Bagian 17

14K 935 14
                                    

Suara musik yang keras memecah kesunyian malam, semua orang melompat-lompat kegirangan sambil berteriak memanggil idola mereka.

Tapi ada satu di antara mereka yang tidak perduli sama sekali dengan suara gaduh itu, bahkan dia sama sekali tidak datang sama sekali.

Dia pikir hal seperti itu tidak penting, hanya bikin capek aja baik dia tidur saja. Padahal kedua temannya sudah memaksa namun dia masih bersikeras tidak ingin ikut, sekali itu yang memaksanya adalah Anissia.

Yab, bocah pemalas itu adalah Allen. Bocah itu terlihat anteng di ranjang sambil membuka Novel horor yang baru dia beli, baginya lembar demi lembar kertas yang berisi rangkaian kata yang menegangkan lebih menarik dari pada suara gaduh musik.

Walau dia suka musik namun jika hadir di acara yang penuh dengan orang-orang berteriak tidak jelas atau sejenisnya adalah hal yang paling dia hindari, yab kampusnya sedang mengadakan acara untuk memperingati hari berdirinya bangunan megah tersebut dan semua mahasiswa dan dosen serta petinggi  kamus seperti rektor datang hanya Allen saja yang tidak.

Bahkan Anissia pun ada di sana karena wanita itu adalah pemilik gedung tersebut, tadinya Anissia memaksa bocah itu datang dan menemaninya tapi Allen menolak.

Bocah itu ingin bersantai ria di Apartemen, ya jarang-jarang kan bisa bersantai seperti ini tanpa memikirkan tugas atau sejenisnya karena semua mahasiswa di bebaskan dari jerat tanggung jawab.

Disisi lain empat wanita terlihat panik, berkali-kali mereka menelpon orang yang mereka tunggu namun nihil.

Ponsel orang itu tidak bisa di hubungi, bukan cuman panik karena sebentar lagi mereka akan tampil tapi juga khawatir tidak biasanya dia seperti ini.

Biasanya kalau ada apa-apa selalu ngasih kabar, tapi sedetik kemudian ponsel salah satu dari mereka berdering spontan pemilik ponsel itu menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.

"Halo, Lo dimana kok kita telpon dari tadi gak di angkat?" Tanya pemilik telpon dengan nada khawatir.

"Ah, maaf. Gue gak sempet pegang hp karena sibuk ngurus adek-adek gue yang nangis, sorry gue gak bisa datang karena nyokap gue tiba-tiba kritis" jawab penelpon dengan nada lirih, sontak membuat wanita itu kaget bukan main.

"Astaghfirullah, inalillahi. Ya gak papa, kita bakal nyari cara supaya gak bikin kecewa Arika. Gak usah khawatir sama kita oke, sekarang Lo tenangi diri dan berdoa aja. Kalau gitu gue tutup" unjar wanita itu merasa iba.

Tanpa menunggu respon dari penelpon, wanita itu langsung memutuskan teleponnya.

Mawar mendesah pelan lalu menatap ketiga temannya, yab nama wanita itu adalah mawar sedangkan ketiga temannya adalah Yurin, Clara dan Salsa.

Malam ini mereka di beri tugas mewakili fakultas seni namun sayangnya salah teman mereka malah di timpa musibah itu artinya mereka harus mencari pengganti secepatnya mungkin tapi siapa.

"Bagaimana? apa bimbim bisa datang?" Tanya Clara, mawar menggelengkan kepalanya pelan lalu tertunduk lesu.

"Dia gak bisa Dateng karena nyokapnya tiba-tiba kritis, Lo tau sendiri kan kalau Bimbim itu kepala keluarga di rumahnya sejak bokapnya meninggal"jawab mawar dengan nada lesu.

"Terus kita harus nyari penggantinya dimana? Kalian tau sendiri rapper di clup kita itu udah habis gak ada lagi yang nanggur" gumam salsa bingung, sedangkan Yurin hanya diam namun sedetik kemudian dia meraih ponselnya yang ada di saku celananya dan mencari nama seseorang di kontaknya.

Ketiga temannya hanya bingung melihat Yurin menghubungi seseorang, siapa yang dia hubungi? tanya ketiganya dalam hati.

Yurin bernafas lega karena orang yang dia telepon mau membantu, jika saja orang itu menolak entah harus bagaimana lagi mereka akan mencari rapper yang cocok.

My Love Selebritis InstragramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang