11 - Prioritamu Dia

1.7K 257 25
                                    

- Jadikan alquran bacaan utama -

📸📸📸

Kamu bukan sulit ditebak, hanya saja kamu sulit memilih antara aku dan dia.

📸📸📸

"Kak Luthfan," panggil Malika.

Luthfan hanya berdeham karena masih fokus menyetir.

"Aku beneran tinggal di rumah Kak Luthfan nih?" tanya Malika.

"Iya sayang."

Pipi Malika bersemu. Apa karena Malika masih remaja jadi hal romantis sedikit bapernya luar biasa.

"Emang kakak sayang, Malika?" tanya Malika menatap Luthfan.

"Sangat, Humairaku," jawab Luthfan seraya mengusap pipi Malika.

Malika terpejam menikmati sentuhan Luthfan, merasakan bahwa yang Luthfan ucapkan bukan hanya sekedar ucapan.

"Mau beli sesuatu dulu, sebelum sampai rumah?" tanya Luthfan.

"Malika nggak ingin apa-apa."

"Daerah sini tempat langganan Kakak sama Ceisya makan ice cream loh, mau coba?" tawar Luthfan.

Malika hanya diam, ingin bilang bisa tidak sih tidak usah bahas Ceisya kalau lagi berdua dengan Malika. Iya Malika tahu kalian sahabat tapi ya tidak usah segitunya, maksudnya apa coba menawari hal yang menurut Malika itu konyol.

Sepanjang perjalanan Malika hanya diam. Sesekali Luthfan bertanya namun Malika memilih diam. Bukan Malika terlalu posesif terhadap Luthfan hanya saja seharusnya Luthfan lebih mejaga perasaan Malika.

Suka sekali menarik ulur perasaan seseorang, itulah Luthfan.

Luthfan mematikan mesin mobilnya menandakan bahwa mereka telah sampai tujuan yaitu rumah Luthfan.

Luthfan turun terlebih dahulu, baru Malika ingin membuka pintu mobil untuknya tetapi Luthfan yang sudah yang membukakannya.

"Masih betah di dalam mobil?" tanya Luthfan seraya membuka sealbelt Malika.

Malika yang ingin marah rasanya tidak bisa, kenapa Luthfan selalu bisa membuat hatinya bergetar tidak karuan.

"Terima kasih, Kak," ucap Malika.

"Sama-sama, Humairaku. Ayo turun," ajak Luthfan setelah itu mencium kening Malika.

Ahh, hati Malika nggak kuat ya Allah, batin Malika.

"Masih diem aja disitu, mau Kakak gendong?" tanya Luthfan.

Malika menggeleng lalu turun dari mobil.

Kedatangan Luthfan dan Malika disambut hangat kedua orang tua Luthfan.

"Kalian datang juga. Ayo masuk," ajak Mamanya Luthfan seraya membantu membawakan barang yang Malika jingjing.

"Biar Malika aja yang bawa, Mah," ucap Malika.

"Nggak apa-apa cantik. Mamah sudah siapkan makanan untuk kalian dan mamah sudah rapikan masing-masing kamar untuk kalian. Malika bisa tidur di kamar Luthfan, dan Luthfan tidur di kamar sebelahnya. Tapi kalau mau tidur bareng nggak apa-apa, " ucap Mamahnya Luthfan sambil terkekeh.

"Terima kasih ya, Mah," sahut Luthfan dan Malika bersamaan.

"Tenang aja. Kalau gitu kalian istirahat dulu."

"Iya, Mah."

📸📸📸

Malika memperhatikan sekeliling kamar Luthfan, cukup mewah dan elegan. Warna abu-abu dengan campuran hitam menjadi daya tarik kamar ini.

"Ayo masuk, ngapain malahan begong," ucap Luthfan.

"Eh iya, Kak."

"Mau istirahat dulu apa sama-sama rapihkan pakaian kita?" tanya Luthfan.

"Sekalian cape mending rapihin pakaian dulu."

"Siap sayang."

Malika dan Luthfan mulai merapihkan pakaiannya bersama tidak jarang tertawa karena lelucon yang Malika buat. Hingga Luthfan menemukan sebuah kanvas yang ukurannya sedang.

"Ini lukisan kamu, Malika?" tanya Luthfan.

Malika yang melihatnya langsung membulatkan matanya. Kenapa lukisan itu bisa ada didalam kopernya pasti ulah bundanya yang segaja menaruhnya. Padahal sudah Malika sembunyikan di lemari paling bawah itupun Malika kunci.

"Kalau dilihat-lihat lukisan ini mirip aku," ucap Luthfan percaya diri.

Malika langsung merebutnya, "Kakak jangan lihat!"

"Aku udah lihat. Siapa laki-laki dilukisan itu?"

Malika menghela napasnya, lagian tidak perlu disembunyikan lagi Luthfan juga sudah tahu kalau itu dia.

"Itu Kakak," ucap Malika.

"Tuh kan, cie-cie ngefans juga sama Kakak sampe repot buat lukisan begini."

Bukan sekedar ngefans, Kak. Tapi cinta, batin Malika.

"Terima kasih banyak ya, Kakak suka banget. Alhamdulillah Kakak punya istri berbakat begini," ucap Luthfan seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Malika membuat Malika memejamkan matanya baru saja Luthfan ingin mencium Malika ponselnya bergetar. Sangat jelas tertera dilayar ponselnya bahwa itu CEISYA. Malika yang melihatnya langsung tersenyum tipis.

"Bentar ya," pamit Luthfan.

Malika mengangguk, padahal dalam hati kecilnya kenapa tidak berbicara didepan Malika saja, kenapa Malika tidak boleh mendegar pembicaraan mereka, dan masih banyak sekali pertanyaan yang menyerang isi kepala Malika.

Badan Malika bergetar hebat, ingin menangis tetapi ditahan. Namun, Malika berusaha bersikap biasa saja.

Tidak lama Luthfan kembali, Malika tersenyum tipis.

"Aku pergi sebentar ya," pamit Luthfan mengambil jaket lalu mencium kening Malika.

Malika menatap nanar kepergian Luthfan.

Katamu aku prioritasmu, tetapi pada kenyataannya kamu tetap melihat dia tanpa memperdulikan aku.

📸📸📸

Tangerang, 03 Juni 2019.

Bagaimana dengan BAB ini?

Siapa yang sering ditarik ulur perasaannya😂

Jazakumullah Khairan Katsiran, sudah membaca BAB ini. Terus ikuti kisah LUTHFAN ya. Jangan lupa follow akun wattpad ini, berikan vote dan komentar membangun untuk cerita LUTHFAN. Jangan lupa juga kritik dan sarannya.

Salam Sayang,
Poppyta Ayu Nur Rohmah Sidiq
Instagram : @poppytaayunrs
Wattpad : PoppytaAyuNRS

LUTHFANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang