Perpustakaan dan Tugas

6 0 0
                                    

"Akhirnya selesai! Yes!" seru Naya tertahan. Ia merentangkan tangannya ke atas untuk melakukan perenggangan tubuh. Duduk di perpustakaan umum selama beberapa jam membuat tubuhnya kaku.

Dihari sabtu ini, Naya memilih mengajak Hanif pergi ke perpustakaan umum. Naya ingin mengerjakan tugas dan butuh teman. Setelah diimingi dengan seblak, Hanif akhirnya mau ikut menemani Naya.

Hanif sekarang masih berkutat dengan laptopnya. Bermain game, bukan mengerjakan tugas. Karena tugasnya sudah selesai kemarin malam. Entah angin apa yang membuatnya mengerjakan tugas sampai selesai, padahal dia tidak serajin itu.

"Han, gue udah selesai," Naya mencolek lengan Hanif. Hanif melirik dengan tangan yang masih fokus pada keyboard.

"Ntar dulu, tunggu selesai. Bentar lagi tamat nih," jelas Hanif. Naya mengangguk pasrah. Dia sangat lelah sekarang. Kemarin dia juga baru saja bergadang mengerjakan tugas yang akan dikumpul dua minggu lagi. Katakan Naya kerajinan tapi dia melakukannya untuk menghindari suara suara mengganggu dari lantai bawah, dia selalu menggunakan headphone saat mengerjakan tugas. Karena tidur pun tak akan bisa menghindari Naya dari suara bising itu.

Naya melipat tangannya di atas meja, menjadikan bantal bagi kepalanya. Mungkin tidur sejenak bisa memberinya energi dan membuatnya jadi sedikit lebih fresh.

Sekitar 15 menit setelahnya, Hanif bersorak pelan. Dia akhirnya menamatkan game misterius tersebut setelah berkali-kali gagal di rumah. Ia nyengir lebar, mungkin karena jaringan disini bagus?

Hanif lalu menoleh ke sampingnya, dan ia menemukan Naya yang tengah tertidur dengan lipatan tangan sebagai bantal. Wajahnya terlihat sedikit lelah, namun juga polos sekali. Bibirnya sedikit terbuka, dengkuran halus keluar dari sana. Sepertinya Naya benar-benar kelelahan.

Hanif sendiri sebenarnya heran, padahal tugasnya masih 3 hari lagi, dan Naya sudah mengerjakannya. Kenapa ada gadis serajin ini? Bahkan dia lebih sering mengerjakan ketika tiba di sekolah, yap nyontek ngebut— jangan ditiru.

Tanpa sadar, Hanif membetulkan rambut Naya yang jatuh di depan wajahnya. Hanif merasa seperti waktunya berhenti berputar. Naya bagaikan magnet yang membuat Hanif terus memperhatikannya dalam diam.

Naya cantik, Hanif akui itu. Tidak secantik Senja tapi dia manis. Dan saat tertidur seperti ini, Naya benar benar terlihat polos. Seperti tidak punya beban hidup, padahal kenyataannya beban hidupnya sangat berat. Belum lagi tekanan batin yang setiap hari menghantuinya. Naya lelah jiwa raga.

Hanif mengusap pipi Naya tanpa sadar. Pandangannya benar benar tulus. Ia melakukan hal tersebut hingga Naya tiba tiba terbangun. Naya membuka matanya, mendapati Hanif memandangnya dan mengusap pipinya.

"Han," panggil Naya. Hanif sadar, ia langsung menjauhkan tangannya. Kaget dengan apa yang dia lakukan sendiri. Naya menegakan tubuhnya. Merenggangkan otot lehernya yang jadi sedikit kaku. Tapi tidur tadi benar benar membuatnya fresh lagi.

Mungkin efek usapan di pipi?

"Udah Han?" tanya Naya. Hanif menahan gugupnya dengan membereskan bukunya.

"Udah, udah. Eh eh," dasar Hanif ceroboh, ia hampir menjatuhkan charger laptopnya.

"Hati-hati Han," tegur Naya sambil terkekeh kecil. Hanif tersenyum kikuk. Ia kembali membereskan peralatannya. "Udah nih. Yuk."

"Yuk. Seblak biasa kan?" Naya memastikan.

"Yoi. Dua ya, bungkus satu,"

"Bayar sediri sono!" Naya menoyor Hanif. Hanif terkekeh pelan. Keduanya mengambil tas lalu keluar dari perpustakaan.

Iya, masih dengan jantung yang berdetak tidak karuan.

***

Hai stay. Apa kabar?

Bee nggak baik baik aja hehehe. Maaf Bee masih dalam masa belum bisa merelakan dan suka denial sekarang. Bahkan setelah beberapa hari.

Untuk kalian yang sudah kembali senyum, semangat, lalian hebat udah bisa bangkit dari semua ini. Aku bangga sama kalian staay! Terimakasih udah bertahan.

Maaf aku baru bisa pub lagi. Semoga kalian suka hehehe.

—Woffbee

Langit Malam - Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang