"Tay!"
Aku dan Tay menoleh bersamaan. Dari kejauhan terlihat Gun yang berlari kecil kearah kami. Yang dipanggil melambaikan tangannya sambil tersenyum sumringah. Raut wajahku seketika berubah datar. Oh, ayolah. Baru saja aku bisa berduaan dengan Tay sudah datang saja benalu satu ini.
"Ada apa?"
"Hah.. capek. Minta minum dulu!" Dia merebut minuman dingin ditangan Tay.
"Ck, dasar. Sini duduk." Tay bergeser memberi jarak diantara kami. "Udah gaada kelas?"
Gun menggeleng, lalu mendudukkan dirinya ditempat yang Tay beri. "Masih ih, tapi dah capek." Sikap tempel sana-sininya kambuh. Tsk. Tay mengusap lembut rambut hitamnya. Gun memejamkan matanya menikmati sentuhan Tay.
"Tay, nanti malem ke rumahku please."
"Ngapain?"
"Temenin ajaa. Bosen."
"Gabisa.. nanti malem aku ada mau keluar."
"Eh, iya! Katanya kamu udah jadian?"
"Ehehe.."
"Nggak bilang, dasar! Pajak?!"
"Pajak apaan sih," Tay menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Nggak ada ah!"
"Oh iya, hin." Tay memajukan badannya, mencoba menatapku. "Anting yang aku suruh kamu pilih kemarin, inget? Itu kan buat kadonya Ink ya. Dia suka banget lho, selera kalian sama. Hahaha"
Oh. Anting itu. Aku pikir ia ingin membelikan untuk ibunya.
Anting itu memang cantik. Sangat cantik.
Tapi..
Tak akan aku biarkan anting cantik tersebut terpasang lama ditubuhnya."Syukurlah kalau dia suka. Anting yang cantik memang untuk wanita cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi | taynew
FanfictionNew Thitipoom, pria itu terlihat manis dan polos. Wajahnya bersinar, semua orang menyayanginya. Sikapnya manis, dan murah senyum. Semua tak akan pernah menyangka atas apa yang telah ia perbuat. Ini karena.. Obsesinya yang amat besar kepada Tay Tawan...