Dua.

13 8 0
                                    

Di kelas, Haris menjadi pusat perhatian, biasanya, Haris itu anak baik-baik yang gak pernah masuk BK kecuali mengambil buku tartib milik sekelas. "Berantem?" Tanya Dewo, teman akrab Haris, "yah, seperti yang lo liat sih"

"Anjay!"

"Bisa berantem juga lo, gini dong, kan kesannya manly gitu Ris, menang apa kalah?" Tanya Dewo, "kalah" cengir Haris, Dewo ber'yah' kecewa, "empat lawan satu, Wowo" jelas Haris "pantes kalah, kalau ada gue, lo pasti menang Ris!" Dewo menepuk bahu Haris.

"Sakit, goblok"

"Maaf" cengir Dewo.

Pukul tiga sore, waktunya pulang, Weedy dengan semangat merangkul tasnya. "Haris, bareng" senyum Weedy, "boleh".

"Gue gimana?" Tanya Dewo, "kan Dewo punya motor matic sendiri, masa, mau bareng Haris di boncengin" cengir Weedy. Dewo bersungut-sungut, "lo itu sahabatan dari kecil apa gimana? Deket banget sama Haris" celetuk Erlan, yang segera menghampiri mereka bertiga.

"Teman bimbel waktu SD awalnya, terus deket karena Weedy suka main ke rumah Haris bareng Nyokap waktu dulu" Erlan mengangguk.

Di parkiran motor, mereka berempat berpisah, kecuali Weedy dan Haris, "nempel amat kayak anak sama induk" kekeh Erlan, "tau, gemes liatnya, pengen gue comblangin rasanya, ihhh!!" Dewo meremas tangannya--gemas sendiri. "Pake helm-nya, Dy" Weedy mengangguk, helm itu menempel manis di kepalanya. Weedy naik ke atas motor Haris, motor yang selalu membawa ia dan Haris pergi jalan-jalan, "mau mampir ke tempat lain atau langsung pulang?" Tanya Haris, "pulang"

Dari luar gerbang sekolah, Haris, Dewo, dan Erlan berpisah ke arah jalan masing-masing.

🌼

"Cel, liat tuh, Weedy sama Haris boncengan, akrab banget, Cel, wah gawat, gak ada kesempatan!" Kompor Lita--sahabat Cela. "Diem lo! Bukannya bantuin caranya, malah ngomporin doang, hih! Awas aja Weedy, dia bakal kena akibatnya" sinis Cela, "mantap" Lita mengacungkan jempol.

Sampai di rumah Weedy, Weedy turun dan melepas helm. "Makasih, Ris, nanti malam, bantuin kerjain pr ya" pinta Weedy, "iya" Weedy bersorak. "Hati-hati ya Haris!" Seru Weedy, dari motor, Haris mengacungkan jempol, lalu menghilang dari gang.

"Assalamu'alaikum" Weedy membuka pintu. "Wa'alaikumsalam" sahut ibunya dari dapur. Semangat, Weedy segera ganti baju, cuci kaki dan tangan lalu duduk di meja makan. "Nanti malam Haris ke rumah Bu, ada pr, nanti di bantuin sama Haris" ucap Weedy, "iya, dateng aja, nanti Ibu di kamar, tidur" sudah menua, selepas salat Isya dan makan malam, biasanya Ibu langsung tidur di kamar, rambutnya yang kian memutih pun semakin banyak, wajahnya semakin keriput.

Seusai makan, Weedy mencuci piring, lalu masuk ke kamarnya.

"Sayangku!"

Weedy melompat ke kasurnya, empuk, di tambah dingin AC, Weedy ingin tidur. Tapi ia segera berdiri, menggeleng, "nanti aku tidur kok" Weedy menepuk pelan  kasurnya dengan penuh sukacita. Ia beralih ke meja belajar, membuka buku diary nya yang lama dan pemberian Haris, di halaman terakhir, terdapat fotonya dengan Haris di monas, Weedy tersenyum kecil. Ia mengeluarkan pr-pr yang harus dikumpulkan tiga, menghela napas. Lalu balik ke kasur, tidur.

🌼

Malamnya, suara deruman motor terdengar, dari lantai dua Weedy mengintip jendela--motor Haris. Weedy berseru, lalu segera turun membawa pr-pr. "Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Weeddy sumringah, "masuk Ris, Ibu udah tidur, di ruang tamu aja ya, aku buatin minum dulu" Weedy segera pergi ke dapur, Haris duduk lesehan sambil mengeluarkan buku pr miliknya.  "Jadi mau ngerjain yang mana dulu, Ris?" Weedy datang membawa dua gelas es jeruk.

Time To Remember HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang