Kedua

125 23 5
                                    

Cahaya menerobos mataku yang membuatnya silau dan terbuka, aku melihat jam, sekarang pukul 05.30 aku berjalan gontai menuju kamar mandi. Bersiap untuk melalukan aktifitas sehari-hari.

Hari ini akan ku pastikan suasana hatiku bagus, agar aku bisa memberikan energi positif kepada makhluk di sekitarku yang mungkin mereka sedang terpuruk.

Setelah membersihkan sembari mengumpulkan nyawaku di dalam kamar mandi, aku memberi polesan sedikit pada wajahku agar tidak terlihat seperti manusia yang tidak ada niat untuk bertahan hidup.

Menuju meja makan yang sudah di isi dengan masakan bunda yang menurutku selalu mempunyai aneka rasa walaupun masakannya sama. "Selamat pagi yah, bun, kak" Mereka bertiga tersenyum.

"Udah baik mood lo dek?" Kata kak Akhas
"Udah doong" Kataku sedikit menyombongkan diri.
"Berangkat sama temen lo hari ini? Kok ga bilang?" Kalimat yang dilontarkan dari mulut kak Akhas membuatku mengernyitkan dahi.
"Hah? ngga tuh."

"Di depan ada Fajar dek, berani banget lo deket sama rival gua." Aku menyimpulkan bahwa hari ini kakakku itu akan memiliki suasana hati yang buruk.

"Yaelah kak, baru kenalan kemarin kok santai aja" Ucapku santai.
"Yaudah sana duluan, kasian udah nunggu dari tadi." Kata kak Akhas yang sudah menyampirkan tasnya di bahu sebelah kirinya, aku mengangguk.

Aku keluar dari rumah dan menuju ke depan gerbang, saat itu pula aku membatin. "Ah, hari ini aku akan mulai menuliskan lembaran baru pada buku yang masih kosong. Aku akan ucapkan selamat datang kepadamu Fajar, karena sudah mempunyai buku tersendiri."

Berjalan membuka gerbang dengan senyuman manis dan menyapa nya. "Halo Jar, maaf ya lama" kataku, sedangkan dia mengernyit heran.

"Kesambet apaan lo? Kok jadi ramah?" Tanya nya heran, mungkin karna aku bersikap ketus kepadanya kemarin. Aku tertawa kecil, "Ga kok, gue emang begini kemarin karna badmood aja." Fajar lalu mengangguk dan memasangkan helmku.

Ingat, me.ma.sa.ng.kan. Iya dia memasangkan helm untukku, lalu berkata "Gua lebih suka lo jutek Ja" karna ucapannya itu alisku bertautan.
"Kenapa?"
"Karna kalo lo ramah, jantung gua makin ga sehat."
"Hah?"
"Udah, lupain. Naik sini buruan" sambil menepuk jok belakangnya.

Jika mungkin kalian berpikir Fajar akan meniemputku dengan motor besar berwarna merah seperti di ftv itu, kalian salah.
Dia menjemputku hanya dengan motor matic yang tak bisa aku sebutkan merknya, Vario.

Padahal kemarin ketika ia menjemputku menggunakan salah satu motor seperti itu. "Motor lo yang kemarin kemana?" Tanyaku penasaran, "Oh, itu bukan motor gue. Itu motor Guanlin masa iya pertama kali gue jemput bidadari pake motor biasa."

Aku mengangguk, lalu menaiki motor itu "Pegangan Nja, gua mau ngebut" Aku pun berpegang pada ujung jaketnya Fajar.

"Jar, udah sarapan belom?" Karna sepanjang perjalanan tidak ada percakapan sama sekali.
"Belom nih, lo mau temenin gua sarapan dulu ga?" Ucapannya memang agak samar karna helm dan angin yang berhembus lumayan kencang.

"Boleh, masih lama juga kita masuknya" Setelah itu dia berhenti pada salah satu pedagang kaki lima, bisa dibilang ini tempat makan nasi uduk.

"Lo udah makan Nja?" Di tanya seperti itu aku hanya mengangguk "Lo aja yang makan Jar, gue udah sarapan kok" kataku tersenyum.

"Ga usah senyum." Ucapnya ketus "Loh kenapa?" Tanyaku, "Gua punya riwayat penyakit jantung sama hati kalo liat yang cantik" Katanya, "Apalagi ditambah yang manis kaya lo. Udah jantung, hati, diabetes pula" Lanjutnya.

Aku hanya tertawa mendengarnya, tetapi dalam hati kecilku. Aku merasa bersalah karna jika dia mempunyai perasaan terhadapku mungkin akan lama untuk diriku menerima nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit Jingga ㅡ Na Jaemin, Lee Nakyung.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang