung kepadanya.

Wonjin hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku hanya melihatmu membungkam adikmu saja. Apakah dia benar-benar berisik kali ini?" Ucapnya dengan sedikit tersenyum membayangkan bagaimana hebohnya saat aku bertengkar dengan adikku tadi.

Pfuuhhh syukurlah..., ternyata dia tidak mendengar ucapan adikku. Aku bisa kembali bernafas lega sekarang.

💙

Oh My Wonjin! [Ham Wonjin Produce X 101]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang