Cerita tentang First Date

4 0 0
                                    

Senja dan Hanif sedang duduk beruda di balkon rumah Hanif. Mereka berdua baru selesai mengerjakan tugas kelompok yang diberikan guru Biologi mereka. Dan sekarang kalo kata Senja, waktunya gibah.

"Lo makin deket ya sama Naya, bales dendam nih nggak cerita sama gue?"

Hanif tersedak teh yang ia minum ketika mendengar perkataan Senja. "Apaan woi! Gue temenan doang sama Naya."

"Masa sih, sampe kesedek gitu cuman temenan?"

"Halah bacot lo. Gue nggak kayak lo yang tau tau main jadian aja ya," balas Hanif kesal. Ada sedikit kecemburuan disana.

"Ya maaf," gumam Senja. "Eh btw Nif gue mau cerita niih."

"Cerita apaan?"

"Kemarin gue diajak first date sama Jinan!" Senja berkata kesenangan.

"Oh."

"Kok oh doang siih. Seneng kek akhirnya sohib lo bisa date date-an," protes Senja.

"Iya iya, dasar kasmaran," ejek Hanif. "Emang datenya gimana kemarin?"

Iya, Hanif tidak bisa bohong kalau dia penasaran dengan date Senja dan Jinan. Walalupun dia tau, dengan mengorek informasi itu, hatinya bakal bertambah sakit.

"Ya kami makan doang sih di cafe favorit dia. Makanannya enak banget Nif, lo musti coba. Ajak Naya kalo bisa," tutur Senja.

"Nja."

"Hehe, bercanda. Tapi emang enak kok. Kami ngobrol asik banget sampe lupa waktu," Senja menjelaskan sambil tersenyum antusias. Binar matanya benar benar terpancar. Hanif suka binar itu.

"Mungkin first date gue nggak seromantis di buku atau film, tapi dengan gitu aja gue bener bener udah bahagia. Rasanya itu waktu teromantis gue, film kalah sama first date gue," ujar Senja. Ia menatap sejenak layar wallpapernya. Ada foto dirinya dan Jinan kemarin. Benar benar waktu yang menyenangkan bagi keduanya. Sederhana namun bermakna.

Hanif diam, memperhatikan bagaimana Senja menceritakan. Bagaimana antusiasnya gadis yang merupakan sahabat sekaligus gadis yang ia sayangi itu menceritakan pengalaman pertamanya berkencan.

Dia juga jadi ikut membayangkan bagaimana jika dia berkencan suatu hari nanti.

Namun gadis yang muncul di pikirannya tidak hanya satu.

***

"Kemaren dia cerita ke gue Nay gimana dia first date sama Jinan," Hanif dan Naya sekarang tengah berbaring di danau tempat Hanif membuang bunganya. Mereka membawa karpet dan beberapa makanan untuk disantap juga.

"Dan lo gimana? Masih sakit?"

"Sedikit."

"Perkembangan dong," Naya menegakkan tubuhnya dari tanah menatap Hanif. Diam-diam gadis itu lega bahwa Hanif bisa mulai merelakan Senja.

"Yah lumayan, gue masih seneng aja dia masih nganggep gue tempat ceritanya," ujar Hanif. Matanya memandang langit langit yang ditutupi awan putih. "Gue pikir kita bakalan menjauh karena dia punya pacar dan gue juga emang pengen ngejauhin dia. Tapi ternyata di deket dia nggak sesakit yang gue kira."

"Dia bahagia banget pas nge-date sama Jinan. Gue jadi ikut bahagia liatnya," gumam Hanif. Naya tersenyum tipis. Ia mengambil sebuah wadah di dalam plastik putih yang ia bawa. Lalu menyodorkan isinya pada Hanif

"Nih!" Naya menyodorkan sebuah snack cornflakes chocolate yang ia buat dari rumah. "Penaik mood."

Hanif nyengir lebar. Ia mengambil snack itu dari tangan Naya, "Makasih Nayakuu," Hanif memakannya dalam sekali lahap.

"Giliran makan aja langsung lahap," Naya ikut memakan snacknya.

Mereka akhirnya melanjutkan pembicaraan hingga sore hari seakan lupa waktu. Ditemani banyak bungkusan sisa dari snack tersebut, mereka benar benar menikmati pembicaraan hari itu.

Diam-diam mereka berharap, waktu berjalan sedikit lebih lambat agar mereka bisa seperti ini lebih lama.

-----------
Woffbee's side
Hayo hayo Hanif mulai goyah kah?

Kalian sendiri tim siapa guys? Tim Hanif Move on atau enggak?

Langit Malam - Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang