NAMAKU HANIFA SYAKIRA

66 8 1
                                    

      "KRIIIIINGGG..."
      Jam wekerku berdering keras hingga memekikan telingaku.  Ternyata waktu menunjukkan pukul 03.00 subuh. Kumatikan jamnya lalu tidur kembali. Orang kata jika aku seperti ini terus setan selalu berteriak dengan kejayaan menggoda para hamba Allah. Di kamarku yang gelap karena lampunya mati,  seketika suara pintu terbuka keras. Aku sudah menduganya itu adalah kebiasaan Abiku membangunkanku. Memanggil keras dengan panggilan "Han!! Hanifaaa!" Membukakan pintu dengan kerasnya di kamarku yang gelap. Membuatku takut akan panggilan selanjutnya dari Abiku. Biasanya panggilan selanjutnya selalu membuatku lebih horor. Membawa gayung berisi air dingin lalu mencipratkannya di wajahku.
       "Bangun!! Kenapa susah sekali dibangunkan!" Abi menyimpan gayung di lantai karena pasrah.
      Abiku berbadan besar, kira-kira tingginya sekitar 170 cm, dan terlihat gagah karena berotot. Tatapannya bak pemain antagonis, matanya melotot seperti mau keluar, dengan menekankan bibirnya yang tipis. Abi membangunkanku untuk melaksanakan solat tahajud. Namun lain dengan cara Abiku membangunkan adik dan kakak perempuanku. Suara panggilan terhadap mereka selalu halus, memanggil secara perlahan sampai mereka terbangun. Dalam sekejap mata, semua sikap dan sifat Abi seakan berubah. Tapi pada Umi tidak. Secara perlahan, aku harus menjalani semua kejanggalan ini. Mungkin seiring berjalannya waktu aku akan tahu dengan sendirinya.
      Adik laki-lakiku bernama Syakir. Badannya tinggi melebihi tinggiku. Kulitnya hitam manis dengan alis tebal, dan berlesung pipi dua tepatnya di pipi kanan dan kirinya. Banyak sekali perempuan yang mengincarnya. Dia juga seorang playboy, jangan kira. Sampai pernah di suatu hari aku dibonceng Syakir untuk membeli obat untuk Umi,  seketika temanku Nayla melihatnya. Nayla yang pada saat itu sangat mengagumi adikku besoknya marah besar.
      "Nay! Dengarkan aku dulu, jangan marah" Kataku memohon dengan sangat.
      "Tidak butuh penjelasan dari orang munafik!!" Jawabnya sadis sembari menghindar.
      "Apa kamu mau persahabatan kita hancur?" Aku berusaha mengejar langkah Nayla yang semakin cepat dari arah belakang.
      "Terserah!! Hancur?  Kalau itu sudah takdir mau bagaimana lagi" Ucap Nayla sebagai ucapan terakhirnya. Semuanya nihil.
                                   ***
Bismillah! Ini pertama kalinya Hana post. Buat kalian yang baca,  semoga suka ya! Jangan lewatin bab selanjutnya:)
Salam kenal, salam hangat:)
      

TABIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang