***
Masa lalu adalah cerita, dan masa depan adalah misteri. Dengan siapa kita ukir masa lalu kita merupakan sebuah cerita yang telah terjadi, untuk masa depan? Sepertinya kita tidak akan tahu apa yang terjadi di masa mendatang. Namun, cukup yakinkan bahwa setiap orang yang pernah singgah dihidupmu memilki tujuan, entah untuk mengajarkan sesuatu, mencintaimu, atau untuk menjalani kehidupan bersamamu.
Riana, seorang gadis berumur awal 20 tahun mengedipkan matanya, tampaknya ia lelah dengan telfon genggam yang sedari tadi ia pegang, sudah hamper 1 jam ia berdiam diri di ujung kasur nya –tanpa gerak –hanya memandangi benda yang ditangannya. Ia mematikan ponsel nya, lalu menegakan badan sambil bersender di dinding kamarnya. Ia menatap langit-langit, terdiam cukup lama, lalu menghembuskan nafasnya dengan berat. Hal yang sudah ia prediksi benar, rintik air matanya jatuh, ia menundukan kepalanya, air matanya terus berjatuhan tanpa seijinnya.
Rupanya, ia masih mengamati bagaimana kehidupan mantan kekasihnya dulu, Adit. Tahun lalu, mereka masih bersama, tertawa bersama, jalan, membicarakan banyak hal, namun yang terjadi sekarang? Seperti dua orang yang tidak pernah mengenal. Ia tersenyum bergumam mengapa perpisahan ini mudah baginya dan tidak untukku?
Tak dipungkiri ia masih menyimpan perasaan pada mantan kekasihnya, ia masih mengamati dari jauh, rasanya masih sakit ketika mantan kekasihnya mulai mendekati wanita lain. Perih. Hanya itu yang ia rasakan, dan ia tidak dapat berbuat apapun. Namun ia sadar sudah seharusnya ia mengakhiri rasa sakit ini, ia sadar ia harus menahan rasa keinginan tahuannya yang hanya semakin menyakitkan hatinya.
Drrrt drrrt drrrt
Telfon genggamnya bordering, -Anggie- nama itu yang terpampang, dengan cepat riana menyeka pipinya dan mengangkat telfonnya, ia cepat memposisikan agar suaranya tidak bergetar,
"iyaa nggi? ada apa?", terdengar beberapa saat maksud dan tujuan teman kuliah satu jurusannya menelfon, kemudian riana bangun menuju meja belajarnya dan mengambil kertas tugas yang belum ia selesaikan, "emm.. anu nggi, gua belum kelar nih.....", "-iyaaa, iyaa besok kan deadline nya, gua kelarin kokk, gausah khawatir gitu banget apa hahaha" ucapnya sambil pura-pura tertawa, yang dibalas suara ledekan temannya
"apa? Gimana?", "-hah? Mikirin Adit? Hahah engga kok, gua... udah lupa juga kok, dia udah ada cewe baru kali.." mengucapkan hal seperti itu seperti ada yang menyesakan di bagian dadanya, tak terasa air matanya kembali jatuh namun ia tetap menahan isakannya, "-hahaha engga lah gua ga sedih kok, cuman emang sih kadang gua masih ing- gak lah pokonya gua oke-oke aja kok" kelar riana dengan sejelas mungkin, namun temannya diujung sana yang sudah berteman dengannya sejak SMA sudah hafal dengan perilaku yang aneh dari sahabatnya,
"geter darimana sih suara gua? Sinyal lo aja kali yang jelek, makanya gausah ngide idup di gua deh hahaha" ledek riana sambil membaringkan badannya di kasur, ia kemudian mendengarkan ucapan sahabatnya itu, ia sadar bahwa sahabatnya ini tidak bisa dibohongi dengan sikap nya yang setelah putus terasa berbeda, riana tersenyum,
"iyaa nggi.. gua udah usaha kok, gua jauhin barang-barang pemberiannya, gua udah baca quotes-quotes sisi postif putus juga,-", omongannya terhenti oleh sahabatnya, kemudian air matanya mengalir lagi, "iyasih.. gua masih belum berhenti mau tau tentang dia, dan hapus fotonya juga... tapi gua rasa... gua belum kuat nggi... mungkin nanti ada saatnya," jawabnya sambil menatap langit-langit kamar
Riana menarik napas panjang, "iya-iyaaa, udah gua sedih sebentar nanti ceria lagi oke? Pokoknya gua kerjain dah itu tugas malem ini kelar, langsung gua send ke lo yaa hahahha" jawab riana lagi dan mendapat persetujuan dari sahabatnya diujung telfon. "iyaa, waalikumsalam" jawab riana mematikan telfon genggamnya, ia menarik nafas berat lagi kedua kalinya, namun kali ini berbeda, ia tersenyum, rasa nya sedikit melepas beban ketika tidak terus-menerus membohogi perasaannya.
***
YOU ARE READING
Move UP
RandomCerita ini menceritakan perjalanan seorang gadis muda bernama Riana melewati kehidupannya di awal masa dewasanya, melewati patah hati, jatuh cinta, cita-cita, teman, dan keluarga.