Langit Biru 04

14 2 0
                                    

" mungkin aku di takdirkan hanya untuk menjadi pengagummu dalam diam meski aku adalah salah satu type orang yang banyak berbicara"

...

"elang! "elang tak berniat melanjutkan kata katanya saat mendengar pekikan seseorang memanggilnya dengan suara yang sangat ia hafal,bukanya tersenyum elang malah menyambutnya dengan tatapan tajam,  sedangkan yang di tatap langsung melambankan langkahnya.

...

Biru menundukan kepala tak berani menatap elang yang kini berada di hadapannya sambil menggerutu tidak jelas juga bibir yang sedikit manyun. Elang mendesah pelan melihat kelakuan biru sedangkan Langit yang sedang menyaksikan seakan bingung dengan keadaan sekarang banyak pertanyaan yang ada dalam benaknya ada hubungan apa? Itu salah satunya. Namun langit yang pintar mengatur ekspresi saat ini sedang menampilkan wajah datar yang menambah kesan cool dalam dirinya juga dapat menaikan kadar ketampanannya, seakan tidak masalah dengan itu semua langit segera pergi dari hadapan biru yang mampu mendapat perhatian biru dan saat ini biru tengah memandang sendu kearah langit yang knini berjalan menjauh.

Biru menghembuskan nafas pelan siap menanggung omelan yang akan elang lontarkan namun ia terkejut saat tak mendapat omelan itu karna elang hanya menatap tajam ke arahnya sambil menyodorkan kantung keresek kecil tempat di mana ia menyimpan oabt-obat yang sangat ia butuhkan.

"sejak kapan lok gk minum ini"tanya elang dengan tatapan tajam dan suara dingin,  biru yang masih tak mau menatap elang masih diam bergeming dalam tempatnya.

"ja. Wab. "lanjut elang karna tak mendapat respon dari biru dengan kata kata penuh penekanan.  Mata biru mulai memanas dan pandangnnya sudah buram tertutup oleh air mata.

"gue cuma pengen hidup normal"ucap biru yang seperti cicitan anak kecil namun masih terdengar oleh elang.  Elang membeku saat mendengar cicitan biru pandangannya yang semula tajam kini telah menatap biru sendu dengan pelan tapi pasti ia mulai menarik biru dalam pelukannya.  Biru membeku saat elang merengkuhnya ia sudah tak sanggup meahan isak tangisnya dan menumpahkan segalanya dalam rengkuhan elang.  Koridor yang kini sepi karna siswa siswi yang berkumpul di kantin menjadikan momen biru dan elang tidak menjadi tontonan namun tanpa sepengetahuan mereka berdua ada seseorang yang kini tengah mengepalkan tangannya guna menahan emosi dan rasa sakit yang tiba-tiba hadir saat menyaksikan itu semua tanpa mendengar percakapan mereka.  Orang itu mendengus pelan lalu meninggalkan tempat itu.

langit biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang