Hidup Lily awalnya baik-baik saja. Masalah yang datang pada gadis wizard itu tergolong klasik dan klise. Hidup di dunia manusia dan menjadi gadis yang sempurna dan digandrungi oleh banyak lelaki. Namun semuanya berubah saat ia kembali ke rumah asaln...
Ku buka kaca jendela mobil agar udara luar dapat masuk. Aku memejamkan mata dan menghirup udara dalam-dalam sejenak untuk merileksasikan diri.
Ah ya, perkenalkan namaku Lily Evans. Aku adalah putri tunggal Luna Emily Evans dan Alpha James Evans. Ya, ayahku adalah seorang werewolf sedangkan ibuku seorang wizard.
Hari ini adalah hari kepulanganku ke Diamond pack yang merupakan pack ayahku setelah menempuh tiga setengah tahun pendidikan di dunia manusia.
Mobil yang kutumpangi sekarang telah sampai ke jantung hutan. Ku pandangi pepohonan rimbun yang dapat menyegarkan mata.
"Berapa lama lagi kita sampai?" Tanyaku basa-basi pada Jonathan yang sedang menyetir.
"Kau tau sendiri bukan berapa jauh jarak kota sampai ke pack tuan putri?" Jawabnya. Aku hanya mendengus kesal, "Aku bertanya padamu kenapa kau malah balik ber…." Belum selesai aku bicara ketika ia telah memotong ucapanku.
"Stt," Desisnya. "Ada apa Joe?" Tanyaku panik, pasalnya sekarang raut wajah Jonathan menjadi waspda dan serius.
"Ada yang datang!" Ucapnya lalu diam. Aku yakin ia sedang me-mindlink beberapa warrior yang mengemudi di belakang mobil kami.
Joe masih menyetir sambil celingukan mencari sesuatu sampai tiba-tiba mobil dihadang oleh beberapa orang. Alhasil Joe menginjak rem secara mendadak, syukurlah aku tidak terbentur badan mobil.
"Siapa mereka?" Tanyaku pada Joe
"Werewolf perampok, jangan turun dari mobil apapun yang terjadi!"
"What? Tapi aku--"
Joe memotong ucapanku. "Jangan membantahku untuk saat ini!" Dia bergegas keluar dari mobil juga para warrior yang ada di belakang kami.
Jumlah perampok itu lumayan banyak, sekitar dua puluh orang lebih sedangkan warrior yang ikut menjemputku hanya lima orang. Ralat, enam orang beserta Joe.
Bukankah itu tidak seimbang? Aku tidak peduli dengan perkataan Joe untuk menunggu di mobil sementara mereka merenggang nyawa.
Aku melepas safety belt dan keluar dari mobil untuk ikut bertarung dengan yang lain. Pukulan demi pukulan ku arahkan pada para perampok tersebut dan mereka terpental jauh menabrak pohon.
Ku layangkan tinju dan tendangan pada perampok tersebut. Krek bunyi tulang retak terdengar dan perampok itu berteriak kesakitan karena tanganya patah olehku.
Disisi lain Joe dan para warrior sudah mengalahkan banyak perampok.
Aku mendengar suara retakan tulang yang artinya mereka sedang berganti shift begitu juga dengan para warrior-ku dan Joe.
Aku mundur saat tiga ekor serigala menyerangku. Ku ambil belati yang ada di pinggangku dan mulai menyerang mereka. Belatiku berhasil mengoyak tiga serigala itu dan darah terciprat dimana-mana.
Well, ku akui aku cukup kewalahan karena mereka menyerang tanpa jeda. Aku masih berusaha menghindar saat mereka terus menyerang. Namun satu cakaran berhasil mengenai bahu kiriku. Perih menjalar di area bekas cakaranku.
Retina mataku berubah warna dari hijau menjadi ungu pertanda bahwa aku dalam mode sihirku.
Aku menyerang mereka. Telapak tanganku mulai mengeluarkan api dan ku arahkan pada sekawanan werewolf itu bertubi-tubi. Akhirnya mereka yang masih kuat hanya kabur dari arena pertempuran.
Dua prajuritku terluka parah akibat pertempuran tadi. Aku menghampiri mereka yang terduduk lemas.
Ku tekan luka mereka dengan tanganku. Menyalurkan kekuatanku untuk menyembuhkan luka mereka.
Joe berjalan mendekatiku. Tak ku lihat bekas luka apapun pada tubuh Joe. Ah, aku lupa bahwa werewolf yang bisa menyembuhkan diri sendiri dari luka kecil seperti itu.
"Masuk kedalam mobil semuanya!" Perintah Joe. "Dan kau anak nakal, ayo pergi" Joe menarik tanganku dan memasukanku secara paksa ke dalam mobil.
Di perjalanan, kami hanya diam. "Apakah Joe marah karena aku ikut bertarung? Hei aku kan bukan anak kecil. Usiaku sudah menginjak delapan belas tahun beberapa hari lagi. Dan jangan lupakan fakta bahwa aku adalah salah satu fighter terbaik di pack. Bahkan aku bisa mengalahkan Joe saat duel dulu." Pikirku.
Tubuhku lelah dan perjalanan masih panjang. Ku putuskan untuk tidur karena aku juga mengantuk saat ini.
THIRD POV
Lily terbangun dari tidurnya setelah Jonathan menepuk pipi nya pelan.
Lily mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk pada retinanya.
"Apa sudah sampai?" Tanya Lily dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Ya, mari turun nona"
Jonathan membukakan pintu mobil untuk Lily. Lily turun dari mobil dan menyusul Jonathan menuju mansionDiamond pack.
Seorang omega membukakan pintu mansion saat Lily, Jonathan dan warrior yang membawa koper Lily masuk.
"Selamat datang nona dan Betha," Ucap omega tersebut sambil menunduk hormat pada mereka yang hanya di balas anggukan oleh Jonathan dan senyum manis dari Lily.
Baru selangkah Lily dan Jonathan masuk, terdengar suara langkah kaki yang ternyata sang Alpha dan Luna.
"Astaga, kau baik-baik saja nak?" Tanya Luna Emily dengan nada khawatir sambil memutar tubuh Lily dan mendapati bekas cakaran di bahu kiri yang sudah hampir menutup. "I'am okay bu, itu hanya luka kecil" jawab Lily
"Kami mendapat mindlink dari Betha bahwa kalian diserang rouge perampok." Kini Alpha yang angkat bicara. "Benar ayah," jawab Lily seadanya.
"Lebih baik sekarang kau mandi dan beristirahat, kau pasti lelah nak," Ucap Emily kemudian ia memanggil maid untuk mengantarkan Lily ke kamar
"Mari saya antar ke kamar anda nona," Ucap maid yang kini megambil alih koper Lily. "Terimakasih."
Lily merebahkan dirinya di kasur queen size miliknya. Kamar yang feminim bernuansa ungu dan magenta. Ungu memang warna favorit Lily dari kecil.
"Aku ingin mandi," Ucap Lily. "Akan saya siapkan air mandian untuk nona." Maid tadi bergegas ke kamar mandi dan melaksanakan tugas.
"Air nya sudah siap nona," Ujar maid tadi.
"Terimakasih, tolong bereskan barangku di koper!" Lily tersenyum pada maid tadi dan berjalan ke kamar mandi.
Aroma jasmine kesukaannya menguar memenuhi kamar mandi. Ia melangkah menuju bathup dan berendam disana. dua puluh menit berlalu dan Lily telah selesai melakukan ritual mandinya. Ia keluar kamar mandi dengan bathrobe-nya. Ia berjalan ke walk in closet dan memilih camisole berwarna hitam dan hot pans yang terlihat casual. Ia memoles sedikit wajahnya dan mengeringkan rambut panjangnya yang masih basah setelah itu tertidur karena lelah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.