5. Piano Sonata No. 5 in C Major

34 4 4
                                    

  Seminggu setelah kencan Bara dan Fira, semuanya nampak berjalan baik. Bara juga sudah ingin memantapkan hati untuk melanjutkan hubungannya. Tiap kali Bara selalu menghubungi Fira saat waktu luang dan begitu pula sebaliknya. Bahkan sekarang mereka berdua sudah menjadi perbincangan sehari-hari bagi para siswi-siswi di sekolahnya. 

  Hari ini seperti biasa Bara merebahkan diri di atas jejeran kursi dan diletakkan tepat dibawah AC kelas yang super dingin dengan suasana kelas yang sengaja dimatikan lampunya menjadi kenyamanan tersendiri di kelas itu. Ia hanya memejamkan mata dan tersadar, mendengar orang-orang berbicara dan bahkan mengabaikan panggilan temannya. Jadi mereka mengira Bara tertidur pulas. Sedangkan disampingnya, Tyo memainkan ponselnya dengan asik. Sesekali Bara tertawa pelan melihat tingkah Tyo yang kekanak-kanakan saat bermain games.

  Tiba-tiba, pintu kelas terbuka dan lampu kelas dinyalakan, semua murid terkejut dan menyipitkan mata karena silau. 

  "Assalamualaikum ya ahli kubur".

  Suara berat yang murid-murid hafal betul darimana asalnya, seorang guru Agama yaitu Pak Agus. Datang dengan membawa buku-bukunya dan segera duduk di kursi.

  "Waalaikumsalam, ya Allah bapak saya masih mau hidup", jawab Aldrian mengikuti nada khas pak Agus.

  "Waalaikumsalam, astaghfirullah bapak tunggu saya tobat dulu", sahut siswi yang duduk paling belakang.

  "Waalaikumsalam, serem amat pak ahli kubur", kata Bara segera bangun dan mengembalikan beberapa kursi ke asalnya.

  "Daripada ahli hutang? Ckckck", sahut pak Agus menyindir Bara. Beliau membuka bukunya dan mulai mengabsen satu-persatu. Bara yang tadi mendengarnya mendapat tawa dari seluruh kelas. Bara terheran, kenapa ia sangat dikenal dengan ahli hutang, raja hutang, mafia hutang, bos hutang, bahkan CEO hutang. 

  "Ya Allah pak, tenang saja dengan adanya duit saya akan bayar semua hutang saya pak", kata Bara berdiri menepuk dadanya dengan bangga. 

  "Memangnya sekarang ada uang?", pertanyaan pak Agus terlalu menohok sehingga membuat Bara duduk kembali dengan wajah datar. Beliau hanya menggelengkan kepalanya heran. Pak Agus berdiri dan menulis sesuatu di papan dan berkata,

  "Hari ini bahas perihal hukum pernikahan dan hubungan suami istri buka bab 4", jelas beliau.

  "WAAAA HUBUNGAN APA NI PAK HAHAHA!", teriak salah satu siswa dibelakang Bara.

  "WAH INI MAH SUDAH AHLI PAK KITA", teriak Tyo. Banyak pula yang bersemangat dan teriak seenaknya. Pak Agus mengabaikan dan tetap menulis di papan tulis.

  "Wah ini mah gua sering nonton", kata Bara berbicara sendiri.

  "SERING APA BAR?!", sahut Tyo dengan kencang.

  "NAENA HAHAHAHA!", jawab Bara dengan tertawa lantang, satu kelas ikut tertawa kencang bahkan ada yang pukul-pukul meja terlalu semangat.

  Syut, bugh!.

  Pak Agus melempar penghapus papan tulis tepat ke arah Bara, "Tulis", satu kata sukses membuat satu kelas terdiam dan segera menulis, beberapa diantara mereka termasuk Bara hanya menahan tawa.


....


   Siang ini tepat setelah istirahat kedua, terdapat 20 murid yang sedang berkumpul di aula termasuk Bara. Mereka sedang membahas acara sekolah yang akan diadakan seminggu lagi.

  "Event ini udah seminggu lagi dan waktu berjalan cepat, gua mau tau kesiapan masing-masing sekbidnya apa udah semua atau ada yang kurang, coba dari keuangan", kata Oka, kakak kelas yang menjadi ketua acara sekaligus ketua panitia event sekolah. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Salam KenalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang