"hati-hati dengan hati, karna hati yang tidak hati-hati akan tersakiti oleh hati yang tidak berarti"...
Biru memandang bingung ke arah siswa siswi yang kini masih saja berdiri di area koridor juga lapangan matanya kini beralih pada gerbang sekolah yang masih setia tertutup padahal sekarang sudah melebihi waktunya pulang aneh gumamnya dalam hati, dengan perasaan bingung ia mencoba bertanya dengan salah satu siswi yang jika di lihat dari betnya menunjukan jika dia masih kelas X.
"eh....kenapa gerbangnya belum di buka" tanya biru padanya siswi tersebut, siswi itu tampak terkejut dengan kehadiran biru dan langsung menampilkan wajah gugup campur takut, hal tersebut tak luput dari penglihatan biru dan itu mampu membuatnya mendengus pelan lalu pergi meninggalkan siswi tersebut yang kini tengah bernafas lega saat mengetahui biru berjalan menjauh tanpa menunggunya menjawab terlebih dahulu.
Biru berhenti di pos satpam lalu mulai memberikan pertanyaan yang sama pada pak satpam.
"itu non di depan masih ada tawuran"
Jawab pak satpam pada biru yang kini menatap sekeliling mencari seseorang dengan tatapan yang tak bisa di artikan."siapa? " tanya biru lagi yang kini dengan perasaan yang campur aduktidak jelas
"itu tu... Siapa teh namanya..." ucap satpam dengan mimik wajah yang berusaha mengingat lebih keras sedangkan biru menanti jawaban dengan tidak sabar
"den langit...iya teh den langit anaknya yang punya sekolah..." ucapnya setelah berusaha mengingat lalu terkejut saat mengetahui bahwa biru langsung pergi meninggalkannya tanpa merespon apapun
"kunaon eta teh... "gumamnya sambil memandang biru yang kian menjauh.Biru berusaha secepat mungkin agar sampai di belakang sekolah dann berjalan melewati taman kecil yang jarang terjamah oleh siswa siswi di sana, ia mulai menuju ke gerbang kecil yang menghubungkan sekolah dengan sebuah warung kecil tempat anak-anak bad boy berkumpul. Biru memandang ke sekeliling menatap banyaknya motor besar juga motor yang di modif tatapannya tertuju pada motor besar yang di modif dengan sedemikian rupa,ia mulai berjalan ke arah motor tersebut juga sesekali menatap sekeliling agar tidak ada orang yang melihatnya. Ia mengaitkan kantong keresek kecil berwarna hitam pada spion motor tersebut lalu pergi meninggalkan tempat itu dengan cepat.
Langit berjalan menghampiri motornya setelah berpamitan pada sahabat-sahabatnya, ia memandang bingung ke arah kantong keresek hitam yang kini masig setia berada di tempatnya, lalu menghela napas pelan dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling berharap menemukan orang yang dia cari namun nihil tidak ada ,ia meraih kantong keresek tersebut lalu membukanya dan menampilkan obat merah beserat kapas jga salep luka dan lebam tanpa ia sadari kini dirinya tengah tersenyum kecil bahkan sangat kecil
"thank's" gumamnya pelan
Sedangkan di kejauhan tengah ada seorang cewek yang kini tengah bersembunyi di balik tembok yang menjulang tinggi tengah tersenyum kearahnya tanpa sepengetahuan langit, cewek itu menghembuskan napas lega dan tersenyum saat mengetahui jika langit kini dalam keadaan baik-baik saja meski ada beberapa memar yang kini tengah menghiasi wajah tampannya. Namun kini senyumnya memudar saat menatap cewek dengan seragam yang berbeda kini tengah tersenyum dan berjalan menghampiri langit yang juga di balasi langit oleh senyuman tipisnya. Biru mendengus lalu mulai berjalan meninggalkan tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
langit biru
Teen FictionDi sini akan ku ceritakan tentang sebuah penantian di mana seseorang berjuang dalam diam dengan perasaan menggebu yang membuat pilu Biru Cahya Purnama seorang gadis cantik nan imut yang menyukai Langit Antariksa orang yang bisa di katakan es bernyaw...