Apa salahnya wanita jadi pemimpin?

5.7K 275 2
                                    

Tok..tok..tok... suara ketukan pintu terdengar, Lily membuka matanya dan berjalan menuju pintu. Tubuhnya sudah segar kembali setelah istirahat sebentar.

Setelah pintu terbuka, terlihat seorang maid di depan pintu. "Makan malam sudah siap Putri," Ucap maid tersebut. "Ah, ya aku akan segera kesana. Terimakasih." Lily tersenyum dan menutup pintu saat maid tadi sudah pergi. Ia menuju meja rias dan merapikan sedikit tatanan rambut dan wajahnya serta mengganti hot pans dengan celana jeans panjang dan memakai cardigan berwarna putih untuk menutupi camisole-nya.

Ia berjalan menuju meja makan. Disana sudah ada ayah, ibu dan Joe yang merupakan Betha di Diamond pack. Lily berjalan mendekat kemudian duduk di kursi yang dekat dengan sang ibu.

"Baiklah, karena sudah lengkap mari kita makan malam," Ucap Alpha James memimpin acara makan malam.

Semua makan dengan diam, hanya suara dentingan sendok dan garpu yang memenuhi ruang makan sampai acara makan malam selesai.

"Lily, ayah ingin membicarakan hal penting mengenai mu," Ujar Alpha James pada putrinya. "Apa itu ayah?" Tanya Lily penasaran.

"Tentang pengangkatanmu sebagai pemimpin tunggal pack ini." Lily bingung "Bukankah harusnya seorang Alpha laki-laki yang memimpin pack ayah?" Tanyanya

"Hanya kau putri tunggal kami sayang, tentu saja kau yang akan memimpin pack ini." Kini giliran sang ibu yang bicara

"Dan suami mu nanti," tambah Joe. Lily hanya mendelik kesal ke arah Joe

Hey, usianya baru menginjak 18 tahun 2 hari lagi dan Joe sudah membicarakan suami. Ingin rasanya Lily memotong lidah Joe jika saja ia tak ingat tempat. Sedangkan Joe kini hanya terkikik pelan bersama orang tuanya.

"Kapan acara penobatanku sebagai Alpha tunggal disahkan ayah?"

"Dua hari lagi, tepat usiamu menginjak 18 tahun nak," Jawabnya. Lily hanya mengangguk mengerti.

Alpha dan Luna berdiri akan meninggalkan meja makan sebelum dihentikan oleh Lily, "Ayah," panggilnya. Sang ayah menoleh ke belakang dan menaikkan sebelah alis nya seolah mengatakan apa.

"Aku ingin pergi ke Golden pack besok jika ayah mengizinkan,"

"Untuk apa kau kesana?" Joe yang bertanya. "Aku ingin bertemu Geffrey," Jawab Lily sembari menyengir dan hanya dibalas Joe dengan dengusan napas.

"Tentu saja, kami juga akan berkunjung kesana besok. Sebaiknya kau istirahat dikamar sayang!" Emlily mengusap rambut putrinya dan mengecup puncak kepala sang anak.

"Ah ya, selama disini semua kebutuhanmu akan disiapkan oleh maid pribadi." Emily memanggil salah satu maid, "Dia adalah Lisa, dan Lisa, ini putriku Lily." Lily tersenyum pada Lisa dan hanya dibalas anggukan kaku oleh gadis itu.

Lily kembali menuju kamar dan rebahan di ranjang empuknya. Ia memainkan jari telunjuknya dengan gerakan memutar dan percikan cahaya perak mulai keluar memenuhi langit-langit kamar.

Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, namun Lily masih enggan menutup matanya. Ia tak bisa tidur. Ia berjalan ke walk in closet dan mengganti cardigan putihnya dengan coat tebal berwarna coklat. Mencoba berjalan keluar dari kamar, ingin mencari udara segar, siapa tahu setelah lelah ia akan bisa tertidur.

LILY POV

"Aku tidak bisa tidur, lebih baik aku jalan-jalan sebentar mencari angin."

Karena udara malam ini cukup dingin aku memutuskan mengganti cardigan-ku dengan coat yang tebal berwarna coklat. Aku berjalan santai di lorong mansion.

Saat hendak keluar, aku mendengar keributan dari ruang kerja Ayah. Sepertinya sedang ada rapat petinggi pack.

'Sepertinya mencuri dengar tidak masalah,' batin Lily usil, kemudian ia berjalan mengendap ke ruang kerja sang Ayah.

"Ini akan jadi pro dan kontra dari berbagai pihak, yang berhak memimpin pack seharusnya seorang Alpha laki-laki bukan perempuan, Alpha." Suara seseorang di dalam ruangan terdengar. "Tapi keturunan Alpha hanyalah Putri Lily, beliau lah yang berhak memimpin pack ini setelah Alpha." Lily mengenal suara ini. Ia adalah Joe.

THIRD POV

Lily yang sudah tak ingin mendengar semua itu bergegas pergi ke luar. Kakinya melangkah menuju tempat latihan para warrior di pack nya.

Ia memejamkan sejenak matanya dan menghirup udara segar supaya lebih tenang. Hatinya masih ngilu dan marah mendengar pembicaraan tadi.

'Apa salahnya wanita yang menjadi pemimpin?' pikirnya tidak mengerti akan hal itu.

Ia menggumamkan sebuah mantra dan dalam genggamannya sudah muncul sebuah pedang.

Ia mulai mengayunkan pedangnya ke berbagai arah, meluapkan amarahnya. Setelah lebih dari 30 menit memainkan pedangnya, ia memutuskan untuk istirahat di sebuah pohon dan duduk di sana. Kini Lily mulai memainkan sihirnya.

Bola api mulai keluar dari telapak tangannya, ia lempar ke berbagai arah dengan sangt cepat dan banyak. Kini gadis itu memejamkan matanya dan angin mulai berhembus kencang di sekelilingnya, sekarang ia berada di dalam pusaran angin. Lily membuka matanya perlahan dan pusaran angin lama-kelamaan mulai menghilang.

'Aku ingin menguji elemen petirku,' Lily membatin, namun ia urungkan karena takut mengganggu yang lain.

Karena sudah semakin larut dan dingin Lily memutuskan untuk kembali ke dalam mansion dan mengakhiri sesi latihan dadakannya itu tanpa mengetahui bahwa sedari tadi ada sepasang mata yang mengawasi dengan senyum aneh yang mengembang di wajahnya.

"Akhirnya kau kembali putri kecil" Ucap orang itu. "Kali ini takkan kubiarkan kau lepas dari genggamanku," Tambahnya sembari mengepalkan tangannya kemudian menghilang dari sana.

 "Kali ini takkan kubiarkan kau lepas dari genggamanku," Tambahnya sembari mengepalkan tangannya kemudian menghilang dari sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baca cerita lengkapnya di Dreame/Innovel. Jangan lupa klik love untuk menambahkan ke library

Half Blood Luna [TAMAT - Pindah ke Dreame/Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang