BAB 1

546 46 16
                                    

"Sabarlah agar hatimu tenang.
Istighfarlah agar kecewamu hilang. Berdo'alah agar bahagiamu segera datang. "

Abu :
Aku hanyalah anak yang terlahir tanpa diharapkan, semua orang menjahuiku,membenciku,menghinaku, dan tidak pernah peduli padaku. Hanya ibu yang selalu menenangkanku.

Betapa pengecutnya aku ini sampai sampai tidak berani membela diri. Padahal aku hanya ingin dicintai. Dari kecil aku selalu dicaci dan disuruh kesana kesini.

Kata ibu awalnya ayah dan nenek tidak seperti ini mereka adalah orang yang baik, ramah pada tetangga,murah senyum, dan tidak pernah bicara kasar pada siapapun. Tetapi pada suatu saat Allah menguji keluarga kami lewat toko yang ayah dirikan bangkrut dan harus gulung tikar juga waktu itu ibu sering sakit sakitan.

Karena kondisi ekonomi yang menurun, membuat mereka berubah. Dan pada saat itu ibu mengandungku. Memang semua yang diciptakan Allah tak luput dari cobaan. Dan sebagai salah satu makhluk-Nya, kita manusia harus sabar mengadapinya.

Tetapi tidak dengan ayah dan nenek, mereka menyalahkanku karena aku lahir dikeluarga ini, mereka menyebutku anak pembuat sial.

Walaupun aku sering tidak diperdulikan oleh mereka, Allah Maha penyanyang, Allah masih memberiku kesempatan mengadu pada-Nya tetang hari hariku yang berat, Allah juga masih mentakdirkan aku merasakan pelukan yang hangat saat aku merasa sedih. Ia, bahu yang selama ini menjadi saksi akan banyak air mata yang jatuh membasahinya. Bahu itu adalah milik malaikat tanpa sayapku dan juga surga yang akan ku kejar karena berada pada telapak kakinya, itulah ibu yang selalu membuatku nyaman saat berada didekatnya.

Kami hidup pas pasan,ayah yang sering keluar malam,dan nenek yang setiap saat menyuruhku berkerja. Memperkuat dugaan tentang aku ini hanyalah anak yang tidak diinginkan kehadirannya. Sering kali nenek membentakku

"Dasar anak tidak berguna,pergi kau dari sini!!"kata kata itu yang selalu nenek katakan waktu aku harus meninggalkan pekerjaan demi merawat ibu.

Setiap hari aku berkeliling menawarkan jasaku sebagai tukang semir sepatu, memang upah yang aku dapat perhari tidak besar tetapi cukup untuk membeli beras walaupun sedikit.

Rumah keluargaku tidaklah besar hanya cukup untuk kami tempati, tetapi masih bisa melindungi dari sinar matahari yang terik maupun dinginnya hujan.

" ~ " ~ "

"Hahahahaha, lihat teman teman ada anak dekil, dan jelek lagi."

makian itu sudah biasa aku dengarkan lewat seorang anak seumuranku memakai seragam saat pulang sekolah. Umurku baru 12 tahun ,dari dahulu aku tidak pernah bersekolah bahkan masuk kedalam sekolah saja tidak pernah, aku hanya bisa menatap temen teman yang dengan riang gembira bermain dilapangan sekolah. Juga melihat saat mereka sedang sibuk mengerjakan soal ujian. Sebenarnya aku penasaran bagaimana rasanya mengerjakan ulangan matematika, disaat banyak orang yang menghindari matapelajaran ini.

'Aku ingin bersekolah' kalimat itu yang selalu muncul dibenakku saat melihat mereka tertawa dengan bebas seperti tidak ada beban yang ditanggung setiap hari disekolah.

Pagi ini aku awali hari dengan sholat subuh dan membaca bismillah, menyuapi ibu juga membantu menyiapkan obatnya, lalu mengambil peralatan kerjaku melangkah menjemput rizky yang sudah Allah siapkan untuk Hamba-Nya. Seperti biasa aku melewati sekolahan karena ingin melihat semangat teman teman untuk menimbah ilmu. Bagiku melihat mereka saja sudah cukup walaupun aku tidak pernah merasakan hal yang sama. Tetapi sebelum sampai disekolahan ekor mataku menangkap seorang gadis kecil sedang menangis dan menatap lekat ke sepatunya,ku coba mendekat. Ternyata sepatu yang dia kenakan terkena lumpur, mungkin ada seseorang yang tidak sengaja melintas diatas genangan lumpur dan mengenai sepatu gadis ini. Memang tadi malam hujan lumayan lebat.

"Maaf kau kenapa? Bukannya bel sekolah sebentar lagi berbunyi?"
tanyaku mencoba menghentikan tangisanya.

"aa.. aku tt..tidak bisa masuk s.. sekolah dengan memakai sepatu kotor."jelasnya dengan sesengukan.

Sungguh kasihan gadis ini, dia berangkat sekolah untuk menambah ilmu, bukan hanya menangisi sepasang sepatu. Ingin sekali aku membantunya, ku raih tas kerjaku, meminta izin untuk memperbaiki sepatunya, lalu kupoles dengan teliti, selang beberapa menit sepatu yang kotor tadi menjadi bagus kembali. Ku serahkan pada gadis itu, awalnya dia tampak bingung tetapi saat sepatunya bersih lagi, dia tampak sangat senang.

"Terima kasih,semoga Allah membalasmu dengan kebaikan yang banyak. " ucapnya sambil memberiku senyum manis.

"Aamiin" balasku mengamini doanya.

Setelah memakainya dia pamit dan berlari sekencang kencangnya.

                     ☁ ☀ ☁

Hari mulai sore tetapi uang yang aku dapatkan masih sedikit, jika aku pulang sekarang aku akan dimarahi ayah karena hasil yang aku dapatnya dari bekerja tidak cukup untuk membeli makanan. Tetapi aku ingin cepat cepat melihat wajah menyejukkan ibuku, itu sudah cukup mengobati lelah yang aku tanggung selama ini. Dua pilihan yang membuatku bingung. Tanpa aku sadari sedari tadi aku melamun sambil berjalan, tiba tiba ada sinar lampu yang meyilaukan mataku benda itu medorongku hingga jatuh dan terluka. Banyak orang mulai mendekatiku berbondong bondong mengerubungiku dan mengendongku masuk mobil berwarna putih merah, tanpa sempat bertanya aku kehilangan kesadaran dan jatuh pingsan. 'Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Ini sudah mulai malam aku ingin bertemu ibu!.' Tanyaku dalam hati.

                      🍃 🍂 🍃

"Maaf, dimana saya berada ini? saya ingin pulang, merawat ibu saya." itulah pertanyaanku saat mulai sadar karena perbincangan yang tegang.

Awalnya semua memandangku dengan terkejut.
"Maaf, dimana saya berada ini? Saya ingin pulang." ucapku mengulangi pertanyaan tadi.

Bukannya jawaban yang aku terima, tetapi tatapan penuh pertanyaan yang kulihat dari semua orang yang ada disini.

‎'Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Bagaimana ibu sekarang apakah sudah minum obat?. Dan alasan apa yang aku berikan saat ditanya ayah dan nenek dengan penuh amarah?'

_____________________
Assalamualaikum ukhti ya akhi
Ini karya pertama saya
Mohon maaf jika ada salah kata yang kurang berkenang.
Afwan
Juga terima kasih telah membaca, telah vote, telah comment.
Syukron.
Jangan lupa selalu update, vote, juga comment karya saya ya.
Semoga bermanfaat.

Surat cinta berbalut doaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang